29. Catch me

500 46 0
                                    







Kini waktuku untuk menyamar kembali. Aku segera bergegas menuju beberapa prajurit yang tengah berkumpul didekat gerbang istana Aeri, untuk melaporkan tentang pemuda yang seharusnya tengah bekerja untuk Aeri. Belum sempat aku sampai ke kumpulan prajurit berjubah itu, terjadi sebuah keributan dibelakangku. Ada perkelahian kecil antara prajurit Aeri dengan seorang pemuda, itu pemuda yang kukejar beberapa saat yang lalu. Sama seperti prajurit lain, aku segera berbalik arah menuju keributan itu.

Begitu mereka berkumpul, pemuda itu dipaksa untuk berlutut. Ada rasa tak tega ketika aku melihat kondisinya. Terdapat beberapa sayatan ditubuhnya yang terus mengucurkan darah. Itu pasti karena proses penyembuhannya yang melambat akibat luka itu didapat dari benda yang terbuat dari perak. Sayangnya aku tak bisa melakukan apapun untuk membantunya.

"Apa yang terjadi disini?" ujar seorang prajurit dengan tubuh besar yang kuyakini sebagai ketuanya.

"Pria ini berusaha menerobos masuk kedalam istana. Dia juga tidak ikut bekerja seperti yang lainnya."

Ketua itu pun menatap pria yang tengah berlutut itu, mempertimbangkan apa yang akan dia lakukan padanya. Tak lama kemudian, ketua itu menatapku, "Tahan dia bersama para tahanan yang lain!" perintahnya, lalu pergi bersama beberapa prajurit yang mengikutinya. Pandanganku beralih pada kedua prajurit yang masih menahan pemuda itu untuk berlutut. Tanpa pikir panjang, mereka langsung mendorong pria itu kearahku.

"Jangan biarkan dia lari!" ujar salah satu dari mereka, lalu kembali ke pos jaga mereka. Tak ingin membuat masalah, aku segera menahan kedua tangan pemuda itu dibelakang tubuhnya, dan mendorong punggung pemuda itu dengan tanganku yang bebas, memaksanya untuk berjalan.

"Rencana penyusupanmu gagal, eoh?" tanyaku, dengan nada pelan.

Pria itu terkekeh, "Tapi rencana penyusupanmu berhasil." Mendengar itu membuatku ingin tertawa pula, sayangnya aku sedang berada di wilayah musuh, jadi aku harus menjaga sikapku. "Sekarang masalahnya adalah, dimana ruang tahanan berada. Apa kau tahu?"

Aku tersenyum pahit mendengarnya, "Aku tahu." Ya, tentusaja aku tahu dimana ruang tahanan itu berada. Aku sangat mengenal tempat ini.







Aku benar-benar tak menyangka bahwa aku bisa masuk ke istana Aeri dengan begitu mudah. Namun itu justru membuatku semakin waspada. Bagaimana jika sebenarnya mereka sudah tahu tentang penyamaranku dan akan menjebakku di ruang tahanan? Itu pasti akan sangat berbahaya. Karena itu, jantungku terus berdetak kencang setiap kali ada penjaga yang menanyaiku sepanjang perjalanan menuju ruang tahanan. Semoga saja mereka tak menyadari suara drum yang sedari tadi kudengar itu. Baiklah, aku harus tenang.

Kini tinggal satu gerbang lagi untuk menuju ruang tahanan. Aroma darah dan keringat semakin kentara begitu aku dan pemuda bernama Dan yang ada didalam cengkeramanku mendekati gerbang itu. Semakin dekat, atmosfer disekitarku semakin mencekam, hingga pada akhirnya, gerbang itu tiba-tiba terbuka. Seketika itu juga jantungku terasa berhenti berdetak. Nafasku tercekat, tenggorokanku terasa kering. Aku mematung ditempatku berada, tanpa bisa mengalihkan pandanganku pada seseorang yang kini berdiri di ambang gerbang itu, bersama beberapa prajurit dibelakangnya. Aku pasti ketahuan kali ini, bahkan orang itu kini membalas tatapanku, dengan tatapan datar miliknya. Mars, dia tahu itu aku.

"Kau, Pangeran busuk! Bebaskan keluargaku!" maki Dan, sepertinya ia sedang mencoba mengalihkan perhatian Mars dariku. Tapi itu percuma, Dan tidak tahu bahwa penyamaranku sudah terbongkar.

"Kau bodoh karena tetap mencoba menyelamatkan keluargamu. Kau pasti tahu dimana kau berada sekarang, bila kau tertangkap, maka kau sudah pasti akan mati." Aku hanya menunduk mendengarnya. Mungkin Mars terlihat tengah bicara pada Dan, tapi aku tahu, dia tengah bicara padaku. Itu terbukti dari tatapannya yang masih tak teralihkan dariku.

Bring Me to Life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang