Bab 10

1.5K 234 31
                                    

Theo berjalan terseok-seok menuju kamar mandi laki-laki. Keringat dingin mengucur deras di pelipisnya. Dalam hati, Ia terus saja menghujat dirinya sendiri. Mengatakan kalau dirinya itu sangat bodoh dan gila.

Ia bersandar di balik daun pintu. Napasnya memburu. Dan Ia merasa dunianya seakan berputar-putar.

"Gin, jadi pacarku ya?"

"Kamu tahu, bintang itu banyak. Tapi mereka tetap aja nggak mampu menyaingi sinar kamu di hati aku."

"Jadi.. jadi kalian selingkuh?! Gin, ini semua cuma bercanda 'kan?"

"Brengsekk!! Berani-beraninya lo ngerebut dia dari gue, sialannn!!"

"Pergi kamu dasar anak kurang ajar!! Asal kamu tahu ya, mama kamu itu pergi gara-gara kamu! Dasar pembawa sial!!"

"Ampuuun pa.. ampunnn.."

"Sorry, bagi gue nggak ada lagi yang bisa dipertahanin dari hubungan kita. Semuanya udah selesai."

"Lo akan bahagia sama Harry. Dia pasti bisa jagain lo lebih baik dari gue."

"ARGHHHH!!" erang laki-laki itu tak tahan. Ia menjambak rambutnya kuat-kuat.

"Bego, lo Theo!! Begoo!!"

Tak sadar, linangan air mata sudah menumpuk di pelupuk matanya. Bersiap untuk tumpah. Namun, sebelum itu Ia sudah menyekanya lebih dulu.

Ia merogoh saku celananya, dan mengeluarkan benda yang sudah membuatnya menjadi seperti ini.

Menjadi Theo yang berbeda.

..

Theo tersentak kaget ketika mendapati Kinan yang berdiri di depan pintu kamar mandi sambil menyilangkan tangannya di depan dada.

"Ngapain lo paprika?!" Tanyanya berusaha terlihat baik-baik saja.

"Lo kenapa?" Kinan bertanya dengan datar. Walau tidak ada yang tahu, jantungnya bergetar hebat saat ini.

"Nggak apa-apa, tuh." Jawab Theo santai. Ia ingin pergi, sebelum tangan Kinan meraih tangannya.

"Lo nggak baik-baik aja."

Theo terkekeh, "Sok tahu, deh."

Kinan memutar bola matanya. "Gue emang tahu lo! Bahkan lebih tahu dari diri lo sendiri!"

Theo menegakkan tubuhnya, dan menyilangkan tangannya. Ikut-ikutan dengan gaya Kinan tadi.

"Oh ya?"

Kinan menggeram. Ia menatap tajam ke arah mata Theo. Ada rasa marah dan khawatir di sana.

"Lo emang tahu semuanya tentang gue. Tapi itu dulu. Saat lo belom ngejahuin gue."

Kinan mengalihkan pandangannya dari mata Theo.

"Kenapa? Sampai sekarang, lo masih belum jawab gue. Kenapa lo ngejauh dari gue? Kenapa lo berubah kaya gini?"

"Diem, deh! Itu bukan urusan, lo!"

Theo tertawa sarkas, "Kemana Kinan yang dulu? Kinan sahabat gue yang selalu ada di samping gue. Kemana?"

Kinan menutup matanya rapat-rapat. Ia menarik napas panjang dengan tangan yang meremas seragamnya kuat-kuat.

"Kemana Kinannya gue? Gue kangen lo, Ki. Gue kangen lo yang selalu bilang ke gue, kalo semuanya akan baik-baik aja."

Kinan mendongakkan kepalanya. Ia menatap Theo yang kini tertunduk. Bahu laki-laki itu gemetar. Seakan sedang menanggung beban berat di sana.

"Yo, lo kenapa?"

Friendship (DRAMIONE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang