Nyeri terasa diseluruh tubuhku setelah menghantam pohon. Kepalaku terasa berputar akibat hantaman keras itu. Butuh waktu beberapa detik bagiku untuk mendapatkan kembali kesadaranku. Dengan kesadaran yang masih setengah, aku berusaha bangkit dari posisiku untuk duduk dan memikirkan apa yang barusaja terjadi. Segera setelah mengingatnya, aku mencari keberadaan Shayn dengan was-was jika saja sesuatu yang menghantamku tadi itu adalah Shayn.
Namun yang kutemukan adalah sesosok wanita yang menggunakan jubah hitam bersembunyi di kegelapan. Aku tak dapat melihat dengan jelas seperti apa wajahnya. Yang aku tahu sebelum dia menghilang dalam sekejap adalah matanya yang berkilat merah. Aku barusaja hendak mengejarnya ketika suara besi beradu membuat perhatianku terpecah.
Di lain sisi, aku melihat dua orang pria tengah mengadu pedang mereka. Salah satunya adalah Shayn. Sedangkan yang satunya lagi adalah, Mars?
Kilat merah terlihat dengan jelas di mata mereka. Hanya saja, ada lingkaran keunguan yang menghiasi kornea mata Shayn.
Barusaja aku hendak menghampiri mereka, Mars malah menghentikanku. "Tetap disana!" ujar Mars setengah berteriak karena jarak kami yang cukup jauh.
Aku hanya bisa menurutinya karena aku tahu aku hanya akan mempersulitnya. Namun aku juga tak bisa membiarkan Mars melawan Shayn sendirian. Shayn terlihat lepas kendali. Sedangkan Mars berusaha untuk tidak menyakitinya. Tentu itu hal yang sulit. Aku tak tahu, rencana apa yang sedang dipikirkan Mars untuk menghentikan Shayn.
Aku sudah bersiap berlari untuk membantu Mars ketika sebuah pukulan berhasil mengenainya. Namun belum sempat aku berada lima langkah lebih dekat pada mereka, Mars kembali menghentikanku.
"Kubilang, tetap disitu!" Tepat setelah itu, tercipta sebuah bongkahan es tajam yang mencuat dari tanah, mengarah ke tubuh Mars. Dengan sigap, Mars menahan es yang hendak menusuk tubuhnya itu menggunakan pedangnya. Ia menahan es yang terus berusaha menusuknya itu, sedangkan salah satu tangannya yang memegang ujung lain pedangnya sudah robek karena mencengkeramnya terlalu kuat.
Aku bisa melihat Shayn tersenyum penuh kemenangan dengan sebelah tangan yang terulur ke arah Mars. Melihat itu, aku bisa tahu bahwa es itu diciptakan oleh Shayn. Saat itu juga aku tak bisa menahan diriku untuk menghampiri Shayn agar aku bisa mengalihkan perhatiannya.
Baru beberapa langkah aku menghampirinya, tubuhku seperti menabrak dinding. Aku yakin tak ada apapun di hadapanku. Tapi kenapa aku tak bisa berjalan lebih jauh?Aku pun mencoba berjalan lebih dekat, namun aku sama sekali tak bisa melangkahkan kakiku lebih jauh lagi. Seperti ada sebuah dinding tak kasat mata yang menahanku. Aku semakin khawatir karena Mars terlihat sudah tak bisa menahan es berbentuk seperti pilar yang akan menyulanya itu. Aku berusaha mendorong dinding tak kasat mata dihadapanku. Namun hasilnya tetap nihil.
"Mars!" panggilku ketika es itu semakin mendekati dada Mars. Tangannya sudah tak kuat menahannya karena luka akibat cengkeramannga pada pedangnya. Ini tak bisa terjadi.
Shayn menolehkan wajahnya untuk menatapku. Ia terlihat seolah tak melakukan kesalahan apapun. Apa dia tak sadar bahwa ia akan membunuh temannya sendiri?
"Kemarilah, Kira." Sungguh, aku sangat ingin membunuhnya saat ini juga.
Bisa kurasakan dinding di hadapanku tak sekeras tadi. Dinding itu mulai melemah. Aku bisa menghampiri Shayn untuk menghajarnya.
"Pergi. Cari bantuan." Suara itu membuat hatiku bertambah ngilu. Terdengar sangat jelas bahwa Mars sedang berusaha menahan rasa sakit. Tapi kenapa disaat dia sedang dalam bahaya, dia masih berusaha melindungiku? Aku tak selemah itu.
Aku masih diam, meskipun dinding tak kasat mata dihadapanku itu sudah bisa kulewati. Bahkan bisa dikatakan menghilang. Entah mengapa, aku ingin menyakiti Shayn tanpa menyentuhnya. Rasanya tak sudi aku menyentuhnya. Bahkan hanya untuk bersenggolan secara tak sengaja dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bring Me to Life [END]
Fantasy(Fantasy - Romance) Ada rumus didalam rumus. Benar bukan? Lalu bagaimana dengan 'Ada dunia didalam dunia'? Memang sulit dipercaya. Apalagi oleh Jaera. Seorang gadis berusia 19 tahun yang berasal dari sebuah keluarga sederhana di Korea Selatan. Ayahn...