part 4- 6

3.4K 44 0
                                    

"Liliana.."Pria itu terkesima sesaat, dan turut bersimpuh di samping wAnita itu. TeRiris sembilu saat melihat wAnita yang begitu dicintainya terkapar bergelimang darah.

"tolong panggilkan ambulance.."Seseorang mengangguk dan mendekatkan telepon genggamnya, memanggil ambulance. Sementara, pria yang bersimpuh itu menepuk pelan wAnita di hadapannya. Berusaha membuatnya memperlihatkan tanda-tanda kehidupan selain nafasnya yang tinggal satu-satu.

"Liliana, bangunlah Liliana.. Bukalah matamu.. Jangan tinggalkan kami.."Kelopak mata wAnita itu menggeletar pelan. Sudut bibirnya sedikit terangkat. Sekilas seperti kesakitan. Tapi seBenarnya itu adalah sebuah senyuman. Maksudnya untuk menghentikan tangis kepanikan dari orang-orang ya dicintainya. Tapi yang terjadi justru sebaliknya.

"B- Ben.." katanya pelan dan terbata.

"ya,Liliana.. Aku di sini.."

"tolong jaga Riri, anak kita.." hanya anggukan yang dapat menjawabnya.

"Riri, sayang.."

"Mami.. Hiks.. Hiks.."

"Riri jangan nakal ya.. Jangan cengeng lagi.."

"iya, Riri gak akan nakal sama cengeng lagi.. Tapi Mami sembuh.. Nanti Riri ambilin melati lagi buat Mami.. Terus kita main sama si puss.." wAnita di hadapannya menggeleng lemah.

"aku sayang kamu Ben, Mami sayang Riri.." hening tercipta. Yang mampu terdengar hanya isak tangis Riri dan Ben-ayah Riri-.

"Ben, Riri, dingin.." spontan Riri memeluk erat Mami-nya. Menghamburkan kuntum-kuntum melati yang tadi digenggamnya. Begitu juga Ben. WAnita itu kembali menatap langit biru dan tersenyum. Perlahan matanya tertutup, seiring dengan mengilangnya cahaya kehidupan dari tubuhnya.

* * *

Oh bunda ada dan tiada dirimu kan selalu ada di dalam hatiku

* * *

Di usapnya airmata yang berderai di pipi pria itu.

"Papi jangan nangis lagi. Masa' udah 10tahun Mami pergi, terus setiap kita mengenangnya harus dengan tangisan? Mami pasti bosen ngeliatnya.."Seulas senyum bangkit di wajahnya. MemBenarkan apa yang dikatakan putrinya.

"siap boss.."

"sekarang ayo kita beres-beres.. Lusa kita udah berangkat ke Indonesia.. Jadi gak sabar deh Papi.."Kali ini Riri yang mengangguk antusias. Dan sepanjang hari yang tersisa mereka terus mengemas barang-barang yang akan dibawa ke tanah kelahiran mereka.. Tanah penuh kenangan..

*****

Pesawat milik JAL baru saja mendarat di bandara soetta. Mengangkut ratusan manusia yng terbang dari negri matahari terbit ke Indonesia. Termasuk seorang pria yang telah hidup selama hampir setengah abad (mungkin) dan seorang remaja wAnita. Kelegaan, rindu dan bahagia terpancar dari sorot matanya.

"INDONESIA!! I'm coming!!" teriaknya saat berhasil menapak di atas tanah air. Tak lupa juga dia berjingkrak-jingkrak untuk meluapkan rasa bahagianya karena telah sampai di Indonesia dengan selamat.

Tingkahnya tentu saja membuat orang-orang yang melihatnya mengulum senyum. Tak terkecuali pria yang sedaritadi terus berjalan di sampingnya..

"seneng banget,ri.."

"banget-banget, pi.. Akhirnya setelah sekian lama kita balik juga ke sini.. Kangen sama seemuanyaa.." katanya sambil memBentangkan kedua tangannya. Seperti merengkuh udara yang terus berputar di sekitarnya.

Gadis itu masih tetap tenggelam dalam euphoria-kembali-ke-tanah-air, walau dia telah sampai di rumahnya. Bukan semakin mereda. Tingkahnya malah semakin menjadi-jadi.

Music in Our LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang