part 13c

2.9K 38 0
                                    

"Tunggu di ruang makan aja. Bentar lagi mateng." Kata Billy sambil terus mengaduk pastanya. Rio diam tak bergeming. Dia tetap bersandar sambil bersedekap di pintu dapur.

Billy menghentikan aktivitasnya sejenak dan berbalik menghadap Rio sambil menenteng spatula kayu. Alisnya terangkat sebelah melihat Rio yang tersenyum-senyum sendiri memandangnya. Tak ambil pusing dengan sikap Rio yang aneh itu, Billy kembali meneruskan memasaknya.

Rio menyudahi acara senyum-senyum sendirinya saat rusuknya terasa sakit. Ternyata dari tadi Billy menyikut-nyikutnya sambil membawa sepiring besar pasta dan sallad. Tampilan makanannya begitu menggoda. Rio lantas membantu Billy membawa hasil karyanya ke meja makan. Setelah menyendok pasta buatannya, Billy mulai melahap masakannya. Begitu juga Rio. Masakan Billy memang nikmat. Apalagi bila dinikmati dalam keadaan perut lapar seperti ini.

"Bil, lu lagi ada masalah sama si Nita ya?" Tanya Rio di sela-sela makannya. Billy terdiam sejenak dan kembali memasukkan sesuap pasta ke dalam mulutnya.

"Bil???"

"Nanti aja gue ceritain." Jawabnya. Rio mengangguk paham. Dia pun meneruskan makanya dengan lahap. Setelah pasta dan salad tandas dari piringnya, mereka membereskan piring-piring dan gelas di meja makan.

"Mbok Nah kemana?"

"Sakit. Tunggu. Gue mau nganter bubur ke kamarnya dulu."

Mbok Nah, pengurus rumah sekaligus pengasuh Billy sejak kecil. Dia tak memiliki anak. Sehingga menganggap Billy seperti anaknya sendiri. Ketika kedua orangtuanya meninggal, mbok Nah-lah yang terus mengasuh Billy. Saat neneknya datang untuk mengasuh Billy, mbok Nah sempat akan di pulangkan ke kampung halamannya. Tapi Billy menolaknya. Dia tak ingin ada yang memulangkan mbok Nah ke kampungnya. Tak ingin terpisah darinya.

Rio mengikuti Billy ke kamar mbok Nah. Dia berhenti di depan pintu dan kembali memperhatikan Billy yang dengan lembut menyuapi mbok Nah. Walaupun mbok Nah menolaknya, Billy tetap menyuapinya.

"Biar saya makan sendiri, Den.." Katanya parau. Billy menggeleng dan tetap menyodorkan sendok berisi bubur hangat ke depan mulut mbok Nah. Akhirnya mbok Nah tak lagi menolak untuk disuapi. Mungkin sudah tahu tabiat tuan mudanya yang tak mudah merubah keputusannnya.

"Istirahat ya, Mbok.." Kata Billy sambil merapikan selimut yang tersampir di atas tubuh mbok Nah. Mbok Nah tersenyum dan mengangguk. Billy yang mendapati Rio sedang berdiri di hadapan pintu segera menggerakan tangannya seperti mengusir Rio keluar dari kamar Mbok Nah.

"Cepet sembuh ya,mbok.." Kata Rio dari pintu.

"Makasih, Den Rio.." Billy dan Rio kembali ke dapur dan mencuci piring yang tadi di pakai makan. Rio turut membantu.

"pembantu lu yang lain mana?"

"pasar."

Selesai mencuci piring mereka beranjak ke gazebo untuk duduk bersantai. Angin malam berhembus pelan. Seperti enggan menghapus hangat yang tadi dihadirkan mentari.

"sekarang ceritain ada masalah apa lu sama ANita."Kata Rio. Diam-diam dia menelpon Riri dengan handphonenya.

**********

"tumben kak Rio nelepon gue.. Biasanya juga Cuma sms doang."Kata Riri.

"Waktu ekskul film, kita pake handycam. Dia mungkin pinjem sama temennya and nggak minta diajarin dulu sama yang punya. Emang cara pengoperasiannya agak beda. Dia nyalain, tapi nggak nyala-nyala. Setelah gue liat dan gue otak -atik, bisa nyala. Gue bilang gini 'makanya kalo pinjem gadget orang itu minta ajarin dulu makenya..' sambil senyum. Niatnya bercanda. Tapi tahu-tahu dia ngomong gue punya masalah apa sama dia, gue ngeremehin dia, terus dia pergi gitu aja ninggalin gue."

Music in Our LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang