Chapter 3

6K 268 0
                                    

Michael sampai di apartemen ayahnya. Dia tidak tau di daerah mana dia berada sekarang. Dan untuk sekarang yang dia fokuskan adalah mencari nomor apartemen sang ayah.

Michael memencet bel dua kali kemudian mendengar suara pintu terbuka menampakkan ayahnya. Dia memperhatikan penampilan ayahnya. Memang benar sepertinya ayahnya sangat baik-baik saja. Ayahnya malah terlihat lebih segar dan lebih cerah.

Ayahnya tampak sedikit kaget menemukan putranya di depan pintu apartemen. "Hei. Apa yang membawamu kesini boy?" seru sang ayah memecah keheningan yang sesaat mereka rasakan.

Michael memeluk ayahnya singkat. "Aku hanya merindukan ayah" jawabnya.

"Masuklah son!"

Michael mengikuti langkah kaki ayahnya masuk ke dalam apartemen. Michael memperhatikan apartemen tempat ayahnya tinggal. Apartemen ini memang cukup luas, namun terlalu sederhana jika dibandingkan dengan rumah mereka.

"Kau mau minum sesuatu? Atau mau makan? Kau pasti lelah terbang jauh-jauh ke sini."

"Aku hanya khawatir karena ayah seperti tidak punya niat untuk pulang." jawabnya sambil mengedikkan bahu.

James terkekeh. Dia tau putranya memang tidak akan betah jauh lama darinya. Mengingat setelah istrinya meninggal usai melahirkan sang putra, James dan Michael sudah seperti kembar siam. Jika masing-masing telah selesai dengan urusannya, maka mereka menghabiskan waktu luang bersama.

Dan sebenarnya itu pula yang menjadi alasan James tidak segera kembali ke London. Karena dia tau, cepat atau lambat putranya pasti menyusulnya.

"Kau akan menginap?" tanya James pada anaknya.

"Ayah akan pulang?" Michael membalas pertanyaan ayahnya dengan pertanyaan.

James tersenyum lagi. "Belum son. Masih banyak yang harus ku pelajari disini. Kau bisa memakai kamar itu untuk menginap. Bersihkan dirimu, aku tau kau lelah."

Michael memang lelah setengah mati. Berjam-jam dia duduk di pesawat dan hampir 3 jam di taksi membuatnya penat. Kota ini terasa sama seperti Jakarta. Macet yang menjijikkan itu telah menguras semua emosinya karena dia memang bukan termasuk orang yang sabar.

Michael berjalan pasrah menuju kamar yang di tunjuk ayahnya. Dia memang berencana untuk segera tidur. Mungkin setelah ini dia baru akan berbicara dengan ayahnya.

***

Michael membuka matanya. Dia meraba-raba sekeliling ranjang mencari benda pipih yang tadi ia lempar asal. Diliriknya angka yang tertera di layar ponselnya. 19:23, dia tertidur cukup lama.

Dia memutuskan untuk bangkit dan mandi. Tubuhnya terasa lengket, karena tadi dia langsung tertidur tanpa membersihkan diri dahulu.

Lima belas menit kemudian dia keluar kamar mandi dan merasa sangat segar. Dia memakai kaos dan celana selutut lalu keluar menemui ayahnya.

Dia mendapati ayahnya tengah duduk di sofa sambil membaca buku. Ayahnya tampak begitu serius sampai tidak menyadari keberadaannya.

"Apa itu sangat menarik ayah?" tanyanya penasaran.

James mengangkat kepalanya dan menatap anaknya. Dia tersenyum melihat rasa penasaran di wajah tampan anaknya.

Dia mengangguk sebagai jawaban. Michael memandang James lalu teringat hal yang harus dia bicarakan pada ayahnya.

"Jadi, kapan ayah berencana pulang?" tanyanya to the poin.

Michael melihat sang ayah menggeleng pelan. "Aku belum tau nak." jawabnya.

Namanya AnnisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang