Chapter 7

5.6K 254 7
                                    

Semuanya terjadi begitu saja. Waktu terasa berlalu sangat cepat. Seminggu setelah Ichigo menyetujui lamaran Michael, kini di rumahnya sedang terselenggara acara Walimahan.

Ichigo menatap Michael yang duduk di sebelahnya. Dahi laki-laki itu tampak berkerut menandakan dia sedang berpikir. Ichigo tau kebingungan Michael, namun dia masih canggung kalau harus memulai pembicaraan terlebih dahulu.

Michael masih memandang sekitarnya. Dia yakin ayahnya bilang hari ini adalah hari pernikahannya. Jadi dia juga menyimpulkan bahwa walimah itu adalah pesta pernikahan. Tapi dia sama sekali tidak mendapati apapun yang berkaitan dengan pesta.

Suasananya memang nampak gembira. Beberaba kerabat Ichigo hadir juga teman-teman gadis itu. Michael memang tidak mengundang siapapun karena dia tidak mengenal siapa-siapa di negara ini.

Tapi yang membuat pikiran Michael masih berkutat, pesta ini tampak sunyi. Di sini tidak ada suara musik. Tidak ada kue pernikahan. Bahkan dia dan Ichigo duduk sedikit berjarak dan ada kain yang membatasi mereka.

Michael masih bisa melihat atau berbicara dengan Ichigo dari sela kain itu, tapi Michael tidak bisa melihat tamu-tamu yang duduk di hadapan gadis itu. Dan sepanjang acara, tamu yang menyalami Michael hanya berjenis kelamin laki-laki.

Michael menoleh ke arah Ichigo. Gadis itu tampak sedang tersenyum. Mungkin salah satu tamu sedang berbicara dengannya. Tak lama kemudian pandangan gadis itu beralih padanya. Mungkin dia menyadari tatapan Michael.

"Ada apa?" tanya Ichigo setengah berbisik.

"Ah.. umm.. jadi.." Michael masih saja tergagap menghadapi gadis ini. Dia ingin menanyakan apa yang sejak tadi ia rasa ganjil. Tapi melihat senyuman itu membuatnya seketika lupa bagaimana cara mengawali pertanyaannya.

Ichigo masih memandang Michael menunggu kaliamat yang akan keluar dari mulut pria itu. Michael tampak menggaruk tengkuknya yang tidak gatal seolah menenangkan kegugupannya.

"Jadi ini pesta pernikahan?" tanyanya kemudian. Ichigo mengangguk membenarkan.

"Tapi kenapa tidak ada musik di sini? Atau sesuatu yang meriah seperti pesta pada umumnya?"

Ichigo tersenyum lagi sebelum menjawab. Dia memang sudah yakin hal itulah yang ada dalam benak pria di sampingnya itu. "Sebenarnya dalam acara walimah diperbolehkan bermain gendang atau rebana. Tapi Abi lebih suka seperti ini. Aku juga tidak keberatan." jawabnya.

"Gendang?"

"Iya gendang. Alat musik yang dimainkan dengan cara dipukul."

"Oh. Seperti drum?"

"Tidak. Kau hanya mempergunakan telapak tanganmu. Tanpa tongkat pemukul. Kapan-kapan aku tunjukkan."

"Jadi hanya itu yang boleh ada di acara pernikahan?"

Ichigo mengangguk lagi.

"Bagaimana dengan lagu-lagu modern yang biasa dijumpai di pesta. Lagu dengan aliran musik yang bermacam-macam."

"Musik adalah khamarnya setan. Jadi umat Islam melarangnya."

"Khamar?"

"Iya. Sejenis minuman yang memabukkan. Seperti alkohol bagi manusia."

"Jadi itu dilarang karena dengan menyalakan musik kita seperti memberi setan alkohol?" tanya Michael polos.

Ichigo mengangguk untuk yang kesekian kalinya sambil tersenyum pada pemahaman Michael. Dilihatnya dahi pria itu sudah tak lagi berkerut. Kemudian senyuman terbit di wajah tampan dengan mata sebiru lautan itu. Ichigo bisa merasakan dirinya seolah tenggelam di mata Michael. Refleks dia menundukkan kepalanya guna meredakan degup jantungnya.

Namanya AnnisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang