Aku diam berdiri didepan cermin, memerhatikan pantulan diriku didalamnya. Aku barusaja selesai membersihkan diriku. Setelah ini aku harus segera pergi ke ruangan Mr. Do. Namun entah mengapa aku sangat malas pergi kesana. Aku tak tahu mengapa. Mungkin karena terlalu lelah? Atau karena orang yang akan hadir disana? Argh, aku tak tahu.
Kututup wajahku dengan kedua tanganku. Aku benar-benar tak tahu apa yang harus kulakukan. Ada banyak hal yang harus kulakukan. Tapi aku tak tahu bagaimana cara melakukannya. Hal paling sulit yang harus kulakukan adalah mencari kepastian dari seseorang tanpa orang itu tahu tujuanku. Yah kalian pasti tahu siapa yang kumaksud. Ya, Mars. Tapi dia bisa membaca pikiran.
Tunggu, bagaimana dengan Ratu Asva? Ah, tidak. Itu terlalu berbahaya. Aish, apa yang harus kulakukan?
"Kira, kau baik-baik saja?" Aku mengenal suara itu. Itu suara Hara. Aku pun tersenyum padanya.
"Tak pernah seperti ini."
Author POV.
Mars masih diam diposisi duduknya. Pandangannya mengarah ke luar jendela, ia sama sekali tak berniat menggubris orang yang sedang berjalan mondar mandir dihadapannya. Bukannya ia tak menghormati orang itu. Bagaimanapun juga orang itu lebih tua darinya. Tapi ia sudah terlalu pusing dengan masalahnya. Ia sangat lelah. Mars ingin segera mengakhirinya dan tidur dengan tenang.
"Sudah waktunya kau memberitahuku, Mars. Apa rencanamu?" tanya pria itu, Mr. Do.
"Aku tidak tahu."
"Mars," panggil Mr. Do. Ada kesan memperingatkan disana. "Aku tak bisa melakukan apapun jika kau tak bicara."
"Apa kau tak lihat? Aku benar-benar tak tahu." Mr. Do terdiam. "Tiba-tiba semuanya menghilang. Beri aku waktu. Akan kupikirkan jalan keluarnya."
Helaan keluar dari mulut Mr. Do. Ia benar-benar tak suka dengan sikap Mars yang satu ini. Dengan jengkel, ia mencengkeram kedua bahu Mars, membuat pria itu menatapnya. Tentusaja dengan tatapan datarnya.
"Mars. Kau tak bisa melakukan semua ini sendiri. Kau memiliki orang-orang yang bisa kau percaya disekitarmu. Kau harus belajar bagaimana cara mendengarkan pendapat orang lain. Kau tak bisa menanggung beban itu sendiri." Senyum terukir di wajah Mars ketika mendengarnya.
"Sudah kulakukan." Mr. Do terdiam.
**********
Jaera segera keluar dari ruangan Mr. Do. Suasana hatinya semakin memburuk saja ketika ia mendapatkan kabar baru. Tentusaja itu bukan kabar yang bagus. Memangnya kapan ia mendapat kabar bagus setelah keluar dari ruangan terkutuk itu?
Jaera bersandar di dinding sebelah pintu masuk ruangan Mr. Do. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ia benar-benar frustasi memikirkan hidupnya yang berantakan itu. Tak lama kemudian Mars keluar dari pintu itu. Sebelah alisnya naik ketika melihat Jaera yang masih ada disana.
Ia hanya diam, berusaha tak peduli. Pikiran gadis itu kacau. Pertanyaan-pertanyaan serta keluhan bermunculan dipikiran gadis itu, membuat Mars tak tega.
"Kira," panggil Mars. Namun tak ada jawaban dari Jaera. Apa ia tak menyadari keberadaan Mars? Mars pun mendekat ke telinga Jaera.
"Gadis bodoh, apa yang kau lakukan?"
Jaera terkejut mendengarnya. Seketika itu juga ia menoleh kearah suara itu. Ia semakin terkejut mendapati wajah Mars yang ada didepannya.
"A-apa yang kau lakukan disini?" tanya Jaera, tergagap sambil menarik tubuhnya ke belakang menjauhi Mars.
Mars berdecih lalu segera berdiri tegap. "Aku akan menunggumu di gerbang Phoeszon akhir pekan nanti. Datanglah kesana di pagi hari sekitar pukul 9," ujarnya. Sesaat kemudian ia berjalan meninggalkan Jaera yang terbengong karena perkataannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bring Me to Life [END]
Fantasy(Fantasy - Romance) Ada rumus didalam rumus. Benar bukan? Lalu bagaimana dengan 'Ada dunia didalam dunia'? Memang sulit dipercaya. Apalagi oleh Jaera. Seorang gadis berusia 19 tahun yang berasal dari sebuah keluarga sederhana di Korea Selatan. Ayahn...