second

359 49 2
                                    

Setelah kejadian kemarin di Cafe, membuat Jinyoung berfikir keras untuk meminta maaf kepada Jihoon.

"Aku harus meminta maaf kepadanya." Monolog Jinyoung mantap.

Ia berjalan menuju kelasnya. Hari ini hari Senin. Hari dimana aktivitas kembali dimulai. Tetapi sepertinya tidak hanya aktivitas, tetapi sebuah keberanian juga akan dimulai.

Keberanian untuk meminta maaf langsung kepada Jihoon dan keberanian langsung untuk mengutarakan maksut dari pernyataannya kemarin.
Karena sebenarnya Jinyoung sedikit merasa gugup untuk bertatap muka dan berbicara langsung ke Jihoon tentang masalah kemarin, tetapi hatinya bertekad akan membantu Jihoon untuk menyelesaikan masalahnya.

Sekarang waktunya untuk istirahat bagi semua murid,staff dan guru di SOPA. Semua berhamburan di seluruh penjuru sekolah. Ada yang di kantin, lapangan, koridor, perpustakaan dan bahkan masih ada yang betah di dalam kelas.

Sama halnya dengan Jihoon dan Jinyoung. Mereka berdua masih duduk manis di bangkunya masing-masing. Jihoon yang sedang mengerjakan tugasnya dan Jinyoung yang sedang berfikir 'bagaimana meminta maaf kepada Jihoon'.

Ia sesekali melirik Jihoon dan berfikir kembali. Sampai akhirnya ia sudah siap dan mulai berjalan mendekati Jihoon. Jinyoung menyapa Jihoon terlebih dahulu.

"Eum.. Jihoon-ah, aku-"

"Tugas kelompok kita, biar aku saja yang mengerjakan. Kau, hanya diam saja saat presentasi nanti. Biar aku sa-"

"Yak, mana bisa begitu. Kita satu kelompok. Mana mungkin hanya kau saja yang mengerjakan." Jinyoung menaikan sedikit intonasi suaranya. Sungguh ia sangat kaget mendengar perkataan Jihoon barusan. 'Apa-apaan dia' pikir Jinyoung.

Jihoon berdiri dan mulai berhadapan dengan Jinyoung yang terlihat kesal.

"Terus sekarang apa maumu ?" Jihoon menatap Jinyoung dingin, tanpa ekspresi sama sekali.

Jinyoung berdecih.

"Mauku ? Kita mengerjakannya bersama-sama. Jika kau bilang seperti itu karena perkataanku kemarin, aku minta maaf. Aku tidak bermaksut untuk-"

Jihoon pergi meninggalkan Jinyoung yang masih berbicara. Sedangkan Jinyoung yang melihatnya, langsung kesal dan tertawa remeh dengan tindakan Jihoon.

"Ck, dosa apa yang orang tuamu lakukan sampai mempunyai anak sepertimu? Anak yang tidak memiliki perasaan , dingin dan egois."

Langkah Jihoon berhenti setelah tiga langkah ia berjalan ke depan. Awalnya ia tidak menghiraukannya, tetapi setelah mendengar kalimat 'orang tuamu' otomatis langkah Jihoon langsung berhenti. Tetapi tidak menolehkan kepalanya ke belakang ke arah Jinyoung.

Jinyoung yang melihatnya langsung tersenyum remeh dan kedua tangan nya dimasukkan ke dalam saku celananya.

"Aku jadi merasa kasihan kepada orang tuamu. Kalau aku jadi mereka, pasti aku akan menyesal memiliki anak sepertimu."

Jihoon mengepalkan tangannya dan matanya mulai berair karena kesal. Tetapi ekspresi nya masih tetap sama, datar.

"Seharusnya kau tidak usah melakukan hal seperti itu, dingin,egois dan seolah-olah kau tidak memiliki perasaan seperti itu. Padahal kau sendiri adalah seseorang yang rapuh dan selalu menangis di depan kedua batu nisan orang tuamu yanh sudah meninggal itu. Kau hanya akan menyusahkan dirimu sendiri Jihoon-ah."

Jihoon sedikit terkejut dengan nafasnya yang tiba-tiba berhenti dan matanya melebar. Sementara kepalan di tangannya semakin kuat.

"Oh ya, dan juga kalau kau memang masih mencintai si namja tinggi itu, seharusnya kau memperjuangkannya bukannya malah sok tegar dan rela melepaskannya bersama selingkuhannya itu."

