Part 22

2.5K 26 4
                                    

Dipandanginya tubuh gadis yang tertidur di hadapannya karena pengaruh obat bius. Masih terekam jelas dalam ingatannya saat dia mendengar vonis itu. Begitu terkejut hingga membuatnya histeris.

"Marissa.. menderita kanker darah atau biasa kita sebut dengan leukimia. Sudah stadium 3.." Riri terkejut mendengarnya. Dia terperangah. Air matanya perlahan-lahan turun mengaliri pipinya. Ken pun tak kalah terkejutnya. Dan Rio, dia tak dapat mengidentifikasi perasaan yang ada di dalam dadanya saat mendengar vonis dokter itu.

"leukimia limfositik akut. Bila tak segera di tangani, sel-sel kanker bisa menyebar ke dalam aliran darah dan berpindah ke hati, limpa, kelenjar getah bening, otak, ginjal dan organ reproduksi, dimana mereka melanjutkan pertumbuhannya dan membelah diri."

"Lalu penanganan apa yang harus di ambil untuk mencegah sel kanker itu menyebar?"

"Kita harus secepatnya mencari donor sumsum tulang belakang untuk transplantasi dan menjalani sekitar 4 kali siklus kemoterapi.. tapi jarang ada donor untuk sumsum tulang belakang.. karena itu, pencarian donor sumsum tulang belakang bisa memakan waktu yang lama.. dan selama menunggu donor yang cocok, mungkin pasien akan.."

"NGGAK!! ITU NGGAK MUNGKIN!! NGGAK!! DOKTER PASTI SALAH!!"

"Riri.. tenang, Ri.." Ken menenangkan Riri, memegang bahunya. Tapi Riri terlalu kalut hingga dia menepis kasar tangan Ken dan mendorongnya hingga jatuh.

"Riri.." Rio memeluk Riri menenangkannya. Riri berusaha melepaskannya. Tapi pelukan Rio terlalu kuat untuk ditaklukannya.

"Kak.. gue nggak mau mati sekarang.. gue masih mau hidup.. gue masih mau hidup.. gue nggak mau mati secepat ini kak.. kak gue takut.." katanya lemah disela isakkannya

"sssttt... jangan takut.. ada gue di sini.. kita akan cari donor itu secepat mungkin.. lu pasti sembuh.. gue akan lakuin hal apapun untuk kesembuhan lu.."

"gue nggak mau mati secepat ini, kak.."

"nggak.. lu pasti bisa sembuh.. percaya sama gue.."

Apa yang harus dilakukannya untuk mengupayakan kesembuhan Riri? Pikirannya tak mampu berpikir dengan jernih saat ini. Yang ada di pikirannya hanya potongan adegan saat Riri histeris saja. Tak ada satupun pikiran yang memberitahukannya harus melakukan apa.

**********

Kemarin, Riri dan Nita –yang dirawat di rumah sakit yang sama- bisa pulang setelah menghabiskan waktu 2 minggu (ini khusus untuk Nita. Kalau Riri 4 hari aja sudah cukup) terkapar di rumah sakit. Keadaan mereka sudah lebih baik. Dan Riri, dia sudah bisa menerimanya dengan besar hati. Kini dia lebih tenang. Karena dia yakin, keluarganya akan berbuat semampunya untuk menyembuhkannya. Ayah dan Ibu sampai bertolak kembali dari Seoul setelah mendengar kabar tentang Riri.

Seperti yang sudah bisa di tebak, begitu sampai rumah, dia diperlakukan lebih istimewa. Seperti semua perhatian yang ada di rumah hanya tertuju padanya. Putri kesayangan. Kini dapat dipastikan dia tak akan sendiri. Karena selalu saja ada yang akan menemaninya. Entah itu teman-teman Rio, Ken, atau keluarganya.

Tapi dia sendiri tak berubah. Tetap pecicilan tak bisa diam. Hingga kadang mengundang khawatir orang-orang yang mengetahui perihal penyakitnya. Memang tak semuanya mengetahui bahwa Riri sedang sakit. Hanya keluarganya, Ken, Fred, Billy, Darrel, Nate, Nita dan guru-guru yang mengajarnya saja yang mengetahuinya. Riri tak ingin terlalu banyak orang yang tahu. Karena baginya, penyakitnya ini bukanlah sesuatu yang pantas untuk dibanggakan dan diketahui banyak orang.

Pagi ini Ken seperti biasa menjemput Riri. Setelah sarapan bersama, Riri segera meluncur bersama Ken menuju sekolah. Sementara Rio masih mencari kunci motornya yang dia lupa diletakkan dimana.

Music in Our LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang