Ia masih tenggelam dalam mimpinya, bulu matanya yang lentik itu berpadu sempurna dalam wajah putih bak salju dan bibir tipis merahnya itu. Ia memang memiliki ketampanan yang tak terelakkan, tetapi saat mata kelamnya itu terbuka ada sebuah binar kelembutan yang hanya dimiliki sesorang perempuan.
Meskipun dia terlahir sebagai seorang laki-laki, kharisma kelembutan mampu mengimbanginya.
Beam...
Baru saja terbangun dari mimpinya, ia berusaha mengumpulkan nyawanya yang masih terbawa efek mimpi.
Perlahan tapi pasti ia menusuri setiap sudut kamar yang menjadi peristirahatannya semalam. Dari furniture dan warna pastel yang mendominasi, terlihat bahwa ini merupakan kamar seorang gadis.
Meskipun baru pertama kalinya tidur di kamar ini, Beam merasa hangat. Mungkin kata yang tepat mendeskripsikannya adalah kehangatan saat pulang ke rumah.
Kejadian semalam terulang lagi dalam memorinya agak samar, tetapi Beam yakin bahwa Forth-lah yang membawanya kemari.
Ini kamarmu, Kin...
Sedikit limbung akibat alkohol semalam, tak menghentikan Beam untuk beranjak dari tempat tidur. Tangannya dengan telaten merapihkan tempatnya bermimpi semalam.
Setelah selesai, sebuah bingkai foto pada side table menarik perhatiannya. Beam meraih bingkai foto itu untuk memastikan siapa gerangan dua bocah tersebut.
Ternyata benar...
Forth kecil terlihat sangat menggemaskan, senyumnya pun demikian. Wajahnya masih tetap sama, mungkin kah pemuda itu hanya bertambah tinggi saja... Entahlah...
Reflek... Beam meraba foto wajah kecil Kin, sebuah senyum terpatri halus di wajahnya.
Bagaikan terbawa perasaan, ia merasakan kebahagiaan hanya dengan memandang foto tersebut.
"Aku pasti sangat menggemaskan, sampai Dokter Beam betah memandang fotoku..."
Beam kenal dengan suara itu. Forth yang tengah bersender di ambang pintu kamar. Entah sejak kapan Beam tahu kalau pintu kamarnya sedang terbuka.
"Hanya ingin tahu... Senakal apakah kakak gadis penyelamat hidupku,"
"Hmmm... Coba kuingat dulu... Menarik ekor kucing tetanggaku, memecahkan kaca jendela, mencoret-coret dinding... Hmmm... Apalagi ya?"
"Sudah... Sudah... Pasti Kin harus banyak bersabar menghadapi kelakuanmu dulu..."
"Hmmm... Lebih tepatnya semua anggota keluargaku... Hehehe, "
Candaan yang menjadi percakapan pagi keduanya. Mampu membawa semangat pagi bagi Beam, entahlah mungkin karena sudah lama tidak ada yang mengajak bicara ketika ia baru bangun tidur.
"Sarapan sudah siap... Ayo kita makan bersama..."
Ada sedikit kecanggungan saat kata 'kita' meluncur dari bibir Forth. Beam diam mematung di tempatnya, sementara Forth tengah mencari kata yang pas untuk menjelaskannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
God Give Me You | Forth & Beam's Story
Romance"Pernahkah kau rindu pada seseorang hingga hatimu sakit, Dokter Beam?" tanya mahasiswa teknik itu. . . . Ketika Beam dengan dosa besar yang menghantuinya, mampu mengobati luka batin yang dialami Forth. Cinta jauh lebih besar ketimbang rasa benci...