Kursi kayu ditepi awan senja,mengembalikanku ke masa lalu.dimana kau masih ku genggam dengan erat.canda mu masih bisa kudengar di malam-malam ku.kursi kayu coklat inilah tempat ku menatapi segala hal tentangmu.
Jarak yang kita ciptakan sendiri nampaknya sangat membuat ku tersiksa.seharusnya dulu kita tak perlu terlalu dekat agar saat ini kita tak terlalu jauh.tatapan ku kosong,hanya putihnya awan yang menggambarkan semua kenangan itu layaknya menonton sebuah film.aku terus menyaksikannya hingga tak sadar derai air mata sudah membasahi pipiku.betapa jahatnya awan yang memutar segala kenangan tentang kita.dihadapanmu aku hanyalah daun gugur yang berjatuhan diatas permukaan tanah yang kasar,sementara kau trus pergi tanpa memungut salah satu dari daun-daun itu.
Senja ini benar-benar sedang tak berpihak denganku,ia sengaja menggambarkan kelam kelabunya kenangan itu.Aku ingin tau,siapa dia yang dengan mudahnya menggantikan posisiku?aku ingin tau,bagaimana sikapnya terhadapmu.dan kenapa kau tak bisa melihat ketulusanku.disini sepertinya aku yang terlalu bodoh untuk mengharapkanmu kembali.
Jika aku dan dia ada diarah yang berlawanan,lantas kemana arahmu untuk memilih?yang kutau saat ini langit hampir gelap dan kenangan tentangmu sudah berhenti berputar.Aku hanya berharap kau paham,dan mengejarku yang mulai menjauh dari senja ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
suratan hati
Teen Fictionhanya curhatan hati berdasarkan pengalaman pribadi yang dipublikasikan.