Denga sekali tarikan nafas, Jihoon membalikkan badannya menghadap Jinyoung. Ia bisa melihat senyuman remeh dari Jinyoung.

'kena kau sekarang' batin Jinyoung.

Ia merasa sudah berhasil membuat Jihoon tidak berkutik sama sekali dan dia merasa senang sekarang setelah melihat reaksi Jihoon.

"Jadilah dirimu sendiri Jihoon-ah. Aku tahu kau membutuhkan seorang teman untuk menumpahkan semua keluh kesahmu dan menceritakan semua yang ada dipikiranmu. Aku bisa membantumu untuk itu."

'sepertinya aku akan berhasil kali ini' batin Jinyoung.

Senyuman yang awalnya meremehkan, seketika berubah menjadi senyuman manis. Jinyoung Menatap Jihoon, begitu pula sebaliknya. Tetapi tatapan yang mereka curahkan berbeda.

Jihoon masih diam di tempat, ia berusaha mengontrol emosinya dan tidak ingin membuat namanya tercoreng gara-gara pemuda di hadapannya itu.

Jihoon menutuo matanya sebentar lalu kembali menatap Jinyoung. Satu langkah ia buat.

"Hana."

Jinyoung masih setia berdiri di tempatnya tanpa bergerak sedikit pun.

"Kau tidak tahu apapun, jadi jangan sok tahu hanya setelah kau melihat semuanya." Jihoon berada dua langkah di depan Jinyoung. Tetapi masih dengan ekspresi datar dan dingin.

"Dul."

Jihoon melangkahkan kakinya lagi.

"Kau bukan siapa-siapaku, jadi jangan mencampuri urusanku."

Jinyoung masih setia menatap Jihoon. Dan Jihoon kembali melangkahkan kakinya.

"Set."

Dan kali ini langkahnya berhenti tepat di depan Jinyoung. Ia dan Jinyoung hanya berjarak kurang dari satu jengkal. Jika sedikit saja ada yang bergerak, akan dipastikan mereka akan, ahh sudahlah.

"Kau berbicara seolah-olah kau benar dengan semua yang kau lakukan. Seharusnya kau intropeksi diri sebelum berbicara. Dan juga, jangan jadi sok pahlawan dengan berteman denganku dan melakukan hal yang kau katakan tadi."

Jihoon menatap tajam mata Jinyoung, sedangkan Jinyoung membalas tatapan mata Jihoon dengan pandangan yang berbeda.

Jinyoung hanya diam mendengar kata-kata Jihoon barusan dan menurutnya, itu tadi adalah kalimat terpanjang yang pernah ia dengar dari Jihoon selama mereka menjadi teman sekelas.

"Jadi, ku peringatkan untukmu, Bae Jinyoung-ssi. Berhentilah untuk mencampuri urusanku dan kalau bisa, enyahlah kau dari hadapanku."

Jihoon berbalik arah dan pergi meninggalkan Jinyoung yang masih diam di tempat.

"AKU TIDAK AKAN PERNAH PERGI DARIMU. AKU AKAN SELALU BERADA DI SAMPINGMU, JIHOON-AH." Teriak Jinyoung saat ia melihat Jihoon mulai keluar kelas.

"Aku akan membuatmu berubah dan mau menjadi temanku. Aku janji." Lanjut Jinyoung, tetapi tidak dengan teriakan. Jinyoung tersenyum penuh arti.

'berjuanglah Bae Jinyoung. Kau pasti bisa.'

Eum segini dulu untuk chapter ini
Maafkeun kalo kelamaan 😌😌
Karena tiba-tiba Kim kehilangan ide hehehe
Tapi tenang, keep calm
Kim bakal cari pencerahan dari berbagai petuah dan pepatah (apaan-_-)

Dan Kim liat ada yang masukin ff ini di library 'panwink' yee
Hehehe sebenarnya ini gw buat 'winkdeep' tapi ada bumbu" 'panwink'
Jadi 'panwink' cuma gw buat sebagai tambahan konflik antara baejin sama jihoon
Mian~ mian panwink shipper 🙏

Tapi gw bakal masukin panwink kok, tenang aja
Sabar yaaa
Karena pikiran gw masih dipenuhi oleh winkdeep 😌😌

Baiklah sekian
Gamsahamnida *bow

congratulations [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang