33. I Know

486 46 0
                                    

Aku masih diam, memikirkan apa yang barusaja terjadi beberapa detik yang lalu. Mars mengayunkan pedangnya kearahku, tidak, dia tidak menebasku, melainkan dia menebang pohon itu. Aku tahu kenapa dia melakukan hal itu, aku tahu dengan sangat jelas. Mars tak ingin aku kembali ke dunia itu.

Dengan panik, aku mulai mencoba mendorong dinding dihadapanku. Kali ini dinding itu sungguhan. Aku benar-benar khawatir, apa yang akan terjadi pada Mars? Dia tak akan bisa melawan iblis-iblis itu sendirian, dia hanya memiliki satu nyawa, dia tak akan selamat. Apa yang harus kulakukan?

Aku semakin frustasi ketika mendapati dinding itu begitu keras, tanda bahwa portal itu benar-benar menghilang. Isakan sudah keluar dari bibirku sejak aku mulai memukul dinding itu dengan putus asa. Apa yang harus kulakukan?

Aku menyandarkan kepalaku di dinding itu. Kenapa Mars melakukan hal itu? Dia bukan dewa, tapi dia berlagak seolah dialah yang mengatur segalanya. Seharusnya sejak awal aku yang menariknya pergi dari sana. Seharusnya aku menariknya masuk kemari. Siapa yang bodoh disini?

Tubuhku terasa lemas, kakiku sudah tak mampu menahan bobot tubuhku lagi hingga membuatku jatuh terduduk. Kubekap mulutku dengan kedua tanganku agar isakan berhenti keluar dari sana. Kenapa Mars melakukan ini semua sendiri? Jika dia memang berniat untuk melawan Aeri dengan menjadi Bones, kenapa dia tak bergabung dengan penguasa hukum saja? Kenapa dia tetap bertahan di pihak Ratu Asva? Sebenarnya apa yang diinginkannya? Kenapa dia mempersulit dirinya sendiri hingga membuatnya dibenci oleh semua orang? Apa yang sebenarnya coba kau lakukan, Mars?

Tidak, saat ini bukan saat yang tepat untuk mencari jawaban dari semua hal itu. Tidak setelah penyerangan barusan. Jelas sekali bahwa perang tak akan terjadi dua minggu lagi, dugaanku, perang akan terjadi dua kali lebih cepat. Dengan kata lain, satu minggu lagi mereka akan berperang. Tapi aku tak bisa menjamin mereka akan mau menunggu selama itu untuk berperang.

Dengan tekad bulat, aku menghapus air mataku, mengatur deru nafasku untuk membuat diriku setenang mungkin. Panik hanya akan memperparah masalah. Setelah itu, aku mulai beranjak untuk mencari petunjuk dimana aku berada. Maksudku, aku tahu aku ada di rumah Mars, tapi lebih tepatnya dimana? Aku mulai mencari petunjuk, namun nihil, aku tak menemukan apapun. Sekarang pilihanku hanya satu, semoga saja Mars menyimpan ponselnya dirumah ini.

Kakiku bergerak memasuki kamar yang ada disana. Tanpa basa-basi lagi, aku segera menggeledah isi kamar itu, tak peduli apakah aku terlihat seperti seorang pencuri atau tidak. Siapa suruh Mars membuangku ditempat mewah seperti ini? Toh, aku nanti memang berencana mengambil uang yang ia simpan di rumah ini.

Aku beranjak untuk mencari ponsel Mars dialmarinya. Namun, almari itu dikunci. Masa bodoh. Aku pun menarik gagang almari itu paksa sambil menahan almari itu, hingga membuat gagang almari itu lepas, beserta bagian disekitarnya. Ah, aku tak tahu bagaimana menjelaskannya. Yang penting aku bisa membuka almari itu.

Disana, pakaian Mars masih terjajar rapi, mulai dari pakaian santai hingga formal. Tapi bukan itu yang hendak kucari. Aku segera menggeledah isi almari itu. Aku nyaris melonjak kegirangan ketika mendapati ponsel bermerk tersebut di laci almari Mars. Bahkan disana juga terdapat setumpuk uang. Aku yakin dia tak ingin menggunakan kartu atm karena ia tak akan sering mengisinya.

Setelah mengambilnya, aku segera merapikan diriku. Tak mungkin bukan jika aku keluar dengan tampilan lusuh dengan bekas air mata diwajahku?

Setelah membasuh wajahku beberapa kali, aku segera keluar dari rumah itu. Oh, ya. Aku juga menemukan kunci mobil di laci almari Mars, jadi aku tak perlu memakai taksi. Lalu untuk apa aku mengambil uang Mars? Tentusaja untuk membeli bahan bakar untuk mobilnya.

Setelah mengeluarkan mobil Mars dari garasinya, aku segera membuka ponsel Mars, mencari aplikasi GPS agar aku bisa lebih mudah menuju tempat tujuanku. Hah, beruntung ponsel Mars tidak ketinggalan zaman. Oh ya, bisa kalian tebak kemana aku akan pergi? Ya, kerumah Ayahku. Tapi bukan untuk menemui Ayahku, melainkan orang yang sedang menjaganya, orang suruhan Mars. Aku hanya bisa berharap bahwa ayah baik-baik saja disana.

Bring Me to Life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang