09

743 80 7
                                    

Udara pagi ini agak berbeda dari hari hari sebelumnya,mungkin karena musim dingin akan datang tapi bangunan ruangan itu tak mengenal musim, kamar megah milik miran mereka bisa menentukan sendiri musim apa yang akan dilalui didalamnya.

Tapi tubuh mungil gadis itu menggigil meringkuk diatas springbed king size bermotif polos. Wajah nya sembab, matanya bengkak seperti habis menangis sepanjang malam dan itu memang benar miran menangis semalaman karena ucapan yoongi yang melukai harga dirinya, lagi lagi harga diri, tapi bukan kah itu benar? Apa lagi yang dimiliki wanita selain harga dirinya?

Gemercik air terdengar dikamar mandinya seperti biasa laki laki itu baru saja kembali untuk membersihkan sisa sisa pengkhiatannya tadi malam, dosa itu manis bagi para penikmatnya, mungkin kalimat itulah yang tepat untuk kasus yoongi kali ini.

Gadis itu mengerang pelan menyentuh sedikit lengan nya yang membiru, rasa sakit nya bukan apa apa dibandingkan tuduhan pengkhianatan yang dilayangkan yoongi pada nya malam tadi biarlah yoongi yang berkhianat tapi dirinya jangan, bodoh memang tapi itulah miran lebih baik disakiti daripada menyakiti.

Lelaki itu keluar dan melewati miran yang diam menatap lurus kedepan, gadis itu masih duduk diatas tempat tidurnya, gadis itu enggan beranjak dia tk ingin kemana pun suasana hati nya sedang kacau,sangat kacau, seperti tak ingin melakukan apapun untuk hari ini.

"Kau tak bersiap?" nadanya menyentak miran membuyarkan lamunan nya, tapi gadis itu tidak menjawab.

Yoongi menghela napas dan mengulang pertanyaan nya, miran pun sama dia tetap bungkam, lelaki itu kemudian berdiri dihadapan nya bertanya untuk ketiga kalinya,gadis itu hanya menghela napas singkat dan memutar malas bola matanya,kesal karena tak ada jawaban, sebuah tangan besar dengan urat urat yang menonjol melayang membuat miran refleks menutup kedua matanya.

Namun tangan itu terhenti diudara tak ada gerakan selanjutnya,miran pikir ia akan merasa panasnya tangan yoongi yang mendarat dipipi nya hari ini.

"Kenapa terhenti?" tanya miran perlahan membuka kedua matanya menatap tajam sepasang iris yang membara dihadapannya.

"Kau menantang?" balas yoongi.

"Tidak,aku hanya bertanya". Jawab miran datar.

"Kim miran,kau benar benar ingin aku memukulmu ?" bentak yoongi membuat miran mendidih.

"lakukan sesukamu,pukul aku, hina dan rendahkan diriku silahkan!, aku ini hanya porselen, tak punya perasaan diam saja jika disakiti lakukan semaumu,aku tak kan marah!" ucap miran dengan nada tajam mengatakan hal semacam itu menguatkan benteng pertahanan dirinya.

"Haha miran"tawa kesal yoongi berbalik mencekak pinggangnya sadar bahwa dia sedang diremehkan saat ini. Lelaki itu mengusap kasar rambut basahnya dia sedang tak ingin berdebat hari ini.

Bunyi bel pintu ruangan itu berbunyi memperdengarkan suara khas wanita baya itu lagi " maaf nona, nyonya besar mengirim koper anda"

"Tinggalkan saja di depan pintu" yoongi membalas pesan suara itu. "Pergi dan ambil sendiri barangmu!". Ketus yoongi sambil memilah kemejanya.

Mau tidak mau gadis itu harus meninggalkan zona nyamannya dia tak ingin perdebatan dengan yoongi berlanjut karena dia tahu bahwa dia tak akan menang.



* * *

Peralatan makan berdentingan menghantam satu sama lain seperti biasa suasana meja makan pada saat sarapan.

"Miran,nenek dengar kau yg mengurus perusahaan". Nenek yoongi menyela keriuhan. Miran tersenyum sedikit mengangguk.

Dark SweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang