Kau tau apa yang paling menyakitkan? Mendapat harapan diikuti kebohongan.
***
Samuel menatap Annora sambil tersenyum tipis. Baru kali ini, setelah ia kembali dari London. Samuel bisa menatap Annora dekat. Hanya berjarak kurang lebih 20 centi meter.
Annora duduk, dengan Sofian dibagian kanan, sedangkan Samuel duduk dibagian kiri. Mereka duduk saling berhadapan. Dan, hanya dibatasi oleh meja panjang, yang berwarna cokelat gelap.
Samuel, yang memperhatikan Annora.
Sofian, yang memperhatikan Samuel.
Sama seperti Samuel, Sofian tersenyum menatap Samuel. Sebelum, sadar bahwa lelaki blasteran itu sedang sibuk menatap sahabatnya. Senyum Sofian perlahan-lahan mulai memudar.
Annora hanya mengaduk-ngaduk Mie Ayam-nya dengan asal. Walau, perutnya meminta makan. Ia urung niatnya itu.
"Hai!!!" Annora menatap Adam, Anggara, Zero yang menyapanya dari arah barat kantin. Mereka menghampiri Annora, lalu duduk di samping Samuel.
"Ha...hai juga Kak." jawab Annora dengan kikuk. Ia menghentikan aktifitas mengaduk makanannya. Ia menampilkan senyuman paksaan kearah 3 cowok blasteran itu.
"Lo, nanti mau ikut kita-kita gak buat jenguk si Baktha?" tanya Zero, sambil menaikkan alis kirinya.
"Kapan Kak? Pulang sekolah?"
"Iya. Gimana? Mau?" tawar Zero, sambil sesekali melirik Sofian yang tertangkap basah sedang menatapnya.
"Eh, iya Kak, mau."
"Oh, iya. Lo kalau mau ikut boleh juga," Zero mengalihkan pandangannya kearah Sofian. "Gue bawa mobil. Kalau lo mau, lo bisa bareng gue kesana. Annora, biar sama Adam, dan Anggara aja. Gue juga, mau minta tolong anterin gue ke mall. Ada sesuatu, lah intinya." ucap Zero panjang lebar ke-arah Sofian.
"Kakak se... serius???" suara Sofian terputus-putus. Sudah setahun ia menyukai Zero, sebelum Samuel. Dan akhirnya? Penantiannya terbalas juga. Sofian tidak bisa memungkiri, bahwa perasaannya sangat bahagia sekarang.
Zero hanya mengangguk mantap, sambil tersenyum.
"Kuiii, kayaknya bentar lagi ada yang mau taken nih. Inget-inget PJ lah, ya. Ya, gak bro?" goda Adam, sambil menyikut lengan Anggara.
"Yoi, bro!" balas Anggara sambil tertawa renyah.
Samuel menjauh, Zero-pun jadi. Batin Sofian berkata.
Tanpa Sofian sadari, pipi-nya kini sudah bersemu merah.
"Gue boleh ikut?" tanya Samuel, sambil menatap ketiga sahabat Baktha.
"Boleh." jawab mereka bertiga serempak.
"Ehm, Kak?" Annora memberanikan diri untuk bicara, setelah sempat diam untuk beberapa menit.
"Iya?" jawab Zero, sambil tersenyum manis.
"Ah, itu. Mau nanya boleh, nggak?" tanya Annora pada Zero yang masih tersenyum manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Prince✔ [SUDAH TERBIT!]
Teen Fiction[{CERITA DALAM MODE PRIVAT! PART DIPRIVAT SECARA ACAK. FOLLOW TERLEBIH DAHULU, SEBELUM MEMBACA!}] Ini kisah tentang, Baktha Angkasa, salah satu dari badboy di SMA Visaya, pintar, smart, genius, tak cukup untuk mendeskripsikan bagaimana sikapnya. Ir...