Chapter 6

5.6K 251 15
                                    

"SAMA BULE CI?" suara Aisyah yang sedikit nyaring membuat Ichigo gelagapan meredakan kegagetan temannya itu.

Ichigo sengaja ke rumah Aisyah hari ini. Dia dan dua temannya yang kebetulan belum tiba akan membantu Aisyah untuk persiapan Walimahan.

"Ssttt!!! Biasa aja lah syah! ih buat malu aku aja." serunya sebal.

Aisyah masih menatap Ichigo tidak percaya. "Bukan apa ci. Aku tekejut aja. Memang betul rupanya, 'perkataan itu adalah doa.' buktinya kejadian kan."

"Perkataan doa apanya syah?"

"Ya Allah. Kan kau kalo ditanya jodoh bilangnya pasti jodohku masih keliling dunia lah. Orang luar negeri jadi agak lama jumpa lah. Tiket ke Indonesia mahal lah. Taunya betul kan kejadian memang orang luar negeri." ujar Aisyah bersemangat.

Ichigo tampak menerawang seolah baru menyadari hal itu. "Ah, belum tau jodohku kok syah. Belum ada mimpi."

"Entahlah ya ci. Tapi aku yakin kali dia jodoh kau. Gak sabar aku ngasih tau Juli sama Citra."

"Gak usah kehebohan kali ya syah. Biasa aja nanti ngomongnya sama orang itu."

"Iya loh iya bu guru." ledek Aisyah. Dia memang suka menggoda temannya ini.

"Assalamualaikum" suara dua orang dari pintu depan mengalihkan perhatian Aisyah dan Ichigo. Mereka menjawab salam itu dan tak lama kemudian dua orang ikut bergabung dengan mereka.

"Dikasih bang Ilham kau ke sini ya cit. Heran juga. Tau kali aku cemana rewelnya bang Ilham semenjak kau hamil." ucap Aisyah setelah kedua temannya itu sudah duduk bersama mereka.

"Iya Syah dikasih. Tapi sampe pening aku banyak kali aturan bang Ilham. 'Jul, bawa mobilnya hati-hati ya! Adek jangan lupa pake seat belt nya! Vitaminnya adek bawa kan? Nanti kalo di sana mulai mual-mual langsung pulang aja. Kalo Juli belum mau pulang telepon abang biar abang yang jemput. Jul, nanti kalo kalian mau makan jangan yang baunya nyengat ya jul! Citra gabisa nyium makanan yang agak kuat sikit baunya.' sumpah ya wey, ngerih kali suami yang mulia ratu ini." cibir Juli. Dia memang masih kesal dengan segala yang dikatakan suami sahabatnya itu.

"Ah, kau iri ajanya sama ku Jul. Namanya bang Ilham sayang sama aku." Mereka bertiga terkikik. Juli yang sejak tadi mood-nya sudah kacau mau tidak mau tersenyum juga.

"Kurasa kalo bukan karena Aisyah sahabat kau cit, gak akan dikasih pigi kau sama bang Ilham." Ichigo mulai bersuara. "Oh iya, jadi kau Walimahan nya kapan Jul?" tanyanya.

"Tiga bulanan lagi lah ci. Soalnya nunggu si abang pulang kan."

"Jadi nanti kau tinggal disini atau di Aceh?" kali ini Aisyah menimpali.

"Kayanya di Aceh lah. Kan kasihan bang Dion bolak-balik Aceh-Medan. Yah aku sih memang pengennya tinggal disini. Tapi cemanalah."

"Eh, si Ici ada kabar gembira loh." seru Aisyah yang tiba-tiba teringat kembali hal itu.

Kedua temannya seketika mengalihkan pandangannya kearah ichigo penasaran. Ichigo mulai salah tingkah. Dia memang ingin memberitahu teman-temannya, tapi tetap saja dia merasa malu.

"Apa ci kabarnya? Jangan senyam senyum gitu terus lah. Buat penasaran aja" ucap Citra tak sabar.

"Aku dapat proposal, terus seminggu yang lalu kami udah nazhor." jawabnya pasrah.

Kedua temannya menatapnya terkejut. "Alhamdulillah. Ya Allah, seneng kali aku ci. Berarti udah dekatlah jodoh-jodoh kita ya wey. Orang mana ci?" tanya Juli bersemangat.

