that feeling

418 58 0
                                    

Jinyoung masih terdiam di tempatnya. Otaknya masih mencerna apa yang baru saja terjadi.

"Jinyoung-ah, kau tidak apa-apa?" Tanya Minhyun.

"Hah?" Jinyoung membeo.

"Oh, aku.. aku tidak apa-apa." Jawab Jinyoung.

Ia langsung menolehkan kepalanya kearah Jihoon yang sedang berjalan menuju tenda khusus kesehatan bersama dengan temannya yang lain.

'apa aku tidak salah dengar?' batin Jinyoung.

Lalu ia mengalihkan pandangannya ke arah seseorang yang tadi memukulnya. Dan ternyata dia sudah menghilang entah sejak kapan.
.
.
.
Malam ini adalah malam terakhir mereka berkemah dan besok mereka akan kembali ke Seoul. Semua siswa berkumpul membentuk lingkaran dengan api unggun di tengahnya.

Iringan gitar dan nyanyian merdu pun terdengar. Menghantarkan kehangatan dan kebahagiaan. Mereka semua terlihat sangat bahagia, tertawa dan bercanda satu dengan yang lain.

Tapi berbeda dengan Jihoon. Ia hanya duduk diam di samping Hyeongseob. Matanya sedari tadi melihat kearah Jinyoung yang tampak diwajahnya ada beberapa lebam bekas pukulan Guanlin kemarin.

Dan sampai sekarang bekas itu masih ada. Dan sepertinya pukulan Guanlin kemarin benar-benar keras sehingga meninggalkan bekas yang sangat ketara di sudut bibir Jinyoung.

Dan itu membuat Jihoon merasa bersalah.

Ia berpikir karena dialah Jinyoung mendapatkan pukulan itu. Ia juga mengingat dengan jelas saat Jinyoung menolongnya kemarin. Jinyoung benar-benar membuktikan janjinya, 'akan selalu ada untuk Jihoon'.

Jihoon memang tidak mengindahkan perkataan Jinyoung tempo lalu, tetapi otaknya malah merekam dengan jelas apa saja yang diucapkan oleh Jinyoung.

'aku harus minta maaf' batin Jihoon.

Jam menunjukkan pukul 23.00 KST dan Kim Saem sudah memerintahkan semua muridnya untuk kembali ke tenda dan istirahat karena besok mereka akan kembali ke Seoul.

Jihoon berjalan menuju tendanya dan ia tidak menemukan seseorang yang ia cari. Akhirnya Jihoon berjalan keluar untuk mencari seseorang.

Ia menyusuri semua tempat yang ada di perkemahan itu, tetapi Jihoon tidak menemukannya. Beberapa saat ia berpikir, akhirnya ia memutuskan untuk ke tepi hutan di sebelah utara tempatnya berkemah.

Ada sebuah gazebo dengan pemandangan lampu-lampu kecil yang menerangi hutan saat Jihoon melangkahkan kakinya mendekati tempat itu. Dan akhirnya ia menemukan seseorang yang ia cari.

Setelah ia menetralkan nafasnya, akhirnya ia menghampiri seseorang itu yang sedang berbaring di gazebo tersebut. Jihoon melangkahkan kakinya setenang mungkin, dan akhirnya ia mendudukkan pantatnya tepat di samping seseorang itu.

Jihoon melihat seseorang itu dengan mata yang menjelajahi setiap lekuk wajah seseorang itu. Jihoon memperhatikan wajah yang sangat tampan dengan sinar lampu-lampu kecil yang menyinarinya.

'Tunggu, tampan ?? Kau pasti sudah gila Jihoon' pikir Jihoon lalu ia mengalihkan pandangannya ke arah lain dan menggelengkan kepalanya seolah menolak pemikiran tentang
'betapa tampannya dia'.

Dan saat ia masih sibuk dengan pikirannya, tiba-tiba Jihoon dikagetkan dengan tatapan mata tajam di sebelahnya.

"Yak, kamcagiya. Kau membuatku kaget." Ucap Jihoon dengan ekspresi kagetnya.

Seseorang itu tertawa dengan senangnya menampakkan senyuman tampan dan eye smile yang membuatnya berkali-kali lebih tampan dan itu membuat Jihoon sempat terpesona.

congratulations [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang