Matahari kala itu hampir tenggelam di pelantaranya. Sinarnya yang tak semegah beberapa jam lalu itu, membawa angin kesejukan. Beberapa manusia pun mulai mengakhiri aktivitas kerjanya dan bergegas untuk pulang.
Suasana yang sepi membawa ketenangan selepas penat.
Rupanya ketenangan itu tak berlaku bagi anak adam satu ini. Ia yang tengah menunggu di dalam resah. Beberapa barang bawaan yang bukan miliknya itu tergeletak di atas meja taman.
Sudah banyak waktu yang ia habiskan untuk menanti kawannya itu, Forth.
Terakhir kali ia berjumpa, ketika kelas Fisika Bangunan selesai. Forth yang pamit sebentar untuk mengembalikan buku perpustakaan, rupanya tak pernah kembali.
Bahkan ia harus bersusah payah ketika kelas praktek untuk mata kuliah Mekanika Tanah. Karena Forth adalah kawan sekaligus 'guru terbaik' saat dosen tua itu menjelaskan materi yang sulit untuk dipahami.
"Hei... Lam, "
Orang yang dinantikannya pun tiba dengan senyum sumringah.
"Seandainya kau tahu, aku menghabiskan 180 menit hanya untuk mendengarkan celotehan pria tua dan sialnya tidak ku mengerti sepatah kata pun..."
"Hehehe... Maafkan aku, Kawan. Tadi ada urusan darurat yang mustahil untuk kutinggalkan, "
"Ya... Ya... Aku maklumi. Eh... Bagaimana keadaan penjaga perpustakaan itu? Setelah ambulance datang, pihak universitas bergegas menengoknya,"
"Beliau baik-baik saja, Lam. Ketika aku tinggal tadi, dia bahkan sudah sadarkan diri. Beruntungnya cedera pada kepalanya tidaklah parah... Mungkin 2 minggu perawatan akan diijinkan pulang, "
"Hmmm... Untungnya ada dirimu, ketika penyakitnya kumat..."
"Kebetulan memang. Awalnya aku sangat takut, jika tindakanku akan membahayakan nyawanya..."
"Tapi nyatanya tidak kan? Wehehehe... Darimana kau belajar CPR, Kawan?"
"Kin... "
Terdapat sebuah jeda yang cukup lama ketika nama itu terucap dari bibir Forth.
"Well... Memang itu kan cita-citanya... Menjadi seorang dokter..."
Kalimat yang baru saja Lam katakan membawa sedikit kecanggungan dalam interaksi mereka.
Kin adalah hal yang... Bisa dikatakan sensitif untuk dibahas kedua laki-laki rupawan itu.
"Lalu... Kau ke sini naik apa? Saat aku membawakan tasmu... Rupanya handphone dan dompetmu tertinggal di dalamnya... "
"Seseorang mengantarku kemari,"
Dokter Beam...
Lam memandang heran ke arah Forth. Karena seingatnya Forth bukanlah orang yang mau diantar orang lain. Terlebih lagi senyum sumringah yang ditunjukan Forth ketika tiba tadi. Siapapun yang mengantarnya tadi, telah berhasil merubah kebiasaan Forth.
Seperti habis kencan saja...
.
.
.
.Beam yang baru saja memasuki ruang kerjanya harus dikejutkan dengan keberadaan Kit di depan meja. Kit yang menyilangkan kedua tangannya itu menatap dalam sahabat sekaligus rekan kerjanya. Matanya menyelidik layaknya seorang detektif tengah mengintrogasi terdakwa.
"Oi... Kit. Kau hampir membuatku jantungan, Kawan,"
"Kau darimana saja tadi? "
"Aku... Habis makan siang di luar,"
"Benarkah? Lalu yang tadi makan bersamaku, bukan jatah makan siangmu? Lagipula terlalu telat bagimu untuk mengisi cacing-cacing dalam perutmu, "
Sialan...
KAMU SEDANG MEMBACA
God Give Me You | Forth & Beam's Story
Romance"Pernahkah kau rindu pada seseorang hingga hatimu sakit, Dokter Beam?" tanya mahasiswa teknik itu. . . . Ketika Beam dengan dosa besar yang menghantuinya, mampu mengobati luka batin yang dialami Forth. Cinta jauh lebih besar ketimbang rasa benci...