3. Nama

221 15 1
                                        

Gadis berambut pirang yang duduk disamping kiriku, namanya Kak Hannie. Tadi selama pemilihan senjata, Kak Hannie memilih tombak.

Cowok bermata biru dihadapanku, bernama Kak Grey. Dari wajahnya saja, aku yakin jika Kak Grey adalah orang pendiam, tapi jika diajak bicara akan terasa asik. Senjata yang ia pilih adalah bardiche, dan pisau lipat.

Seorang gadis, disebelah Kak Hannie yang sedang menguncir rambutnya, dia Pfy. Senjata pilihannya adalah morning star, dan karambit.

Gadis berambut pendek disebelah Kak Hannie, bernama Gissele. Ia memilih chakram, dan boomerang.

Dan yang terakhir. Pria berambut pirang disebelah kananku, Kak Ravie. Ia memegang katar.

***

Aku menghela napas kasar, sambil meninggalkan tempat bersama Pyf. Aku dipilih menjadi wakil ketua, sedangkan ketuanya sendiri Kak Ravie.

"Fresca!!"

Aku menoleh ke asal suara. "Ms. Chealsea...ada apa?" tanyaku sambil memberhentikan langkah. Ia memegang pundakku. "Besok....tolong bimbing teman-temanmu latihan senjata!"

Wait, what!?

"Tu,tunggu sebentar Ms. Chealsea.....Anda bilang bimbing mereka?" aku mengulang kata-katanya lagi, mencoba membenarkan apa yang kudengar. Ms. Chealsea mengangguk.

"Karena kamu ahli dalam segala senjata. Karena itu, kami minta tolong...." ia menundukkan kepalanya sedikit. Wajahnya terbenam diantara rambutnya.

"Baik, Ms. Chealsea.....tapi bagaimana dengan saya?"

"Tenang....ada pelatih khusus untukmu."

Aku menyembunyikan ekspresiku dalam hati. Sedikit keberatan."Kalau begitu, baiklah....saya permisi dulu."

Aku berjalan mengejar Pyf yang sedari tadi meninggalkanku. Aku merogoh kantung celanaku. Mengambil ponsel disana.

Kak Ravie, ini aku, Fresca. Bisakah kita latihan besok?

***

Aku merebahkan tubuhku dikasur kesayanganku. Jadwalku akan padat pada dua minggu ke depan ini. Sedangkan sayembara tinggal tiga minggu lagi.

Apakah mereka bisa, latihan dengan tempo waktu secepat itu? Aaah....mereka sudah kalangan murid terpilih disekolah

***

Hari ketiga, aku berlatih dengan Pyf.

Klang!!!

Aku melompat untuk menghindari serangan Pyf. Ia terlihat kehabisan pasokan oksigen, kurasa. Sejak tadi ia terlihat terengah-engah.

Aku memandang Pyf begitu lekat."Pyf, saat kau menggunakan morning star, kau harus mengukur jarak yang tepat untuk menyerang. Jika tidak senjata itu akan melukaimu sendiri!"

Pyf mengusap luka sayatan dipipinya. "Hei, Fresca. Apa latihanku belum cukup?"

Aku mengangguk.

"Hei, ayolah, kita sudahi latihan kali ini....aku sudah terkena banyak luka!"

Aku menggeleng. "Berhentilah mengeluh. Bersiaplah, aku akan maju!"

Aku mengayunkan pedangku. Pyf sedikit serius. Ia mulai melakukan posisi kuda-kuda yang sepertinya sudah mantap.

Klang!!!

"Fokus!!!" teriakku. Ketika kedua senjata kami terkunci beberapa saat.

Pyf berlari ke arahku dengan seluruh kemampuannya. Aku mengayunkan pedangku lagi.

Bats!!!

Pyf bersalto ke depan, ia berada tepat dibelakangku. Ia mengayunkan morning star-nya.

Braak!!

Pyf terdiam, lebih tepatnya lagi mematung ditempat. Ganggang morning star miliknya patah, akibat serangan pedangku.

"Kita sudahi sekarang. Teknikmu untuk mengelabui lawan sudah bagus, tapi perlu ditingkatkan. Soal ganggang senjatamu yang patah.....akan kuurus."

Aku berjalan menjauh, sambil memasukkan pedangku pada sarungnya.

Tadi hampir saja, ketika Pyf bersalto senjata hampir mengenai wajahku. Sepertinya senjata itu telah membuat luka diwajahku.

Aku tersenyum tipis.

Bagus....

The Black Shadow ForestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang