"Tory?"Draco meletakan gelasnya dan agak memutar tubuhnya untuk berhadapan dengan perempuan di sampingnya.
Ia melihat dengan seksama. Ternyata orang itu benar Astoria atau biasa Ia panggil Tory. Temannya saat sekolah menengah pertama dulu.
"Lagi stres makanya minum kaya gini?"
Draco tak menjawab. Ia kembali menghadap meja bar, dan memutar-mutar gelasnya yang tersisa sedikit alkohol.
"Udah lama kita nggak ketemu. Ternyata lo masih cupu."
Draco terkekeh mendengar ucapan Tory. "Lo juga nggak berubah. Masih bar-bar."
Astoria tersenyum miring sambil memutar bola matanya. Perempuan itu memesan satu gelas alkohol seperti Draco, dan menenggaknya cepat seperti dia sudah sangat biasa minum.
"Kalo mau cerita, silakan aja. Siapa tahu gue bisa bantu."
"Sejak kapan lo jadi orang pedulian?"
Astoria tertawa, "Kan lo tahu, gue cuma peduli sama satu orang. Dari dulu sampai sekarang."
Draco tersenyum menatap gelasnya, "Masih belum bisa move on dari gue?"
Astoria menggeleng sambil mengangkat gelasnya sejajar dengan wajahnya, "Hati gue itu selalu buat lo. Ya, lo nya aja yang nggak mau tahu itu. Walaupun gue bar-bar kaya gini, tapi gue itu tulus sama lo tahu."
Draco menghela napasnya, "Udah nggak usah bahas itu."
Astoria meletakkan gelasnya, dan memiringkan kepalanya untuk melihat wajah Draco yang tertunduk.
"Lo kenapa?"
"Nyokap gue.. nyokap gue mau di operasi."
Si perempuan mengangguk, "Terus?"
"Ya, gue takut. Gue takut kehilangan dia."
"Yang bisa lo lakuin cuma doa. Ini emang udah takdir, lo nggak bisa nyalahin siapapun. Lo cuma perlu pasrah, dan berpikir positif. Percaya sama gue, semua bakal baik-baik aja."
Draco mengangguk-anggukkan kepala sebagai respon. Astoria benar. Ia hanya perlu berdoa dan berpikir positif kalau semuanya akan baik-baik saja.
Ya, semua akan baik-baik saja.
Tapi Draco saat ini butuh Hermione. Ia ingin Hermione yang mengatakan itu semua. Tapi apa? Gadis itu sama sekali tidak peduli dengannya.
Draco menoleh dan tersenyum lembut pada perempuan di sampingnya ini.
Astoria mendengus, "Nggak usah senyum kaya gitu, deh! Bikin gue baper aja."
Draco tertawa.
...
Hermione menggigiti jarinya sedari tadi. Sedangkan disampingnya, Blaise berkali-kali menyuruhnya tenang. Tapi mana bisa gadis itu tenang. Ia baru tahu kalau ibu Draco masuk rumah sakit. Itu pun tahunya dari Harry.
Ia menyesal karena sedari tadi tidak mengangkat telfon Draco. Harusnya sekarang dia ada di samping Draco dan menenangkannya. Tapi apa? Dia malah selalu menghindar.
Bodoh. Hermione bodoh.
"Gue mau ke rumah sakit sekarang."
"Oke, gue anter."
...
Langkah kakinya terasa begitu cepat dan menggema di sepanjang lorong rumah sakit. Ia melihat-lihat ke kiri dan kanan untuk mencari keberadaan seseorang yang sedari tadi tidak mengangkat telfonnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendship (DRAMIONE)
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Good friends are like stars. You don't always see them. But, you know they're always there. ... Ini tentang arti persahabatan, cinta, dan rasanya kehilangan. "Gue kangen. Kangen ngehajar kalian semua!" - Hermione