Bab 28

1.2K 182 16
                                    


Hermione mengetuk-ketukkan pulpennya di atas meja. Tangan kirinya menopang dagu dan matanya terus menatap ke arah pintu. Dia sedang menunggu Draco datang ke kelas. Tadi, mereka tidak berangkat bersama karena Draco bilang, dia ada urusan yang harus di selesaikan.

Entah apa urusannya.

"Kemana si Draco, Herm? Tumben datengnya lama. Biasanya dia yang paling pagi." Tanya Harry membuyarkan lamunan Hermione.

Gadis brunette itu hanya mengedikkan bahu tanda tak tahu. Berulang kali Hermione menghubungi Draco, tapi tidak juga diangkat.

"Kamu kemana, sih? Semoga nggak ada apa-apa." Hermione membatin khawatir.

Tengg tengggg tengg!

Hermione menegakkan tubuhnya. Bel sudah dibunyikan. Berarti gerbang sekolah pun ditutup. Dan yang lebih parahnya, guru matematika yang mengajar di jam pertama pun langsung datang.

"Selamat pagi anak-anak!"

"Selamat pagiiii, buuuu!"

Hermione mendesah. Matanya terus saja melirik ke arah pintu. Tapi tidak ada tanda-tanda dari Draco.

"Udah, lo tenang aja. Paling dia kena macet."

Iya.. semoga aja kaya gitu, deh.

"Nah, sekarang keluarkan buku pak-"

"Permisi, Bu!"

Semuanya langsung menoleh ke arah pintu. Tepatnya ke arah dua muda-mudi yang tengah berdiri agak membungkuk di depan pintu karena kelelahan. Napas mereka putus-putus, peluh membasahi pelipis dan sebagian baju.

"Draco? Astoria? Kenapa kalian telat?"

Draco masuk lebih dulu. Diikuti Astoria di belakangnya. Mereka menyalami sang guru, dan menjelaskan semuanya.

"Makanya, kalau mau berangkat itu harus cek semua kondisi kendaraan. Jadi tidak ada lagi insiden ban meletus begini!" Nasihat Bu Mel selaku guru matematika.

Draco dan Astoria hanya mengangguk patuh. Akhirnya mereka pun diizinkan duduk.

"Gara-gara lo, nih! Lo sih jemput guenya kelamaan!" Bisik Astoria kesal. Dia terus menyikut pinggang Draco sampai mereka duduk di bangku masing-masing.

Draco hanya memberengut. Dia langsung duduk di kursinya, tanpa menoleh sedikitpun pada seseorang yang ada di belakangnya. Seseorang yang sedari tadi mengkhawatirkannya.

...

Hermione terus melamun. Dia tidak mengomentari apapun mengenai kegaduhan Blaise dan Theo di kamar rumah sakit. Biasanya gadis itu akan marah-marah dan menyuruh Blaise diam, sedangkan Theo dia suruh untuk istirahat. Tapi sekarang pikirannya sedang melalang buana. Memikirkan seseorang yang sedari tadi dia tunggu, tapi sampai sekarang belum datang-datang.

"Herm, draco udah sampe mana?" Tanya Harry. Laki-laki itu sudah siap-siap memakai jaket untuk pulang.

Hermione mengedikkan bahu. Ponselnya tak pernah lepas dari tangannya. Setiap ponselnya bergetar, pasti langsung Ia lihat. Walaupun kadang dia kecewa karena pesan yang masuk hanya dari customer service.

"Udah deh, lo pulang bareng gue aja. Nanti tante Helga khawatir lho, Herm." Ujar Blaise. Dia juga sudah siap-siap untuk pulang. Sebenarnya dia tidak masalah pulang agak malam. Tapi masalahnya Hermione belum ada yang jemput. Bisa jadi masalah kalau gadis itu pulang malam.

"Jangan kemaleman, Herm. Nanti lo masuk angin."

Hermione cemberut menanggapi Blaise. Memang dia selemah itu apa?

Friendship (DRAMIONE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang