11. Muncul

120 8 1
                                    

Gissele membangunkanku. Jelas sekali, sekarang waktuku untuk berjaga. Gissele sudah tertidur, dia terlalu lelah.

Aku duduk didekat api unggun yang memberikan cahaya yang cukup.

Tak,tak,tak

Aku meneliti sekitar. Tak ada seorang pun, hanya suara hewan serta serangga nokturnal yang mengeluarkan bunyi.

Tak,tak,tak

Aku benar-benar tidak mengkhayal. Ada seseorang yang sedang memotong sesuatu di atas sebuah alas. Bunyinya cukup jelas, kurasa keberadaan orang itu cukup dekat dengan kami.

Apakah seseorang itu adalah dia yang diceritakan Rick saat itu? Apakah itu benar-benar dia?

Aku tak boleh gegabah, jika aku membuat orang itu curiga, maka orang itu akan kemari. Disaat seperti ini, aku tak bisa menyakiti temanku.

Bunyinya berhenti. Kurasa sudah cukup lama, tapi aku baru menyadarinya sekarang.

Yang benar saja!? Mana orang memasak ditengah malam begini!?

Walaupun malam ini terasa dingin, tetapi tubuhku menghasilkan keringat. Aku meneguk ludah berkali-kali.

Untuk mengurangi ketakutanku, aku memilih untuk mengitari padang rumput yang kami tempati. Beragam tanaman berduri mengelilingi kami. Aku memutuskan untuk menajamkan senjataku.

***

Matahari sudah menampakkan dirinya. Aku keluar dari tempat persembunyian untuk mendapatkan makanan. Aku membawa pedang dan busur panahku, pastilah semua team sudah tiba, aku harus ekstra hati-hati.

Tapi tak perlu waktu lama, dari jarak tempat istirahatku sekitar 50 meter saja, aku sudah menemukan ubi. Aku membawa ubi itu dengan kedua tanganku, cukup banyak memang. Kurasa tangan kecil ini akan kesulitan.

***

"Uenaaaak~"

Pyf mengunyah ubi bakar yang terus saja mengeluarkan hawa panas.

"Hati-hati, Pyf.....ubinya masih panas lho!" Kak Hannie mengingatkan. "Jangan lupa ditiup!"

Pyf tidak menghiraukan ia terus menyatap dengan lahap ubi bakar yang ada dihadapannya.

"Dari mana kau dapat bahan makanan ini?" tanya Kak Ravie curiga. "Apakah kau tidak menaruh racun untuk melumpuhkan kami semua?"

Aku memutar bola mataku. Tatapan Kak Ravie sangat dalam, dia tidak bercanda. Semua anggota team terdiam, ada benarnya ucapan Kak Ravie jika aku ada diposisi mereka. Mengingat aku belum memakan sama sekali ubi yang kumasak ini. Aku menatap mereka semua.

"Aku mendapatkan bahan makanan ini tak jauh dari sini. Dan aku sama sekali tidak memasukkan sesuatu ke dalamnya." aku tersenyum. "Jika memang aku ingin membunuh kalian, hal itu seharusnya sudah kulakukan saat aku melakukan penjagaan malam kemarin...."

Aku memakan ubi yang ada digenggaman tanganku. Rasanya hambar, tapi masih bisa didominasikan rasa manis.

Kak Ravie mulai mengunyah ubi bakar itu. Dia orang yang sangat hati-hati. Aku tersenyum.

"Ayo bergegas...." Kak Ravie memasangkan katar-nya di tangannya. "Kita mulai...persiapkan diri kalian!"

***

Aku semakin memacu lariku, napasku tersenggal, peluhku membasahi wajahku. Bagaimanpun juga saat ini yang harus kulakukan menyeimbangi gerakanku dengan anggota teamku yang tengah berlari layaknya menunggangi angin.

Mereka cepat. Kak Ravie menginginkan kami berlari dengan kecepatan penuh agar menghindar dari kejaran team dari Kota Gastrick.

Baru saja kami meninggalkan tempat kami sesaat, sudah ada team yang mencurigai kami.

"Jangan menyerang lawan dengan seenaknya. Tapi...jika itu memang diperlukan, kalian boleh untuk mengahabisinya......"

Kata-kata Kak Ravie terus saja berputar dikepalaku. Menghantui segala pikiranku. Aku memejamkan mata.

"AWAS, FRESCA!!!"

Bats

Kak Ravie menangkis anak panah yang berada tepat didepanku.

"Gawat....musuh terlalu cepat...." Kak Hannie menghentikan larinya, ia mundur beberapa langkah.

"Kau benar....." Kak Grey mundur selangkah.

Team dari Kota Gastrick sudah mengepung kami, mereka berdiri di atas pepohonan yang menjulang tinggi di sekitar kami.

Seseorang melompat dari pohon. Bajunya berwarna kuning menyala, perlambangan dari Kota Gastrick.

"Kaliankah team dari Kota Oxgard....?"

The Black Shadow ForestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang