the beginning

446 53 13
                                    

Jinyoung akhirnya kembali ke kelasnya. Dan duduk di bangkunya bersama dengan Samuel.

"Kau mengikuti Jihoon?" Tanya Samuel setelahnya Jinyoung duduk di bangkunya.

Jinyoung yang baru satu detik duduk kaget setengah mati mendengar pertanyaan yang dilontarkan Samuel.

"Kenapa kalian datangnya secara bersamaan? Seperti ada sesuatu di antara kalian." Lanjut Samuel.

"A- a- aniyo, aku ke kantin tadi" jawab Jinyoung bohong. Jantungnya berdegup kencang, takut kalau aksinya tadi 'mengintip' Jihoon terbongkar, apalagi ada Jihoon seberang bangkunya dan bisa saja dia mendengar dan langsung membuatnya berakhir di ranjang rumah sakit.

"Eum ? Tadi aku ke kantin dan tidak melihatmu disana."

'berpikirlah jinyoung berpikirlah' itulah yang ada di otak jinyoung sekarang.

" Ah, mungkin saat kau ke kantin, aku sedang ke toilet."

"Eumm maybe." jawab Samuel singkat.

Jinyoung bernapas lega, akhirnya Samuel percaya dengan omongannya. Entahlah, apa yang akan terjadi jika dia benar-benar ketahuan kalau tadi ia mengikuti Jihoon.
.
.
.
Bel sekolah berbunyi, menandakan waktunya untuk pulang. Tapi tidak halnya dengan Jinyoung, yang sekarang dia berada di ruang guru karena wali kelasnya memanggilnya sebelum bel berbunyi dan menyuruhnya untuk menghadap selesai jam mata pelajaran berakhir.

Sekitar satu jam Jinyoung berkutik dengan sang wali kelas, akhirnya ia pulang. Berjalan sendirian menuju parkiran karena semua kelas sudah tidak berpenghuni. Dan jalanan di koridor sekolah pun juga sepi, hanya ada satpam yang mengecek satu persatu kelas untuk mengecek apakah ada siswa yang masih di dalam atau tidak.

Sesampainya di samping motornya yang berada di parkiran, Jinyoung mulai memakai helmnya dan tidak lupa mengecek tasnya, barangkali ada yang tertinggal atau tidak.

Setelah dirasanya lengkap, Jinyoung langsung menancapkan gasnya menuju rumahnya.
.
.
.
Sebuah bis berhenti di samping motor Jinyoung karena lampu merah sedang menyala. Awalnya Jinyoung hanha iseng melihat-lihat disekitarnya tetapi ada sebuah objek yang membuat mata Jinyoung berhenti untuk menjelajah.

Kedua mata Jinyoung menajam ketika dia mengetahui objek apa yang membuatnya terhenti pada satu titik.

"Jihoon ?" Ucap Jinyoung samar karena helm full face yang ia gunakan.

Yap benar, Jinyoung melihat Jihoon sedang duduk bersandar di jendela kaca bis tepat di sampingnya. Tetapi bukan itu yang membuatnya penasaran, ada hal lain yang membuat Jinyoung akhirnya memutuskan untuk mengikuti bis yang ditumpangi Jihoon.
'mau kemana dia sampai membawa bunga segala?'
.
.
.
30 menit Jinyoung mengikuti bis yang berada di depannya. Dan akhirnya bis itu berhenti di sebuah halte dekat persimpangan jalan. Motor putih Jinyoung pun berhenti tidak jauh dari halte tersebut.

Dan sosok yang diikutinya pun keluar dari bis itu. Dia mulai berjalan dengan sebuket bunga di tangan kanannya.

Jinyoung yang melihatnya langsung memakirkan motornya di depan minimarket seberang jalan dan langsung berlari mengikuti incarannya, Jihoon.

15 menit berjalan, akhirnya langkah Jinyoung berhenti di sebuah komplek pemakaman.

"Pemakaman? Siapa yang meninggal?" Ucap Jinyoung penasaran.

Jinyoung yang melihat Jihoon masuk ke dalam komplek pemakaman itu pun akhirnya mengikutinya. Dengan jarak yang sudah ia kira-kira agar tidak ketahuan oleh jihoon, Jinyoung membuntuti Jihoon sampai akhirnya Jinyoung berhenti dan bersembunyi di balik pohon yang berada di belakang Jihoon.
.
.
.
Jihoon sampai di depan komplek pemakaman dengan sebuket bunga lily putih di tangannya. Sudah seperti kewajiban baginya untuk datang kesini dengan sebuket bunga lily putih. Kewajiban sejak tiga tahun yang lalu.

congratulations [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang