2.🌙Menyebalkan

23.5K 1.3K 92
                                    

Ketika semua orang menginginkanmu dan rela melakukan apapun demi mendapatkanmu. Justru aku, aku yang sudah mendapatkanmu hanya dengan mudah. Justru, tidak menginginkanmu.

***

Annora mengetuk-ngetuk pulpennya dengan malas. Fikirannya masih dengan kejadian tadi siang saat dikantin. Gara-gara tod yang sial ini. Umpatnya dalam hati. Jika saja ia tidak menerima ajakan tod Sofian, ia tidak akan pernah terjebak seperti ini. Annora mengerutkan alisnya, ia mencoba untuk memejamkan matanya sebentar. Untuk merasakan udara segar yamg mengenai pori-pori wajahnya. Terkutuklah game tod, shit. Umpatnya lagi.

Jam pelajaran dilalui Annora dengan lamunan. Sampai bel pulang berbunyi, ia masih tetap melamun. Melamunkan kejadian saat tadi siang dikantin. Yang pasti hanya satu, yaitu. Harga dirinya jatuh sekarang. Menembak laki-laki diseluruh hadapan siswa-siswi hanya karena sebuah games.

Annora saat seperti ini biasanya selalu bersama dengan Sofian saat pulang. Namun, karena Sofian ada urusan tersendiri yang menyebabkan Sofian pulang lebih lama, jadilah Annora yang pulang sendiri sekarang.

Annora menundukkan wajahnya lekat-lekat. Ia berjalan dengan cepat. Namun, pandangannya fokus kebawah. Menatap kearah jalan yang ia pijak. Ia tidak ingin jika orang-orang menatapnya dengan tatapan tidak senang. Annora benci itu.

Hingga suatu saat, kepalanya tertabrak dengan tubuh seseorang. Annora yakin, jika orang itu adalah laki-laki. Karena, ia dapat merasakan bahwa dada itu terasa keras. Dan hanya laki-laki yang memiliki dada seperti itu. Annora mengumpat kesakitan. Merasa ada nyeri yang menjalar ke kepalanya.

"Aduh," Annora mengusap kepalanya dengan pelan. Untung saja ia tidak jatuh ke belakang. Jika ia sudah jatuh. Annora bisa merasa semakin malu.

Annora mendongakkan pandangannya kearah depan. Matanya masih samar-samar untuk melihat orang dihadapannya ini. Annora mengerjapkan matanya beberapa kali. Bermaksud ingin mendapatkan penerangan.

"Kak Baktha?" ucapnya secara perlahan, namun bisa didengar oleh Baktha. Pendengaran laki-laki dihadapannya ini bisa dibilang tajam.

"Iya, ini gue. Kenapa? Ketemu pacar sendiri kok ketakutan gitu?." Baktha menaikkan alis kirinya. Tangan kanannya dimasukkan kesaku celananya. Ditambah dengan garis rahang yang tegas yang menambah kesan tampan diwajah Baktha. Annora menggelengkan kepalanya saat membayangkan Baktha.

"A-anu, kak. Masalah yang tadi dikantin. I-itu, cuma tantangan dari temen aku." Annora meremas-remas ujung roknya dengan gemas. Ia tidak menyukai Baktha. Apapun alasannya. Jika semua orang menyukai Baktha, namun tidak untuk Annora.

"Terus kenapa lo kasih tau ini ke gue? Apa gue nanya?" Baktha berbicara ketus seolah ia ingin menindas gadis dihadapannya ini.

"Bi-biar kakak enggak salah paham aja sama aku." Annora masih terbata berbicara dengan laki-laki dihadapannya ini. Seolah Baktha memiliki daya tarik yang menyebabkan siapapun akan gugup atau bisa mati kutu jika berhadapan dengannya.

"Oh." ucapnya singat, jelas, dan padat.

"Ma-salah yang tadi, aku tarik ucapan aku. Maaf,"

"Oh, hebat ya lo. Tadi lo nembak gue dikantin tanpa terbata-bata lo ngomong. Dan sekarang?, lo malah ngomong gagap. Mirip Aziz Gagap."

Ice Prince✔ [SUDAH TERBIT!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang