Gue takut, kalau suatu saat lo bakal pergi jauh dari gue. Gue gak ingin itu terjadi.
-Baktha Angkasa.
***
Cowok berambut kecoklatan itu, sedari tadi sibuk menggeliat dari tempat tidurnya. Tiara juga baru selesai memberikan putranya obat, yang baru saja ia tembus tadi. Ada hal yang menyebabkan senyum diwanita paruh baya itu merekah. Ia juga sudah memberi tahu, bahwa dokter Ginan akan mengijinkan Baktha pulang minggu depan.
Rambut cowok itu sudah terlihat lebih panjang. Mengingat, bahwa ia sudah berada dirumah sakit selama berbulan-bulan. Cowok itu masih mendudukkan tubuhnya. Seketika Baktha memejamkan matanya secara perlahan. Cowok itu menarik, dan menghembuskan napasnya dengan deru napas yang tidak beraturan.
Pikirannya berkelana. Entah mengapa, cowok itu merasa saat ia koma, ia merasa seperti mengalami suatu cuplikan yang Tuhan ingin berikan padanya. Mengingatnya, bisa membuat lelaki balsteran ini merasakan sesak didada.
Entah percaya atau tidak, cowok itu juga merasakan bahwa ia melihat Ayah, dan Adik kecilnya. Mereka seperti memberikan kode yang Baktha sendiri tidak tahu maksud dibalik itu.
Cowok itu menyentuh pelipisnya. Ia mengarahkan pandangan kearah Tiara, yang sedang memijat kedua kakinya menggunakan kedua telapak tangannya. Cowok itu tersenyum tipis, lalu memanggil Ibu, yang baginya adalah segalanya.
"Hm, Ma?" Baktha memelankan suaranya. Merasa takut, jika Ibunya akan terganggu.
Tiara mengalihkan pandangannya. Senyumnya merekah dengan manis, diwajah cantik itu. Ia menghampiri Baktha, dengan langkah gontai. "Kenapa, Nak? Kamu mau makan? Atau mau minum? Biar Mama yang ambilkan." tanya Tiara panjang lebar, sambil menghelus lembut puncak kepala Baktha.
Cowok itu hanya menggeleng, sambil tersenyum tipis. Ia menarik pergelangan tangan Ibunya, lalu cowok itu menggeser tubuhnya, untuk memberi ruang agar Tiara bisa duduk disampingnya. "Duduk, Ma."
Tiara tersenyum mengiyakan. Ia menatap setiap sudut wajah putranya dengan haru. Semakin hari, wajah pucat itu mulai memudar, dan digantikan dengan wajah teduh, dan hangat yang Tiara lihat akhir-akhir ini. "Ada apa? Cerita-cerita sama, Mama. Jangan kamu pendem sendirian." seolah tau apa yang ada didalam pikiran putranya, Tiara seolah menjawab pertanyaan yang sedari tadi mengganjal diperasaannya.
Cowok itu masih terlihat diam. Ia masih memikirkan susunan-susunan kata yang tepat untuk ia katakan pada Tiara. Dengan satu tarikan napas, ia tersenyum hangat kepada Tiara. "Aku mimpiin Papa, sama Zean lagi, Ma." ujar Baktha yang menatap manik mata hitam Tiara lurus.
Pandangan wanita itu menegang. Matanya membulat sempurna. Putranya selalu memimpikan suami, dan juga putrinya. Tiara terlihat berusaha memasang senyum, walau dengan terpaksa. "Mimpi yang sama lagi? Papa sama Zean nyari kamu, terus mereka seperti ngasih kode tentang kematian mereka? Begitu??" ucap Tiara, yang berhasil menyebabkan Baktha bungkam.
Kebungkaman putranya ini, seolah menjawab pertanyaan yang Tiara lontarkan. Wanita itu membenarkan letak duduknya, lalu menggenggam erat kedua tangan putranya. Seolah menyalurkan semangat yang tak kasat mata.
"Sayang... bukannya Mama gak percaya sama kamu. Tapi, mimpi kamu tidak terbukti kebenarannya... dari dulu sampai sekarang, polisi sudah meyakinkan kalau, itu murni dari kecelakaan dulu." tambah Tiara sambil menatap putranya dengan raut wajah sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Prince✔ [SUDAH TERBIT!]
Teen Fiction[{CERITA DALAM MODE PRIVAT! PART DIPRIVAT SECARA ACAK. FOLLOW TERLEBIH DAHULU, SEBELUM MEMBACA!}] Ini kisah tentang, Baktha Angkasa, salah satu dari badboy di SMA Visaya, pintar, smart, genius, tak cukup untuk mendeskripsikan bagaimana sikapnya. Ir...