25. Bodyguards

507 47 0
                                    

Tubuh Bones menghantam sebuah pohon dengan cukup keras hingga mampu menumbangkan pohon itu. Ia sempat meringis saat merasakan tulang-tulangnya yang mungkin patah. Aku yang melihatnya segera berlari kearahnya sambil mengucapkan serentetan kata maaf padanya. Yah, aku menyesal melakukannya. Padahal aku melakukannya secara tak sengaja. Bisa dikatakan aku reflek mendorongnya. Siapa sangka pria itu akan mampu menumbangkan sebuah pohon?

"Astaga, Ketua! Maafkan aku!"

"Kau tahu? Itu menyakitkan," ujarnya sambil mencoba berdiri. Tanpa berpikir lebih lama, aku segera membantunya. Setidaknya ia membutuhkan beberapa waktu untuk menyembuhkan luka-lukanya. "Darimana kau mendapat kekuatan sebesar itu?"

Aku terdiam sejenak memikirkan jawaban dari pertanyaan itu, masih sambil menuntun Bones berjalan. Senyum miris tercipta diwajahku ketika berhasil mendapatkan jawabannya. "Kebencian."

Keheningan tercipta semenjak aku mengatakannya. Aku jujur mengatakannya. Tapi mungkin bukan itu. Mungkin aku menjadi seperti sekarang ini karena penderitaan. Ingin sekali aku tertawa ketika mengingat pelatihan yang diberikan Mr. Han. Ternyata taktik kejam yang ia gunakan memang sangat berguna. Lain kali aku akan menyempatkan diriku untuk berterimakasih padanya.

"Aku sudah baik-baik saja," ujar Bones, menarik dirinya dariku. Aku sempat tak percaya mendengarnya. Namun ketika Bones tiba-tiba menggendongku, aku baru mempercayainya sepenuhnya.

"Dasar bodoh! Apa yang kau lakukan, huh?!" gerutuku kesal.

"Balasan untuk perbuatanmu."

Aku mendengus mendengarnya. "Itu kan salahmu sendiri, melakukan hal yang tidak-tidak padaku." Bisa kurasakan wajahku memanas mengingat apa yang barusaja Bones lakukan padaku. Kenapa dia melakukan itu? Apa itu wajar dilakukan kepada teman? Kurasa tidak. Bahkan sesama teman wanita maupun laki-laki tak akan pernah melakukan hal seperti itu. Apalagi dengan lawan jenisnya. Lalu apa maksudnya?

"Dasar gadis tidak peka," ejek Bones tiba-tiba.

"Aish! Apa maksudmu berkata seperti itu, huh?"

"Bukan apa-apa." Balasan Bones itu sukses membuat tanganku bergerak memukul kepalanya.

"Bisa kau menjadi sedikit lebih terbuka?" tuntutku.

Bones menyeringai. "Apa kau ingin mengenalku?"

Itu membuatku salah tingkah. "B-bukan itu maksudku, bodoh," sahutku terbata-bata, lalu segera memutus kontak mata kami, tanpa berniat untuk bicara lagi.

Setibanya di gerbang Reaper, aku bisa melihat beberapa orang berkumpul disana. Ah, tidak. Maksudku segerombolan orang. Apa yang sedang mereka lakukan disana? Apa ada yang barusaja terjadi? Atau jangan-jangan mereka menungguku dan Bones. Tapi kenapa harus seramai itu?

"Astaga, Kira! Kau baik-baik saja? Apa yang terjadi padamu?" Itu Rin yang bicara, saat aku dan Bones sudah sampai di hadapan mereka.

"Kami mendengar suara dentuman yang cukup keras dari hutan. Hara melihatmu keluar ke hutan, jadi kami curiga jika suara itu berasal darimu atau seseorang yang menyerangmu," jelas Shayn. Sekarang aku mengerti. Suara yang mereka dengar adalah suara pohon yang tumbang akibat Bones.

"Oh, aku baik-baik saja. Kalian tak perlu khawatir," jawabku.

"Lalu, apa yang kau lakukan didalam gendongan Bones, huh?" tanya Mr. Han dengan seringaian jahilnya. Aku yang baru menyadari bahwa Bones masih menggendongku langsung salah tingkah dan turun dari gendongan Bones secara paksa hingga membuatku sedikit terhuyung. Beruntung Bones masih sempat menarikku sebelum aku benar-benar jatuh, atau jika tidak maka wibawaku akan ikut jatuh bersamaku nanti.

Bring Me to Life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang