Ruang rawat Theo terasa riuh karena celotehan Harry yang sedang menghafal unsur-unsur kimia. Ditambah Blaise yang juga sedang menghafal pelajaran sejarah.Mereka berdua mendadak taubat karena tinggal satu minggu lagi ujian nasional akan berlangsung.
"Kalo gini, gue terima aja tuh tawaran Indra buat make kunci jawaban." ujar Blaise keki sendiri. Sudah sejam lamanya dia belajar, namun rasanya otaknya sudah seperti balok kayu. Kerasnya bukan main. Mending kalau balok es, karena bisa saja jadi cair. Kalau ini? Balok kayu mana bisa cair. Dibakar saja sekalian sampai hangus jadi abu. Biar Blaise tidak punya otak sekalian.
"Astaghfirullah, Blaise.. Ingat neraka, Nak." Theo berusaha mendramatisir. Disampingnya Kinan hanya geleng-geleng kepala mellihat kelakuan orang-orang ini. Dia sendiri pun sedang pusing belajar fisika. Bukan mereka doang.
"Pada nge-bacot semua, nih!" seru Harry. Dari tadi dia terus mondar-mandir sambil komat-kamit dengan mata tertutup. Dia tidak sadar, kalau dari tadi yang paling mengganggu ya, dia.
"Coba otak gue jenius kaya Hermione atau Draco. Mantap dijiwa banget, kan?" Blaise mengkhayal.
"Seperempatnya otak Hermione juga masih kelebihan buat otak lu, Blaise."
"Kampret si Thelolet." Blaise menutup bukunya dan melemparnya dengan asal ke arah Theo. Alhasil buku itu malah nyasar ke jidat Kinan.
"Mampus, gue." Blaise mendesis.
"Lo berdua bisa diem nggak, sih?!" Kinan mendelik kejam. Theo dan Blaise akhirnya menurut. Mereka diam layaknya anak perawan yang mau dijodohkan.
Merasa bosan, Harry keluar ruangan. Apa lagi kalau bukan untuk menghubungi pacar tercinta? Ginny.
"Enak ya punya pacar. Ada yang merhatiin. Aku mah apa atuh, mau nggak makan sebulan juga nggak ada yang peduli." Blaise curhat.
"Parah banget, lo. Emak lo mau dikemanain? Nih, ya! Sebenernya orang yang paling khawatir kalau kita kenapa-kenapa itu ya, ibu. Beruntung lo masih punya ibu. Masih ada yang khawatirin. Lah, gue?"
Blaise jadi diam. Kalau bahasa anak jaman sekarang itu, kicep.
Theo nyengir, "Digituin aja baper. Gue cuma bercanda kali."
Blaise langsung menimpuk kepala Theo dengan kulit jeruk.
"Anjir, jangan bikin kotor dong, lu!" seru Theo yang malah ikut-ikutan melempari Blaise dengan kulit jeruk juga.
"Lo juga nyampah, nyet!!"
Merasa tak tahan lagi, Kinan akhirnya berdiri. Sampai kursi yang didudukinya hampir terjungkang kebelakang.
"Berisik lo berdua! Mending gue belajar di luar!" akhirnya gadis itu pun keluar sambil membanting pintu.
Hening.
"Elah! Suara gue yang merdu gini dibilang berisik?! Parah banget dia emang." Blaise geleng-geleng kepala. Namun, saat dia hendak berceloteh lagi, dia dikagetkan dengan darah yang keluar dari hidung Theo.
"Yo! Idung lo berdarah itu!"
"Ssstt! Nanti Kinan denger.." Theo mengambil tissue dan menyumpal hidungnya. Tubuhnya merasa sakit sekali. Seperti ditusuk ribuan jarum. Membuat kepalanya terasa ingin pecah.
"Gue panggil dokter dulu,"
Belum sempat Blaise berdiri, Theo sudah menahan tangannya.
"Ng-nggak perlu. Gu-gue nggak apa-apa."
Blaise panik. Dia tidak tahu harus apa.
"Tapi, yo.. Lo butuh diobatin."
Theo tertawa pahit, "Obat? Gue udah bosen, Blaise. Udah, lo nggak usah khawatir. Gue nggak apa-apa."
"Nggak apa-apa gimana? Itu darah lo nggak berhenti juga!"
"Gue capek, Blaise. Capek berusaha terlihat baik-baik aja."
