• limabelas •

4K 562 17
                                    

"Ros... Bangun! Kita udah sampai, nih." Eunwoo menepuk lengan Rose beberapa kali sampai cewek itu dengan perlahan membuka matanya.

Seketika matanya melebar saat melihat pemandangan laut di sepanjang mata memandang. Rose segera melepaskan sabuk pengamannya dan keluar dari mobil. Eunwoo tersenyum geli melihat Rose berlari seperti anak kecil yang nggak pernah diajak main sama orangtuanya.

"Eunwoo! Sini deh!" seru Rose saat melihat Eunwoo keluar dari mobil. Beberapa kali Rose melambaikan tanganya dan akhirnya Eunwoo berjalan menghampiri Rose yang sedang bermain di bibir pantai.

"Seneng lo?" tanya Eunwoo sambil terkekeh.

Rose mengangguk beberapa kali sambil tersenyum lebar.

Eunwoo meletakan tangan kanannya di pinggang sedang tangan kirinya terangkat dan mengacak-acak puncak kepala Rose dengan gemas. "Udah, nggak usah sedih karena masalah sepele. Di luar sana masih banyak orang yang mempunyai masalah yang lebih berat dari lo."

Rose menundukkan kepalanya, menyembunyikan wajahnya yang merona karena malu. Sungguh kenakak-kanakan memang jika dia marah hanya karena Mingyu dan Pinky.

"Makasih ya, Woo."

"Mau ngobrol sambil duduk?" tawar Eunwoo dan langsung di balas anggukan oleh Rose.

Pagi tadi, sekitar jam enam kurang, Rose udah dijemput sama Eunwoo. Semalem-waktu mereka teleponan-Eunwoo bilang mau ngajak cewek itu refreshing. Cuma, Rose nggak tau kalo Eunwoo bakal ngajaknya sekarang dan sepagi ini. Makanya tadi waktu di jalan Rose ngelanjutin acara tidurnya.

Mereka berdua pun duduk dengan beralaskan pasir putih. Masih jam delapan, suasana pantai juga sepi. Ya, bisa dibilang pantai ini belum banyak dijamah oleh kaki manusia.

"Jadi... lo udah nggak sedih lagi?" tanya Eunwoo mengawali pembicaraan.

"Menurut lo?"

Eunwoo mengendikan bahunya. "Cuma lo sama Tuhan aja yang tau."

Rose terkekeh, ia menyelipkan anak rambutnya yang tidak terkuncir. "Gue udah nggak sedih lagi, kok."

"Bagus deh kalo kayak gitu. Lagian cowok juga nggak hanya ada Mingyu doang, kok."

Eunwoo dan Rose menoleh secara bersamaan. Sedetik kemudian cowok itu mengulum senyumnya dan Rose membalasnya dengan tatapan bingung.

"By the way, pertanyaan gue yang semalem belom lo jawab," kata Eunwoo.

"Pertanyaan apa?"

"Lo suka sama Mingyu?"

Rose kembali bergeming saat Eunwoo menanyakan hal itu. Karena Rose bingung mau menjawab apa. Dia sendiri juga nggak ngerti, apakah Rose memiliki perasaan lebih dari seorang sahabat kepada Mingyu.

.
.
.

"Lo sengaja ngomong kayak gitu ke Rose?"

Pinky menatap lawan bicaranya dengan sarkas. "Kenapa lo marah sama gue?!"

"Karena gara-gara lo, Rose marah sama gue!"

"Gyu! Lagian suatu saat dia bakalan tau apa yang pernah terjadi sama kita. Jadi, mending gue ngomong sama dia apa adanya. Gue nggak mau bohongin dia lagi dan perasaan gue!"

Mingyu menyisir rambut hitamnya ke belakang. "Perasaan lo? Perasaan apa?"

Tiba-tiba saja Pinky meraih kedua tangan Mingyu dan menggenggamnya. "Perasaan gue sama lo. Gue nggak bisa lupain lo, Gyu. Gue minta maaf karena nggak nerima lo. Dan sekarang gue mau jadi cewek lo, Gyu. Gue suka sama lo!"

"Apa? Gue nggak salah denger?" Mingyu tertawa hambar setelah mendengar ucapan dari Pinky. "Pink, lo sadar nggak sih, lo udah ninggalin gue berapa lama?"

"Seberapa lama gue pergi, gue yakin perasaan lo masih sama ke gue, Gyu. Karena gue adalah cinta pertama lo."

"Bulshit, Pink!" umpat cowok jangkung itu. "Lo pikir cowok mana yang bakal bertahan setelah ditolak kayak gitu?"

Hening sejenak.

"Gue bukan orang yang bakal terus berharap sama orang yang udah ngebuang gue, Pink," kata Mingyu lagi. "Gue udah ngasih perasaan gue buat cewek lain."

"Siapa? Jangan bilang-"

"Iya! Gue suka sama Rose!"

Rasanya ada yang menampar wajah Pinky dengan kencang saat Ia mendengar pertanyaan menyakitkan yang dilontarkan oleh Mingyu. Pinky berusaha menemukan kebohongan dari mata Mingyu namun nihil. Mingyu benar-benar menyikai Rose.

"Jadi... gitu..." Pinky menundukkan kepalanya lalu tertawa hambar.

"Sorry, gue udah nggak ada perasaan sama lo lagi, Pink. Gue lebih milih Rose sekarang. Dan, kayaknya bukan gue yang ngerusak persahabatan diantara kita. Tapi, lo sendiri, Pink."

Pinky mendongakkan kepalanya, berusha menahan air matanya agar nggak sembarangan keluar dan membasahi pipinya. Pinky berusaha menjaga sisa harga dirinya. Dalam hati dia nyesel banget udah nolak Mingyu dulu, dan sekarang malah dia yang ditolak.

Mungkin bener sama omongannya Mingyu. Kalo dia yang bikin persahabatan diantara mereka rusak, bukan karena Mingyu. Toh, sekarang jadinya kayak gini.

Rose marah sama dia dan Mingyu. Sedangkan Mingyu lebih milih Rose. Dan Pinky nggak dapat apa-apa.

Sahabat? Cinta?

Apa Rose masih mau nerima dia sebagai sahabat?

"Ya udah, Gyu. Gue balik. Salam ke Rose. Bilang kalo gue minta maaf." Pinky memutar tubuhnya dan berjalan ke arah pintu Rumah Mingyu.

"Kenapa lo nggak minta maaf langsung sama Rose!" kata Mingyu setengah berteriak.

Pinky menghentikan langkahnya sejenak lalu mengangkat tanganya membentuk tanda 'oke'. Setelah itu ia membuka pintu dan segera keluar dari rumah Mingyu.

***

30 Agustus 2017

Mingyu & Rose ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang