part 10- 11

3.3K 42 0
                                    

"Paaaaakk!!!!!! Tungggguuuuuu....." Teriakku sambil terus berlari. Dan pak satpam yang ada di depan sana terus saja berjalan menutup gerbang. Sepertinya dia tidak mendengar teriakanku. Aku berlari makin cepat.

Saat aku mencapai pintu gerbang, langsung saja aku merangsek masuk dengan memiringkan badanku. Dan aku dapat menghela napas lega. Aku tidak perlu berdiri di depan gerbang dan mendapatkan hukuman dari senior.

Napasku masih tersengal-sengal. Aku terus mengatur napasku sambil berjalan menuju lapangan. Seperti hari-hari sebelumnya, pagi ini juga akan diadakan upacara. Walau SP adalah sekolah swasta, tapi SP tetap berusaha menanamkan rasa nasionalisme sedalam mungkin di dalam diri para siswanya. Inilah yang membuatku salut. Nama boleh aja import, tapi rasa nasionalismenya tidak perlu lagi dipertanyakan.

"Hai.. boleh kenalan?" Tanya seseorang padaku.

"Boleh lah. Nama gue Marissa, tapi lu bisa panggil gue Riri. Nama lu siapa?"

"panggil aja gue Nate." Kami pun berjabat tangan dan kembali berjalan beriringan menuju lapangan.Upacara berjalan dengan khidmat. Selepas upacara, kami semua masuk ke ruangan masing-masing dan melanjutkan acara perkenalan tentang SP di bawah bimbingan guru yang nantinya akan menjadi wali kelas kami.

Aku biasanya duduk dengan Anita. Tapi berhubung hari ini dia bolos MOS, terpaksa aku duduk sendirian. Rasa kantuk mulai menggerayangi mataku. Berkali-kali aku harus kuat menahan diri agar tidak menguap. Ya, walaupun ada beberapa saat aku malah menguap lebar.

Entah karena melihatku yang sepertinya mengantuk atau apa, tiba-tiba pak Joe menyuruh kami semua untuk berdiri. Aku dan teman-temanku bingung. Lalu Pak Joe mengajak kami untuk menyanyi. Menyanyikan lagu yang memacu semangat, tentu saja.Kami pun dengan bersemangat menyanyi. Sebuah lagu milik Albert dan Glenn Fredly mengalun riang.

Hidupmu indah bila kau tahu jalan mana yang benar

Harapan ada, harapan ada, bila kau mengerti

Hidupmu indah bila kau tahu jalan mana yang benar

Harapan ada, harapan ada, bila kau percaya

Walau tidak semua murid di kelasku hapal seluruh lirik lagu itu, tapi semuanya tetap bernyanyi. Senyum semangat terkembang di wajah kami. Mengusir kantuk yang sempat hadir.Suara riuh tepuk tangan dan tawa menggema dari kelas kami. Mengundang perhatian dari kakak kelas yang ada di dekat kelas kami. Setelah kembali segar, Pak Joe kembali melanjutkan materi yang dibawakannya.

Tak terasa waktu makan siang telah tiba. Kami pun memakan bekal yang tadi pagi kami bawa. Pyramid kuning, sayuran ungu merah, ikan berkaki, dan buah monyet. Maksudnya adalah nasi kuning di bentuk tumpeng mini, balado terong, ayam dan pisang. Aneh sekali bukan nama-namanya? Ini pula yang membuat aku ingin cepat-cepat menyelesaikan MOS. Aku pusing memikirkan tiap teka-teki makanna yang diberikan oleh para anggota OSIS.

Selepas makan siang dan beribadah, kami dikumpulkan di lapangan untuk kembali menyaksikan demo ekskul. Kali ini yang akan tampil adalah ekskul tari, dan perfilman yang menyatu dengan fotografi. Aku terpukau oleh para anggota ekskul tari. Mereka keliahatan sangat luwes sekali. Menarikan tap dance, ballet, tango dan modern dance. Gerakan tarian mereka seperti mengundangku untuk bergabung dengan mereka. Well, aku sudah memutuskan. Aku akan mengikuti ekskul tari. Aku memang ingin belajar menari sedari dulu. Selesai acara nanti aku merencanakan untuk pergi ke ruang ekskul tari dan musik. Aku akan meminta formulir pendaftaran.

Sore menjelang. Kegiatan hari ini pun harus berakhir. Setelah di bubarkan, aku berjalan menuju gedung E. Gedung yang di khususkan untuk menampung ruang-ruang secretariat dari masing-masing ekskul dan ruang teater di lantai atasnya. Ruang pertama yang aku kunjungi adalah ruang ekskul tari. Setelah mangambil formulir pendaftarannya, aku pun bergegas menuju ruang musik.

Music in Our LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang