Chapter 19

6.4K 246 11
                                    

"Aku merindukanmu Annisa"

Ichigo bergeming mendengar kalimat itu keluar dari mulut Michael. Bukan, bukan karena kata-katanya tapi karena Michael mengatakannya dengan bahasa Indonesia.

Ichigo tau Michael bisa berbahasa Indonesia. Tapi sejak pertama kali mereka bertemu, Michael selalu menggunakan bahasa Inggris.

"Selama ini aku berpikir egois. Karena kamu memasuki duniaku, aku merasa harus berbicara dengan bahasa duniaku. Tapi Alex membuat ku sadar bahwa aku lah yang masuk ke duniamu. Jadi mulai sekarang, aku akan menyesuaikan diri dengan apapun yang ada di duniamu." jelas Michael menjawab pertanyaan di benak Ichigo.

Ichigo tersenyum dalam dekapan Michael lalu mengangguk pelan. Cukup lama mereka berpelukan di depan pintu rumah Aisyah, sampai sang pemilik rumah membunyikan klakson.

Michael dan Ichigo terkesiap. Ichigo menoleh ke Brio putih yang kacanya telah terbuka. "Aku akan pergi lagi kalau begitu." kata Aisyah sambil mengedipkan sebelah matanya pada Ichigo.

Setelah membunyikan klakson dua kali, Aisyah berlalu dari pekarangan rumahnya. Menyisakan Ichigo dan Michael yang berdiri canggung di depan pintu.

"Mau masuk?" tanya Ichigo ragu.

Michael mengangguk dan tersenyum tipis. Kemudian mengikuti Ichigo masuk dan mendudukkan dirinya di ruang tamu.

Ichigo berlalu ke dapur. Menuangkan jus jeruk kemasan untuk Michael. Lalu kembali ke ruang tamu dengan segelas jus di tangannya.

Keduanya masih duduk bersisian dengan canggung di sofa ruang tamu Aisyah. Tenggelam dalam benaknya masing-masing. Satu pihak yang masih ragu untuk bertanya, dan pihak lain yang tidak tau harus memulai dari mana.

"Annisa" panggil Michael lirih, tapi cukup untuk didengar Ichigo. Ichigo menoleh dan memfokuskan diri pada suaminya.

"Bisa beritahu aku alasanmu pergi?" tanya Michael lembut.

Ichigo menunduk ragu. Dia sudah mengira kemungkinan ini akan ditanyakan Michael. Dan sampai sekarang pun dia masih belum tau bagaimana menjawabnya.

"Aku suamimu, kamu istriku. Sudah seharusnya kita saling terbuka Annisa. Kamu bisa bertanya atau menceritakan apapun padaku. Begitu juga sebaliknya. Komunikasi diperlukan dalam rumah tangga Annisa. Bagaimana kita dapat menyelesaikan masalah kita kalau kita tidak berkomunikasi dengan baik?" lanjut Michael.

Ichigo mendesah berat. Kata-kata Michael memang benar. Ichigo juga merasa tidak adil bersikap seperti ini pada Michael. Bahkan mungkin Michael tidak tau apa yang salah dengannya.

"Aku melihatmu dan Bianca ber..." Terasa berat mengucapkan kata itu bagi Ichigo. Sekali lagi dia menarik napasnya menguatkan "Berciuman" tandasnya sambil menghela napas.

Ichigo masih tertunduk tanpa berani menatap Michael. Jeda diantara mereka membuat Ichigo memberanikan diri untuk memandang Michael yang ternyata sedang menatapnya intens.

"Aku suka saat matamu tertuju padaku. Aku sangat suka caramu menatapku. Jadi bisakah mulai sekarang kita berbicara sambil bertatapan Anissa?" tanya Michael.

Ichigo mengangguk gugup. Pasalnya, dia selalu kehilangan kemampuan berbicara setiap bola mata biru itu menguncinya. Itulah alasan dia sering menatap ke arah lain saat berbicara dengan suaminya. Tapi kini dia bisa apa, kalau Michael meminta demikian.

Michael tersenyum lagi. Kali ini sebelah tangannya terulur membelai lembut pipi Ichigo. "Boleh aku bercerita padamu Annisa?" tanyanya lembut.

Lagi-lagi Ichigo hanya bisa mengangguk terhipnotis. Michael mengecup kening Ichigo lama. Lalu kedua tangannya meraih tangan Ichigo dan menggenggamnya.

Namanya AnnisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang