Semuanya bagai terjerat dalam putaran waktu. Entah kapan berhentinya, waktu yang akan terus berjalan tanpa menoleh ke belakang. Seperti mata onyx itu yang tak pernah berhenti untuk menatap mata sekelam malam itu.
Mata onyx yang bagaikan mencari dasar jiwa terdalam lawan tatapnya. Berusaha mendapatkan jawaban atas pertanyaan tentang perasaan yang dialami orang itu.
"Nong... "
Suaranya yang maskulin tapi menyimpan kelembutan itu, membawa pemilik mata onyx itu untuk segera tersadar dalam buai pandangan mata kelamnya.
"Kau tahu... Meskipun ini perasaan Kin tetapi aku hanya bisa menerimanya dan sama sekali tidak berhak untuk menindak lanjuti... "
"Demikian pula... Perasaanku padamu Nong... Aku sangat menyayangimu... Sebagai adikku... Ijinkan aku untuk menjagamu dan ayahmu... Layaknya keluarga..."
Keluarga...
Kata yang selalu terngiang dalam benak Beam.
Dokter muda itu tak pernah merasa pantas untuk menganggap Forth lebih dari keluarga. Meskipun saat kata itu terucap ada bagian dalam hatinya yang meronta. Sebuah kejujuran yang harusnya terungkap malah terpendam karena sebuah rasa bersalah.
Beam sama sekali tak ingin memberi harapan pada Forth. Karena ia tahu bahwa Forth akan jatuh cinta pada orang yang salah.
Cinta yang dirasakannya memang tak layak untuk diperjuangkan.
Pantaskah Beam mendapatkan cinta dari seseorang yang telah ia renggut kebahagiaannya?
Atau lebih tepatnya...
Pantaskah Beam untuk memiliki Forth yang nyatanya adalah... Seorang korban kebohongan sang ayah?
.
.
.
.
Disinilah Forth berakhir. Tenggelam dalam kesendirian dan luka dalam hatinya. Dengan sebuah bingkisan yang dikembalikan Beam tadi. Ia yang saat itu berpura-pura ke toilet guna membeli sebuah gelang couple. Harus runtuh ketika mendengar pernyataan Beam tadi siang bagaikan dinding yang membatasi hubungan mereka.Beam hanya menganggapnya sebagai keluarga.
Forth tahu bahwa dirinya pun bodoh. Karena menyalahartikan segala perhatian yang dicurahkan dokter muda itu.
Seharusnya ia tahu bahwa semua hal yang dilakukan Beam hanyalah sebuah rasa terimakasih atas segala pengorbanan yang telah Forth dan sang ayah lakukan.
Kematian Kin...
Itulah alasan Beam masih berada di dekatnya.
"Aih... Mau sebanyak apalagi kau minum kawan? "
Suara yang terlontar dari kawan yang baru saja tiba, tak membuat Forth mengindahkan pertanyaan Lam.
Beberapa menit yang lalu saat Lam mendapat sebuah telepon dari pemilik BAR. Tentang kondisi Forth... Yang bisa dikatakan cukup mengenaskan.
Botol minuman keras yang berserakan pada bagian bawah meja Forth. Serta beberapa batang rokok yang menumpuk pada asbak. Beruntungnya pemilik BAR merupakan kenalan Lam serta Forth. Sehingga untuk mengantisipasi tindakan Forth ketika mabuk, pemilik BAR itu segera menghubungi Lam.
Lam akhirnya pun duduk untuk mencari tahu alasan Forth bisa sampai sekacau ini.
"Hei... Lam...HUP..."
"Hmmm"
"Kau tahu... Orang yang tadi menabrakmu di lorong kampus... "
"Iya?"
Lam harus ekstra sabar menghadapi kawannya yang tengah mabuk. Berbicaranya yang mulai melantur dan pandangan mata yang tak lagi fokus. Menyiratkan kondisi batin Forth yang tengah dirundung kegalauan. Entah apa itu...
KAMU SEDANG MEMBACA
God Give Me You | Forth & Beam's Story
Romantizm"Pernahkah kau rindu pada seseorang hingga hatimu sakit, Dokter Beam?" tanya mahasiswa teknik itu. . . . Ketika Beam dengan dosa besar yang menghantuinya, mampu mengobati luka batin yang dialami Forth. Cinta jauh lebih besar ketimbang rasa benci...