Blaise membatu. Melihat sahabatnya terbaring lemah dengan penyakit berbahaya yang menggerogoti tubuhnya membuat Blaise ingin menyalahkan takdir. Dia tidak ingin kehilangan Theo. Baginya, sahabat adalah keluarga yang tak sedarah.
"Lo jangan kasih tau siapa-siapa. Apalagi Kinan. Kasian dia. Dia selalu nangis kalau gue kumat." katanya sembari mengapit hidungnya.
Blaise tersenyum miris, "Jadi itu maksud lo nyari ribut sama gue tadi? Biar Kinan keluar?"
Theo mengangguk.
"Yo, kalo lo sakit, bagi rasa sakit lo ke kita-kita. Jangan rasain sendirian."
Theo menggeleng, "Mana bisa? Gue sakit karna ulah gue sendiri. Kalian nggak salah. Lo semua nggak perlu ikut ngerasain ini. Cukup gue."
Blaise mengepalkan tangannya. Temannya yang satu ini memang sangat kepala batu. Blaise geram sendiri dengan ketulusan hati Theo. Kenapa orang sebaik dia harus mengalami hal seperti ini?
"Seenggaknya gue panggilan suster, ya?"
"Nggak usah. Ntar susternya makin kesemsem karna liat muka gue mulu, hahaha."
"Yee, masih aje lu ngelawak."
...
Draco menarik napas panjang, lalu menghembuskannya. Dia kembali duduk di samping Hermione, dan mengusap puncak kepala gadis itu. Tatapannya melembut ketika melihat wajah Hermione yang sendu.
Draco tersenyum kecil. Hatinya sungguh bahagia karena ternyata Hermione sudah sangat menyayanginya. Dan bodohnya, sekarang dia lah yang menyakiti hati gadis itu.
Draco tahu rasanya diabaikan. Dan seharusnya dia tidak memperlakukan Hermione seperti ini. Karena demi apapun, itu menyakitkan.
"Maaf ya?" katanya seraya memiringkan kepalanya. Tangannya menyibakkan anak rambut Hermione kebelakang telinga gadis itu.
Hermione menoleh, namun dia hanya diam. Menatap mata kelabu itu dalam-dalam. Dan pada akhirnya dia tersenyum karna merasakan ketulusan di mata Draco.
Cinta tulus itu ketika kita hanya perlu melihat ke dalam matanya, dan kita sudah tahu apa yang ada dalam hatinya. Tanpa sepatah katapun terucap.
"Jadi.. Udah mau cerita?" tanya Hermione.
Draco menggeleng, "Nanti ya? Aku takut kamu marah."
Hermione menekuk wajahnya. Kedua tangannya sudah siap-siap bagaikan sarung tinju. Membuat Draco geli sendiri.
"Jangan bikin aku nggak bisa tidur, dong?!"
"Ciee, nggak bisa tidur mikirin aku ya?"
"Beneran minta di sleding dia.."
"Wohoo, ampun Herm!"
Draco segera berdiri.
"Mau kemana?! Tangan aku udah gatel buat.."
"Buat apa hayoo??" Draco meledek.
Rona merah seketika menjalar di kedua pipi Hermione. Dia salah tingkah karena perkataan Draco yang membuat orang-orang melihatnya dengan sangsi.
Draco berlari menjauh dari Hermione.
"Draco?! Jangan kabuuurr!"
"Takuut, ah! Tangan Hermione gatel. Takut di grepe."
"Anjir, DRACOOOO!!!"
***
Welcome 2018 ❤❤❤
Gak sadar udh bab 30 aja. Semoga pada gak bosen ya sama cerita ini, hehe.. Karna udh kelamaan, aku usahain buat ending lebih cepat 😊 takutnya nnti malah makin eneg bacanya klo cerita ini dibuat panjang2 wkwkwk
Just info, aku mau update cerita lagi, tapi setelah cerita ini tamat.. Kalo pada setuju, silakan komen ya 😊😊😉
Semoga di tahun 2018 ini kita semua menjadi manusia yang lebih baik lagi, dannn.. Yang paling penting adalah.. SEMOGA DI TAHUN 2018 FELTSON JADI NYATAA!! AAMIIN
Salam,SRS
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendship (DRAMIONE)
Fanfiction[COMPLETED] Good friends are like stars. You don't always see them. But, you know they're always there. ... Ini tentang arti persahabatan, cinta, dan rasanya kehilangan. "Gue kangen. Kangen ngehajar kalian semua!" - Hermione