14. Time

662 57 0
                                    

Pedang Shayn masih terarah pada Bones. Namun tatapan penuh permusuhannya ia berikan padaku. Aku hanya bisa menghela nafas karenanya.

"Tidak, aku bukan anggota mereka. Selain itu, apa salahnya jika menjadi anggota Reaper? Malahan, aku sedang berencana bergabung dengan mereka."

"Apa?" cetus Bones, terkejut karena pernyataanku yang ingin bergabung dengan mereka. Namun aku mengabaikannya dan memfokuskan perhatianku pada Shayn.

"Mereka bukan kelompok jahat, Shayn-"

"Bagaimana kau membuktikannya?" Aku melirik Bones sebentar saat memikirkan jawabannya. Alhasil, aku mendapat tatapan tajam yang lebih mematikan darinya. Tapi apa peduliku?

"Kira-"

"Kau boleh mengikuti kami. Dengan begitu kau akan tahu jawabanmu. Setelah itu kau bisa membunuh kami jika kami terbukti salah," selaku memotong ucapan Bones. Hah, apa yang barusaja kulakukan tadi? Mencoba menjadi Mars?

Shayn masih diam. Ia terlihat sedang memikirkan tawaranku. Tak lama kemudian, ia kembali menyimpan pedangnya. "Baiklah."

"Kau dalam masalah besar." Itu bones yang mengatakannya. Yah, dia benar.

**********

Kami sudah berada di markas Reaper. Disana, Shayn terlihat terkejut saat mengetahui bahwa markas itu terletak di wilayah penguasa hukum. Yah, bukankah itu sudah cukup untuk menjelaskan bahwa Reaper memanglah bukan kelompok jahat? Jika tidak, maka bagaimana bisa mereka membangun markas di wilayah penguasa hukum?

Karena masalah Shayn sudah selesai, aku segera pergi untuk menemui Rin. Namun, belum sempat aku melangkahkan kakiku untuk mencari keberadaan Rin, Bones sudah menghadangku.

"Apa?" tanyaku sarkastik.

"Ikut aku." Itu membuatku cukup terkejut. Bagaimanapun juga aku dan Bones sama sekali tak memiliki hubungan dekat. Bahkan bisa dibilang kami bermusuhan karena aku selalu bertindak sesukaku. Dan ini merupakan keajaiban karena dia mengajakku bicara berdua dengannya. Ah, tidak. Entah mengapa firasatku buruk akan hal ini. Jangan-jangan Bones ingin membicarakan tentang bagaimana dia akan membunuhku.

"U-untuk apa?" Bones diam.

"Ikuti saja aku," ujarnya kemudian berlalu mendahuluiku.

"Tidak mau." Langkah Bones terhenti ketika mendengar penolakanku. Dia pun berbalik untuk menatapku. Tentusaja dengan tatapan datarnya. Namun aku berhasil menangkap peringatan disana. "M-maksudku, aku tak bisa meninggalkan Shayn disini sendirian."

"Dia tak akan mati walaupun kau meninggalkannya seharian." Oh ayolah! Kenapa Bones sangat ingin berbicara denganku? Apa benar dia akan membicarakan bagaimana dia akan membunuhku?

"Tapi-" Kata-kataku terpotong karena Bones sudah menarik tanganku meninggalkan gedung utama Reaper.

Firasatku semakin memburuk ketika Bones membawaku ke ujung lain halaman luas Reaper, dimana tak ada seorang pun disana. Oh ayolah, aku tak ingin mati secepat ini!

"Bisa kau berhenti mengatakan bahwa aku akan membunuhmu?" Aku nyaris terlonjak saat mendengarnya. Bones bahkan berhenti secara tiba-tiba hingga aku nyaris menabraknya. "Apa kau benar-benar ingin mati? Kalau begitu katakan saja dan aku akan membunuhmu untukmu."

Kalimatnya yang satu itu membuatku mendengus. "Kau pikir siapa yang ingin mati? Kau mulai mengingatkanku pada seseorang," gerutuku sambil menghempaskan cengkeraman Bones pada tanganku. Setelah itu aku segera duduk dibawah pohon yang ada disana.

Bring Me to Life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang