first

442 52 1
                                    

Kim Seongsanim datang sesaat setelah pandangan Jinyoung terhalang oleh kehadiran Samuel dan Hyeongseob yang duduk di bangku mereka masing-masing.

Jinyoung akhirnya mengalihkan pandangannya ke arah depan dan mulai mendengarkan Kim Seongsanim menerangkan pelajaran.

Tidak ada yang berbicara saat Kim Seongsanim menerangkan, entah karena serius mendengarkan atau takut terkena omelan panjang dari Kim Seongsanim.

"Ja, saya akan memberikan tugas kepada kalian. Ini tugas kelompok. Satu kelompok berisi dua orang dan saya yang akan menentukan anggota kelompoknya." Kata Kim Seongsanim.

Para siswa 11-1 pun hanya bisa menghela nafas panjang dan berat. 'pasti tugasnya akan susah, susah dicari' batin semua siswa.

"Kelompok pertama , Samuel dan Haknyeon"

Terdengar helaan nafas besar dari anggota kelompok pertama, Samuel dan Haknyeon.

'oh my god, dia lagi' batin Samuel.

'aiisshh jinja, si bule lagi' batin Haknyeon.

Kim Seongsanim melanjutkan lagi pembagian kelompok untuk tugasnya.

"Kelompok 8, Park Jihoon dan Bae Jinyoung."

'what?' batin Jinyoung. Seketika pandangannya teralihkan. Yang fokus pandangannya ke arah buku sekarang ke arah Kim Seongsanim, selanjutnya ke arah partnernya, Jihoon.

Sedangkan yang dipandang, tidak mengalihkan pandangannya sama sekali dari bukunya.

'sepertinya dewi fortuna berpihak untuk membantuku, thanks god' batin Jinyoung sambil tersenyum walaupun kecil. Sungguh dia sangat senang sampai ia ingin berteriak tetapi ia sadar berada dimana sekarang.

Kim Seongsanim telah selesai membacakan pembagian kelompok untuk tugasnya. Dan mengalihkan pandangannya ke depan.

"Tugas ini harus dikumpulkan dalam waktu seminggu dan dipresentasikan di depan kelas. Ada yang mau ditanyakan?"

Hening.

"Saya rasa sudah cukup, baiklah saya permisi dulu dan jangan lupa tugasnya. Sampai saya tahu kalau salah satu yang bekerja sendiri, saya tidak akan mentolerir."

Kim Seongsanim pergi meninggalkan singgasananya dan sontak seketika para murid berhamburan menghampiri anggotanya dan ada juga yang pergi ke kantin.

Tidak halnya dengan Jinyoung, dia sudah berdiri di bangkunya tetapi tidak bergerak seinci pun dari bangkunya.

'apa yang harus kulakukan? Berpikir Bae Jinyoung' itulah yang ada dipikirannya sekarang.

Dengan perlahan Jinyoung menghampiri Jihoon. Jantungnya sungguh tidak bisa terkontrol saat ini. Sampai akhirnya dia sampai samping bangku tempat Jihoon duduk.

"Eum.. Jihoon-ah." Panggil Jinyoung pelan.

'kenapa dengan jantungku? Oh my god' batin Jinyoung. Ia merasa jantungnya berdegup dengan kencang saat ini padahal ia hanya menyapa.

Jihoon tidak mengalihkan pandangannya dari bukunya sama sekali seolah tidak menyadari kehadiran Jinyoung disebelahnya.

"Besok jam 10 di Wanna Cafe." ucap Jihoon singkat sambil berjalan meninggalkan kelas tanpa memandang Jinyoung sedikitpun.

Jinyoung yang mendengarnya hanya terbengong-bengong dengan mata membulat dan mulut yang sedikit terbuka. Lalu dia hanya menganggukkan kepalanya kaku.

Sepertinya ia masih tidak menyadari kalau Jihoon sudah tidak berada di bangkunya sampai akhirnya ia tersadar karena senggolan dari Samuel.

"Kau kenapa?" Tanya Samuel.

congratulations [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang