LAST PART: Because I Love You

3.8K 377 51
                                    

Hari sudah petang kala Beam menghampiri mobil SUV putihnya. Hal pertama kali ia lihat hanya buku harian ayahnya yang tergeletak di kursi penumpang. Mata kelamnya sama sekali tak menemukan keberadaan pemuda yang tadi bersamanya.

Beam segera masuk ke dalam mobilnya dan merapikan buku harian sang ayah. Ketika itulah ia tahu bahwa foto Kin tidak ada dalam selipan kertas.

Sepertinya Forth sudah mengambilnya sebelum pergi meninggalkan mobil Beam.

Dokter muda itu hanya termenung menatap helaian daun yang jatuh di kaca mobilnya. Seharusnya ia merasa lega karena Forth kini sudah tahu semuanya. Namun entah mengapa ada bagian dalam dirinya yang meronta membayangkan kelak Forth akan membencinya.

Membayangkan saat Forth akan menjauhinya disaat hatinya mulai nyaman akan kehadiran pemuda teknik itu.

Tetapi...

Bukankah itu yang memang harusnya terjadi... Untuk menebus dosa masa lalunya dan sang ayah.

Beam terus saja menyetir tanpa tahu arah tujuan, bahkan kini ia berhenti tepat di rumah Forth.

Menyadari tindakannya barusan, membuat Beam memberanikan diri untuk bertemu langsung dengan Forth. Selain memberikan P3K yang tadi tertinggal, mungkin memberikan penjelasan akan hal yang berkaitan dengan Kin.

Guna mengurangi gundah dalam hatinya.
.
.
.
.
Ketika memasuki rumah itu, Beam disambut oleh ayah Forth. Pria paruh baya yang masih memiliki kharisma luar biasa. Namun kerut diwajahnya tak bisa menutupi rapuhnya fisik pria yang kini mengantarkannya ke kamar Forth.

Sungguh Beam tidak bisa membayangkan betapa sedihnya pria dihadapannya kini saat beliau tahu penyebab kematian anak perempuannya.

"Silahkan masuk, Nak Beam. Sejak pulang tadi anakku belum beranjak dari kamarnya... "

"Baiklah, Paman..."

"Aku ambilkan minum untuk kalian,"

Beam hanya membalasnya dengan sebuah senyuman. Dia semakin takut jika benar Forth akan menjauhinya, demikian sang ayah yang sudah Beam anggap sebagai keluarga.

Matanya sedikit memanas membayangkan hal itu. Sepi yang demikian menyiksa akan menghampirinya lagi. Dirinya yang terbiasa akan kehadiran Forth memang nyatanya harus belajar untuk merelakan.

Akan sangat menyiksa bagi mereka jika memaksa untuk tetap bersama.

Setelah mengumpulkan semua keberaniannya. Jemari putih itu pun meraih knop pintu kamar Forth dan membukanya.

Mata kelamnya itu melihat Forth yang berdiri menghadap jendela kamarnya dan tentu saja itu menyebabkan Beam hanya mampu memandang pundak bidangnya.

Tidak ada percakapan apapun saat Beam tiba, hanya keheningan yang berbalut dalam diam. Berusaha mengendalikan gejolak dalam diri.

Demikian menyiksa sampai Beam merasa jengah terdiam ditempatnya kini. Beam sudah menyiapkan segala hal, termasuk jika Nong dihadapannya kini memukul wajahnya.

"Nong... "

"Pernahkah kau rindu pada seseorang hingga hatimu sakit, Dokter Beam?" tanya mahasiswa teknik itu.

Beam terdiam mendengar pertanyaan Forth barusan. Dirinya sama sekali tak mengerti maksud pertanyaan itu. Bahkan yang mengajukan pertanyaan itu sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari jendela.

"Aku selalu merindukannya, Dokter Beam. Kin dan ibuku. Setiap hari, setiap aku bangun tidur, setiap... Aku bernafas... Demikian besarnya rasa rinduku sampai hatiku terasa sakit... Kenangan yang indah selalu ada dalam mimpiku tidak peduli seberapa besar... Rasa rinduku itu... "

God Give Me You | Forth & Beam's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang