01. awal semester

87 11 0
                                    


Siang yang begitu terik memaksa lelaki bertubuh tinggi itu mempercepat ayunan langkah kakinya. Sesekali tangan kanannya menyapu keringat yang turun menetes diwajah tampannya.

Setelah menaiki dua anak tangga, dia merasa bahunya ditepuk dari belakang.

"Cepat sekali kau sampai disini,Han...bukannya tadi kita parkir bersamaan?!" ucap Tius disampingnya.

"Iya,Yus..takut telat..Pak Bambang kan antipati sama mahasiswa yang terlambat. Masih ingat ucapannya dahulu..? Kalau anda datangnya terlambat, berarti anda tidak menghargai waktu,tidak menghargai diri anda sendiri. Otomatis anda juga tidak menghargai saya yang ada disini! " jawabnya seraya menunjuk kearah dadanya sendiri seakan menirukan ucapan dosennya.

"Iya Han, ayo cepat masuk kelas!" ucap Tius gentar,


Kedatangan mereka berdua disambut oleh Umi, Devi, dan Ageng.

Mereka berlima sudah akrab sejak awal mereka masuk kuliah difakultas Ekonomi tersebut. Canda dan tawa sudah menjadi bumbu persahabatan mereka. Saking kompaknya, mereka juga bersama ambil kuliah semester pendek yang artinya mengurangi jatah waktu liburan mereka.

"Tidak balik kampung kamu,Han?"Tanya Umi disampingnya.

"Sudah tahu,nanya...biar pinter dia betah betahin disini biar cepat selesai SKS nya, biar anak emak cepet lulus kuliah!" seloroh Ageng sambil meninju pelan bahu temannya.

"Nah...tuh bener yang diucapin Ageng...tanya juga dia,nyesel tidak dia batal diving di Raja Ampat...hambur hamburin dokat papinya mumpung tajir ini!" Jawab Han sekenanya.

"Kamu ini Han, katanya suruh tirakat dikampus biar pinter macam Tius, biar pandai ngomong kayak Devi dan bijaksana macam Umi?"cerocos Ageng asal.

"Nyindir...halus banget ngatain pandai ngomong bilang saja nyinyir, cerewet,bawel,lan sak konco konconipun!" seru Devi memanas.

Kontan saja mereka berlima tertawa seru.

Mereka kembali saling melontarkan seloroh dan banyolan menghibur tanpa bermaksud menyakiti satu sama lain.

Han memandang sekeliling kelas, banyak wajah-wajah yang tidak dikenalnya. Mereka kuliah bersama, ada yang beda kelas satu angkatan dengannya, adapula yang adik kelasnya. Selisih dua atau empat semester.

Pintu kelas terbuka, Pak Bambang datang sambil menjinjing tas hitamnya. Ia tutup kembali pintunya, kemudian mengambil laptop tebal, setebal ilmunya.

Hery maju kearah depan. Sang komting siaga tingkat satu membantu sang dosen menyiapkan uborampe perkakas LCD.

Setelah mengucapkan terimakasih pada Hery, Pak Bambang membuka my document yang banyak menyimpan file materi perkuliahannya. Sesekali ia membetulkan letak kacamatanya, sesekali pula ia mengernyitkan dahinya. Mulutnya sedikit komat kamit mengeja judul tiap tiap file yang tertera dalam layar monitornya.

Seluruh kelas hanya diam terpaku menanti paparan dari dosen yang terkenal disiplin, tegas dan berwibawa tersebut.

Devi yang terkenal suka ributpun tak berani berkutik. Ageng yang biasanya usil hanya memainkan kedua jemari tangannya tanpa menimbulkan suara. Umi dan Tius konsentrasi kedepan menatap tulisan tiap-tiap kata pada layar putih yang terkembang. Han sibuk dengan kertas dan penanya.

Pelan namun pasti ia goreskan sketsa sesosok wajah yang ia kenali. Alis tebal, tatapan mata tajam, dahi mengernyit, bibir kaku dan kharismatik.

"Ini materi Managemen Akuntansi yang akan saya paparkan pada pertemuan kali ini!"ucap Pak Bambang memecah keheningan.

"Kalian tentu tidak asing dengan istilah Break Event Poin, juga cara menghitung Reliabilitas dan sebagainya. Kali ini kita akan.."


Gedubrak!!! Suara handle pintu besar yang beradu dengan kayu pintu sebelahnya. Tiba tiba pintu kelas mereka terbuka. Kontan saja seisi kelas mereka kaget dan serempak melihat kearah sinar yang masuk.

Cinta Bukan SesaatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang