part 20c

2.5K 31 0
                                    

Rio dan Riri berkendara bersama menuju kantor Rio. Riri memutuskan untuk turut ke kantornya Rio karena bosan harus terus sendiri di rumah. Paling dia hanya bermain bersama Lucky atau Nino jika dia sedang tidak praktik. Sedangkan Rio semakin sibuk di kantornya. Dan hari ini, sebenarnya dia sudah berjanji pada Riri untuk mengajaknya berjalan-jalan di taman kota. Sekedar untuk menghabiskan waktu bersama karena hampir 2 minggu ini mereka hampir tak pernah bertemu.

Tapi tadi pagi saat mereka sedang sarapan bersama, tiba-tiba ada panggilan dari Billy. Di kantor ada sedikit masalah. Dan mereka bingung memutuskan penyelesaian dari masalah tersebut. Akhirnya mau tak mau Rio pergi juga ke kantor. Dan Riri yang masih ngebet pergi ke taman kota, memilih untuk ikut ke kantor Rio. Jadi saat masalah sudah bisa diatasi, mereka bisa langsung pergi ke taman kota.

Untuk memangkas waktu perjalanan menuju kantor, mereka berkendara memakai motor. Dan seperti biasa, jalanan ibukota macet panjang. Tapi karena mereka memakai motor, mereka dapat lebih cepat menaklukan macet. Saat memasuki kantor, Rio dan Riri disambut oleh wajah gelisah dari para pegawai.

"Tunggu di sini, kita mau ada meeting darurat." Kata Rio terburu-buru. Riri menurut saja dengan menunggu di ruang kerja Rio dan kawan-kawan.

Pada menit-menit pertama, dia masih bisa mengusir bosan dari sisinya dengan berselancar di dunia maya atau berkirim pesan singkat dengan Nita dan Nate yang sedang berlibur bersama keluarganya. Tapi setelah hampir setangah jam sendiri, dia merasa jenuh juga. Akhirnya dia pergi ke depan ruang kerja dan menemui resepsionis.

"Mbak, pantry ada di mana ya?"

"Pantry? Mari saya antar.." katanya ramah. "Mbak ini adiknya Pak Mario, ya?"

"Iya.. Mmmmm.. Nama mbak siapa?"

"Saya Ratih, mbak.." mereka berjabat tangan sambil berjalan.

"Kak Rio orangnya kalo lagi di kantor gimana mbak?"

"Pak Mario orangnya ramah, baik, care sama semua pegawainya. Pernah waktu itu ada pegawai yang sakit, dia sampai nengokin segala lho, mbak.. Padahal waktu itu dia juga lagi kurang enak badan. Akhirnya kita tahu dari pak Darrel, besoknya pak Mario pingsan di sekolah.."

"Mbak, kok manggil kak Rio pake sebutan 'bapak'? Bukannya kak Rio lebih muda dari mbak ya?"

"Sudah sampai mbak, mau minum apa? Biar saya buatkan.." Riri menimbang-nimbang sejenak.

"Jasmine tea aja.. Makasih.." Ratih mengangguk.

"Sebenarnya pak Mario pernah bilang supaya kami memanggilnya dengan nama saja.. tanpa embel-embel 'pak'. Tapi rasanya agak aneh saat harus menyebut atasan dengan nama saja. Terdengar kurang sopan. Akhirnya saat kami hanya berhadapan dengan pak Mario, pak Darrel, pak Fred atau pak Billy, saya dan yang lain akan memanggil namanya saja. Tapi saat saya bertemu dengan selain mereka, saya akan memanggilnya dengan tambahan kata 'pak'.." jelas Ratih panjang lebar sambil membuatkan jasmine tea untuk mereka berdua.

Setelah selesai, mereka beranjak ke ruang kerja Rio dan duduk di sana. Melanjutkan obrolan mereka sambil menyesap teh hangat yang barusan dibuat.

"Mbak, ada masalah apa ya di kantor?" tanya Riri penasaran.

"Perusahaan kekurangan modal untuk melanjutkan operasinya. Itu berarti perusahaan harus mencari sumber pendanaan dari luar untuk dapat mendukung kegiatan operasi perusahaan.."

"Cara dapet dana dari luar itu gimana mbak?"

"Perusahaan bisa menjual sebagian sahamnya pada investor, bisa juga dengan mengeluarkan obligasi.."

"Bingung.." kata Riri. Ratih tersenyum maklum.

"Kalau perusahaan menjual sebagian sahamnya pada investor, itu berarti perusahaan bisa saja berada di bawah pengaruh investor. Terlebih bila besarnya kepemilikan saham investor lebih dari 50%. Tapi bila perusahaan mengalami kerugian, bukan hanya perusahaan yang menanggungnya, investor juga menanggung kerugian itu. Bila perusahaan menerbitkan obligasi, perusahaan tidak akan berada di bawah pengaruh pemegang obligasi. Karena pada dasarnya obligasi sama seperti hutang. Artinya, perusahaan memiliki hutang kepada pemegang obligasi. Tapi pada saat perusahaan mengalami kerugian, hanya perusahaan yang akan menanggungnya.." Ratih menjelaskan dengan sabar.

Music in Our LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang