Seorang laki-laki gagah baru saja memasuki rumahnya. Tempat yang menjadi saksi bisu tentang kisah sebuah keluarga.
Keluarga yang begitu bahagia dan nyaman. Ditambah lagi dengan kehadiran seorang anak perempuan yang melengkapi hidup keluarga Forth, saat ia masih berumur 3 tahun.
Tangan gembil yang menggenggam lembut jari tangan yang begitu rapuh dan kecil.
Forth hanya terdiam meratapi sebuah foto yang terbingkai apik di atas credenza TV. Foto yang menjadi bukti kenangan saat pertama kalinya Forth bertemu Kin.
Rangkaian peristiwa masa lalu kembali berputar dalam ingatannya. Layaknya sebuah film dan Forth sebagai pemeran utamanya, seorang bocah laki-laki yang tengah memanjat pohon guna menyelamatkan seekor kucing. Di bawah sana seorang gadis kecil tengah menunggu bocah laki-laki itu.
Sesaat jemarinya itu berusaha meraih dahan untuk pegangannya, kakinya tergelincir. Forth kecil pun harus merasakan sakit yang luar biasa karena jatuh dari ketinggian 3 meter. Dahinya yang halus itu harus menerima 3 jahitan dan tangan kirinya yang patah.
Entah kenapa tangan besar Forth segera menyentuh sebuah bekas luka di dahinya. Memang tidak terlalu terlihat karena sedikit tertutup rambut hitamnya itu.
Perhatiannya pada foto itu seketika teralihkan oleh sebuah cahaya dari ruang kerja sang ayah. Kaki panjangnya itu membawanya ke ruangan itu, tetapi orang yang biasa menggunakan ruangan itu tidak ada di situ.
Ketika berjalan menyusuri setiap sudut rumah itu. Forth melihat ke lantai atas dan mendapati pintu kamar Kin sedikit terbuka.
Ternyata dugaannya benar, di kamar Kin itu sang ayah tengah berbaring di tempat tidur.
Dengan langkah perlahan, Forth mendekati sang ayah. Bau alkohol menguar dari tubuh pria paruh baya itu. Entah berapa gelas yang diminum tetapi Forth menduga sang ayah minum cukup banyak sehingga membuatnya tak sadarkan diri seperti ini.
Badannya yang mulai menunjukan penuaan itu terlihat seperti memeluk sesuatu dalam tidurnya. Forth memberanikan diri untuk melepaskan itu dari pelukan sang ayah.
Bingkai foto Kin...
Forth menatap dalam foto itu. Tangannya meraba foto itu yang memperlihatkan sang adik dengan seragam sekolahnya. Cantik sekaligus manis.
Desiran dalam hatinya itu kembali terulang lagi. Terkadang Forth ingin melupakan kenangan tentang adiknya, tetapi ada beberapa kenangan yang rasanya mustahil untuk terhapuskan. Kenangan yang begitu membahagiakan.
Forth hanya termenung di sisi tempat tidur sang adik. Percakapan terakhirnya dengan Kin masih terngiang dalam telinganya.
"Saat aku kembali nanti, kita pergi ke Festival Loy Krathong, P,"
"Tentu saja, Kin. Festival penerbangan lampion tahunan yang sangat kau sukai itu pasti akan ramai sekali, "
"Tunggulah aku, P. Saat di sana aku pasti akan mencari laki-laki tampan untuk menjadi pacarku,"
"Dan laki-laki itu harus berhasil lolos seleksi dariku,"
Entah apa yang ada dalam pikiran Forth saat itu. Tetapi ia tak bisa menahan dirinya untuk pergi menuju sebuah festival yang memang diselengarakan setiap tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
God Give Me You | Forth & Beam's Story
Romance"Pernahkah kau rindu pada seseorang hingga hatimu sakit, Dokter Beam?" tanya mahasiswa teknik itu. . . . Ketika Beam dengan dosa besar yang menghantuinya, mampu mengobati luka batin yang dialami Forth. Cinta jauh lebih besar ketimbang rasa benci...