Bab 25

1.4K 216 19
                                    


Hembusan angin di sore hari mengibaskan helaian rambutnya yang Ia biarkan mencuat-cuat dari kuncirannya yang tak rapih. Duduk merenung di atas ayunan usang taman samping kompleknya. Ia tak habis pikir. Ternyata waktu begitu cepat berlalu. Tak terasa tinggal beberapa minggu lagi dia akan merasakan ujian nasional tingkat SMA.

Sebentar lagi Ia akan keluar dari sekolah itu. Berarti juga mungkin akan terpisah dengan teman-temannya. Entah mereka akan mendapat kuliah dimana.

Harry ingin mengambil jurusan kedokteran. Beda lagi dengan Blaise yang ingin mengambil jurusan seni. Katanya, Ia ingin menjadi seniman muda yang berbakat. Yang karyanya akan dikenang sepanjang masa. Kalau Theo dia ingin sekali masuk kuliah jurusan Teknik informatika. Katanya dia ingin membuat game atau aplikasi ciptaannya sendiri. Pokoknya menjadi seorang programmer yang handal.

Ngomong-ngomong tentang jurusan kuliah, Hermione ingat Draco pernah bilang kalau dia ingin mengambil jurusan Teknik sipil. Sedangkan Hermione ingin menjadi arsitek, makanya Ia akan mengambil jurusan Arsitektur.

"Nanti buat rumah masa depan kita, lo yang ngerancang, gue yang bakal ngurusin bangunannya."

Hermione tersenyum miris mengingat itu semua. Ingin rasanya dia membahas masalah perkuliahan dengan Draco. Anak itu punya pemikiran yang kritis, jadi dia bisa memberikan saran yang terbaik untuk Hermione. Tapi sekarang.. dimana dia?

"Sorry, telat."

Hermione cepat mendongak. Ia berdeham sebentar untuk menghilangkan kegugupannya terhadap orang yang kini duduk di ayunan sebelahnya.

"Ngapain nyuruh gue kesini?"

Sambil menatap ke arah bawah, tepatnya ke arah sendal jepitnya, "Mmm, lo.. apa kabar?"

Draco terkekeh pelan, "Geli banget sumpah lo ngomong kaya gitu."

Hermione merengut, "Ih, abis gue nggak tau harus ngomong apa!"

"Terus ngapain nyuruh gue kesini?"

Gadis itu menarik napas panjang, "Oke, gue mau ngomongin masalah kita."

"Kita? Emangnya masih ada?"

Jleb. Rasanya dadanya seperti diinjak-injak pakai sepatu heels tante-tante.

Sakit banget.

"Gue minta maaf." entah sudah keberapa kali Hermione mengatakan itu. Ia harap kali ini Draco mendengarkannya.

Laki-laki itu mengayunkan badannya sendiri ke depan dan belakang. Ia menatap langit yang mulai jingga dengan kedua siku bertumpu pada pangkuannya.

"Lo nggak salah apa-apa. Gue yang harusnya minta maaf karna udah maksa lo buat jatuh cinta sama gue."

Draco tertawa pahit, "Harusnya gue tahu, perasaan lo sama Blaise itu sama kaya perasaan gue ke lo. Susah banget buat hilanginnya. Kaya udah mengakar di hati."

Hermione masih diam. Sumpah demi apapun ingin rasanya dia menenggelemkan diri di samudra terdalam. Bagaimana dia bisa menyakiti hati sebaik Draco? Lagipula kenapa juga ada orang sebaik dia? Dibalik sikap sok nya yang menyebalkan, Draco adalah sosok laki-laki kedua yang paling tulus yang pernah Hermione kenal. Karena yang pertama adalah ayahnya.

"Gue jahat banget ya kayanya?"

"Nggak ada yang salah karena cinta. Itu hak asasi setiap warga Negara."

Bisa-bisanya dia malah berkata seperti itu. Jangan-jangan nanti dia bisa menyebutkan pasal berapa yang mengatur undang-undang tentang hukuman bagi pelanggar Hak Asasi Cinta. Seperti para PHO dan PHP mungkin?

Friendship (DRAMIONE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang