part 18

2.6K 33 3
                                    

            Pagi datang. Riri membuka kedua matanya dan sedikit bingung.  Kenapa kamarnya berubah jadi berwarna biru langit seperti ini. Seingatnya kamar yang biasanya ditempati berwarna pastel.

"Iya aja gue nggak kenal ini kamar. Ini kan kamarnya kak Rio.." kata Riri sambil menepuk pelan dahinya. Dia segera bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Dia tidak mau hanya diam seorang diri di rumah yang belum lama dia tempati ini. Itu hanya akan mambuatnya teringat kesedihan yang baru saja menghampirinya. Lagipula lIbur –atau-bisa-dibilang-izin- selama seminggu sudah cukup baginya.

Setelah siap, dia segera pergi ke bawah, menuju ruang makan. Disana telah menunggu Ibu dan pak kusuma. Dia berhenti sejenak dan menarik napas. Mencoba bersikap biasa agar tidak terjadi kecanggungan di meja makan.

"pagi tan, om.." kata Riri.

"Lho..kok masih panggil om - tante.. panggil Ayah Ibu aja.. biar lebih deket.." kata pak Kusuma.

"Iya.. eennng..Yah, Bu.."

"Nah gitu dong.. ayo duduk sini.. disebelah Ibu.. sudah Ibu siapin susu putih sama roti selai kacang. Kamu suka kan?" Riri mengangguk menjawabnya.

"Kak Rio sama kak Nino mana,Bu?"

"Paling masih di kamar. Sebentar lagi juga turun.. gimana tidurnya semalem? Nyenyak nggak?"

"Nyenyak banget, Bu.. sampe nggak sempet mimpi.."

"Bagus deh kalo kamu tidurnya nyenyak.. Kamu pasti lelah abis diajak main Rio sama Nino. Mereka berdua itu nggak berubah dari dulu.. suka banget sama yang namanya main uno.." kata Ibu. "besok kita rapihin kamar kamu ya.. biar kamu punya kamar sendiri.." Riri mengengguk sambil menyeruput susu yang ada di hadapannya.

"Iya, Ayah aja pernah di ajakin main sampe semaleman suntuk.. tapi itu dulu.. waktu mereka masih seneng-senengnya main uno.. sekarang sih udah mendingan.." sambung Ayah.

"Segitu mendingan,Yah? Segimana parahnya??" kata Riri terkejut. Ayah dan Ibu tertawa melihat ekspresi keterkejutan Riri.

"Rame amat pagi-pagi.. ketawa nggak ngajak-ngajak ya.." kata Rio dan Nino yang turun berbarengan.

"Ya rame lah.. kan ada penghuni baru.. udah cepetan sarapan. Nanti kalian telat. Kamu juga, No.." kata Ibu. Mereka mulai sarapan dengan diselingi guyonan yang dijamin bisa mengocok perut.

"Rio sama Riri berangkat dulu ya.." kata Rio sambil mecium tangan Ayah dan Ibu. Begitu juga Riri. Mereka berangkat bersama menuju sekolah. Sepanjang jalan, mereka berdua hanya diam. Mereka jadi merasa canggung satu sama lain. Entah karena apa.

"Ehm.. Ri.."

"Ya, kenapa kak?"

"emmmm.. gue... gue seneng lu mau tinggal sama gue.." Riri terdiam mendengarnya. "Gue seneng ternyata gue masih punya keluarga yang lain.. Gue seneng lu jadi adik gue.."

"Gue juga seneg kok, kak.. gue nggak bakal sendirian lagi.." sebelah tangan Rio yang bebas dari kemudi mengusap lembut puncak kepala Riri.

"Yang betah ya jadi adik gue.." Riri mengangguk dan tersenyum.

**********

"Jadi lu berdua beneran adik kakak? Waaahhh.. selamat ya..." kata Nita saat aku memberitahukan berita itu. Dia terlonjak kesenangan. "Akhirnya lu nggak bakal kesepian lagi di rumah.. makan-makan dong..hahahahaha..."

"Lu juga.. PJ dong.." aku lihat wajahnya bersemu merah. Hahahaha.. lucu sekali dia. Malu-malu setiap hubungannya dengan kak Billy disinggung.

"Terus lu tinggal bareng kak Rio?" tanya Nate. Aku mengangguk.

Music in Our LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang