Mata onyx itu menerawang jauh pada pemandangan danau kampusnya. Ditemani sebatang rokok yang bertengger apik di tangan besarnya. Ia yang tak pernah bosan untuk singgah di tempat ini. Sebuah bangku taman dibawah pohon rindang, salah satu spot favoritnya. Untuk merenungkan pikirannya atau gundah dalam hati.
"Kau masih betah tenggelam dalam lamunanmu? "
Suara itu menarik Forth untuk segera terlepas dari lamuanannya. Ia hanya menoleh pada kawannya itu. Tangannya terjulur untuk menawarkan rokok pada Lam. Lam mengambil sebatang dan membiarkan pematiknya membakar ujung rokok itu.
"Lam..."
"Hmmm"
Kepulan asap berhembus dari mulut kawannya itu. Forth memang sengaja memanggil Lam dengan sebuah pesan singkat dari aplikasi Line. Ada hal yang bisa dibilang serius untuk di sampaikan.
"Kemarin...saat aku bertemu denganmu di festival penerbangan lampion. Adakah maksud tertentu dengan alasanmu mengikutinya? "
Pertanyaan Forth yang terlalu muluk itu. Membuat Lam tersenyum maklum sembari memandangi batang nikotin yang tinggal setengah itu. Ia tahu maksud dari pertanyaan Forth. Lam menghembuskan nafasnya, untuk memikirkan jawaban yang akan ia lontarkan pada kawannya.
"Saat itu... Atau tepatnya pada festival yang sama sekitar 2 tahun yang lalu... Ada seorang gadis yang akan aku ajak berkencan. Gadis yang cantik dan manis. Aku sudah begitu lama mengenalnya..."
"Tetapi... Gadis itu tak pernah datang... "
Forth memandang kawannya itu. Gadis itu...
"Dia Kin... Adikmu, Forth"
Forth hanya terdiam. Sekarang ia tau orang yang dimaksud Kin saat itu adalah Lam.
Sejak lama Forth tahu kalau Lam memang menyimpan rasa untuk Kin. Tetapi perasaan itu harus tertutupi dengan 'kedok' pertemanan saja. Sejak mengenal Lam semasa sekolah dulu, Forth sering membawanya ke rumah. Mungkin karena sering bertemu dengan Kin, perasaan itu pun tumbuh secara perlahan.
Forth tidak pernah tahu perasaan seperti apa yang dirasakan Kin untuk Lam kala itu. Tetapi kalau pun Kin memiliki rasa yang sama.
Maka Kin menyukai orang yang tepat.
Meskipun kawannya ini terlihat urakan dan genit. Lam adalah orang yang tulus ketika dia menyayangi seseorang. Ia yang tak pernah setengah-setengah pada pendiriannya. Membuat Forth kagum akan sifatnya yang totalitas.
Tetapi hal yang menyakitkan dari totalitas, ketika kau merasakan pedih akan kepergiannya. Maka kau akan terluka sangat dalam dan sulit tersembuhkan.
"Lam... Sudah 2 tahun berlalu. Adikku takkan mungkin kembali. Kau tampan dan pintar, Kawan. Sudah saatnya bagimu memulai dengan cinta yang baru... Temui gadis lain, Lam,"
Hening
Lam hanya tersenyum getir dalam keterdiaman itu. Kepalanya yang tertunduk itu, menengadah dan menatap Forth.
"Bagaimana dengan kau sendiri, Forth? Sudahkah kau menemukan pujaan hatimu?"
"Jangan mengalihkan pembicaraan, Lam,"
"Hah... Kau memintaku melakukan hal yang bahkan kau sendiri belum lakukan. Kau sudah 21 tahun, Kawan. Belum adakah mahluk ciptaan-Nya yang menarik hatimu? "
Forth tahu menasehati Lam tak akan semudah membalikkan telapak tangan. Setiap perkataan yang terlontar dari mulutnya pasti selalu ditanggapi dengan pertanyaan yang tepat sasaran.
Karena itulah Forth memilih untuk diam ketimbang berdebat dengan Lam. Di dalam keterdiaman itu, hembusan angin menyapu lembut helai rambut hitam Forth.
KAMU SEDANG MEMBACA
God Give Me You | Forth & Beam's Story
Romance"Pernahkah kau rindu pada seseorang hingga hatimu sakit, Dokter Beam?" tanya mahasiswa teknik itu. . . . Ketika Beam dengan dosa besar yang menghantuinya, mampu mengobati luka batin yang dialami Forth. Cinta jauh lebih besar ketimbang rasa benci...