"Inggris. Dia tinggal di London tapi lagi ke Indonesia jumpain ayahnya."

"BULE CI??!!" seru Citra dan Juli bersamaan.

"Biasa aja kenapa lah wey!!!" Ichigo mulai gemas dengan reaksi teman-temannya yang dia rasa berlebihan.

"Beneran orang luar negeri rupanya jodohmu ya ci." Citra terkekeh. Mereka memang hafal segala jawaban Ichigo jika ditanya soal jodoh. Dan benar-benar tidak menyangka hal itu benar terjadi.

***

Sudah dua minggu berlalu sejak Michael mengunjungi rumah gadis itu. Dan sudah dua minggu pula dia tidak berhasil mengenyahkan bayangan gadis itu dari pikirannya.

James juga mulai lelah menjawab pertanyaan anaknya setiap dia menerima telepon. Karena Michael akan otomatis bertanya apakah telepon itu dari keluarga Ichigo.

Mereka tengah duduk di sofa sambil menonton TV. Tapi James tau benar pikiran Michael sama sekali tidak tertuju pada apa yang mereka tonton.

Michael beranjak dari sofa menuju kamarnya. Dihempaskannya tubuhnya ke ranjang. Dia benar-benar bisa gila. Entah sihir apa yang gadis bernama Ichigo itu pakai padanya. Michael seolah bisa mendengar suaranya setiap dia menutup matanya. Gambaran Ichigo juga akan terlihat jelas di sana.

Bola mata hitam pekatnya. Hidung bangirnya. Bibir mungil berwarna pink pucat. Kulit putih mulus khas asia. Bahkan baju merah maroon yang dia pakai hari itu. Michael yakin dia benar-benar tersihir.

Tidak ada wanita yang pernah membuat Michael merasa seperti ini. Dia menghabiskan waktu bersama banyak wanita selama hidupnya. Tapi tidak satupun dari hubungannya dilandasi atas perasaan, semua hanya berdasarkan kebutuhan biologisnya.

Tapi dengan Ichigo. Bahkan di hari pertama mereka bertemu, Michael sudah merasakan sesuatu yang aneh baginya. Rasa yang kuat untuk menjadikan gadis itu miliknya. Hanya miliknya.

Michael sudah tidak bisa lagi membayangkan dirinya bersama wanita lain selain Ichigo. Dan dia akan merasa semakin frustasi saat membayangkan Ichigo bersama laki-laki lain selain dirinya. Dia seolah siap mengoyak tubuh laki-laki mana saja yang juga menginginkan Ichigo.

"Nak"

Michael tersentak. Dia terlalu larut dalam pikirannya sehingga tidak menyadari ayahnya yang sudah duduk di tepi ranjang. Michael mendudukkan dirinya dan menatap sang ayah.

"Mereka menerimanya." seru ayahnya sambil tersenyum cerah.

Michael memandang ayahnya bingung. Menerima apa? Dia masih belum bisa mencerna perkataan ayahnya karena masih sibuk dengan Ichigo di pikirannya.

"Ichigo menerimamu Michael." ucap ayahnya lagi mengetahui kebingungannya.

Mata Michael membulat sempurna. "Dia menerimaku yah? Aku?" tanyanya menyakinkan. Takut kalau apa yang dia dengar juga hanya fantasinya.

James mengangguk berkali-kali. Michael sontak memeluk ayahnya. Perasaan lega yang luar biasa memenuhi hatinya. Ichigonya. Dia akan segera bersama Ichigonya.

"Aku belum sepenuhnya paham tahapan ta'aruf ini ayah. Tapi aku ingin segera menikahinya. Segera! Secepat yang kita bisa!" serunya bersemangat.

"Ya. Aku tau nak. Besok kita akan ke rumah Ichigo untuk melamarnya."

Michael mengangguk setuju.

James keluar meninggalkan kamar anaknya. Michael menatap pintu yang tertutup itu. Senyuman bahagia masih belum pudar dari wajahnya. Bayangan dirinya bersama Ichigo terus menari-nari dipikirannya. Dia Michael, pria dewasa dan sosok Cassanova yang sempurna kini seolah menjelma menjadi remaja 17 tahun yang sedang kasmaran.

"Apa yang telah kau lakukan padaku Ichigo? Ah, ini benar-benar gila." ucapnya lirih masih dengan senyum itu.

Namanya AnnisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang