Part 18. He's come back

27 3 0
                                    


Saat gue lagi jalan, tiba-tiba ada yang manggil nama gue dengan suara lantang.

"RAE!!"

Merasa terpanggil, akhirnya gue pun menengok ke sumber suara, tepat setelah mata gue menemukan sosok itu. Kedua alis tebal gue seketika menyatu, mata sipit yang memang sudah dari sananya sipit semakin menyipit kala memastikan penglihatan yang berhasil gue tangkap. Disana di depan gerbang utama gue lihat seorang cowok dengan pakain casual nya sedang melambaikan tangan, tak lupa dengan senyum manis yang terus terpasang.

Tangan yang terbalut sweater merah maroon itu terus melambai ke arah gue, seolah memerintah agar gue menghampiri si pemilik nya. Entah setan mana yang berhasil merasuki tubuh gue, tanpa pikir panjang sepasang kaki jenjang ini langsung membawa gue ke hadapan cowok berkulit hitam manis yang masih memasang senyum bodoh nya itu.

"Hai!" itu adalah sapaan pertama setelah beberapa bulan cowok itu menghilang tanpa kabar.

Ada perasaan aneh yang tiba-tiba gue rasakan saat kembali melihat senyum manis dan suara berat nya itu. Ah, gue memang gampang banget buat dibaperin.

Tanpa ada niatan untuk membalas sapaan nya tadi, gue hanya tersenyum dan mengangguk. Tidak tahu akan bereaksi seperti apa, jadi hanya itu yang bisa gue lakukan.

"Apa kabar?" tanya cowok itu yang membuat gue kembali mengernyit. Bagaimana mungkin seseorang bertanya pada lawan bicara nya tentang kabar, sementara orang itu tahu betul bagaimana kabar si lawan bicara. Ah, kecuali kalau mereka tidak saling bertemu langsung tentunya.

"Seperti yang kakak lihat," cowok itu mengangguk dan tersenyum. "Kakak ada perlu apa ke sini?" tanya gue yang penasaran akan kedatangan nya yang tiba-tiba.

Lagi-lagi cowok itu nampak mengulum senyum, "Kenapa memang nya? Nggak boleh, ya?" cowok itu seperti kecewa setelah mendengar perkataan yang gue lontarkan barusan. Lha, dia kenapa?

"Bukan, maksud nya itu---"

"Iya, iya nggak usah dijelasin, aku bercanda kok."

"Hah?" itu adalah kata spontan yang keluar dari mulut gue setelah mendengar ucapan nya tadi. Bukan, bukan karena gue nggak dengar apa yang dia ucapkan barusan. Hanya saja gue merasa ada yang salah dengan salah satu kata pada kalimat yang cowok itu bilang.

"Kenapa?"

"Ah, nggak apa-apa kok."

"Yaudah yuk!"

"Kemana?"

"Pergi dari sini," kata nya enteng, tapi lagi-lagi berhasil membuat gue memutarkan otak untuk kembali berfikir.

"Bukan nya kakak ke sini karena ada urusan, ya?"

"Siapa yang bilang?"

"Ya, nggak ada. Cuman nebak aja."

"Oh," seru nya lalu kembali berkata. "Berarti tebakan kamu nggak jitu, karena nyata nya aku kesini buat jemput kamu. Bukan buat ngurusin urusan yang kamu tebak itu." jelas nya seraya menggiring ku memasuki mobil hitam milik nya.

Lagi dan lagi gue dibuat bingung dengan dua kata yang ada di dalam kalimat itu.

Pada akhirnya mobil hitam ini berhasil membelah jalanan yang cukup ramai. Selama itu juga di dalam mobil tidak ada yang membuka suara setelah gue mulai berfikir dan mencari jawaban atas dua kata yang membuat gue kefikiran. Ah, kenapa tidak langsung ditanya pada si pelaku nya saja?

Akhirnya gue melirik ke arah kanan, si pelaku sedang fokus dengan kemudi nya. Baiklah, mari kita wawancarai cowok yang memiliki gigi gingsul ini. "Kak," panggil gue pelan.

"Hmm"

"Boleh tanya?"

Cowok itu kini menolehkan wajahnya sebentar lalu kembali fokus pada jalanan. "Tanya apa?" sepasang lengan itu lincah memutar kemudi dan sesekali tangannya bergerak untuk memindahkan parseneling.

"Kenapa kakak pake aku-kamu, bukan nya dulu nggak pernah, ya?"

Cowok itu nampak kaget seolah apa yang barusan gue katakan adalah hal yang tidak biasa.

"Masa sih?" tanya nya seperti pada diri nya sendiri. Cowok itu kembali menoleh sebentar dan gue mengangguk membenarkan.

Sebelah beberapa menit terdiam, cowok itu mengusap mukanya lalu tertawa dan sekali lagi melirik dengan gingsul yang berhasil membius gue. Ah, gingsul yang memabukkan.

"Memang nya kamu keberatan kalau aku pakai sebutan itu, hm?"

"Bu-- bukan itu maksud nya, cuman aneh aja. Kita nggak sedekat itu untuk--"

"Untuk?" mengapa cowok di sebelah gue ini senang sekali memotong perkataan orang.

"Untuk apa, Raehee?" tanya nya lagi dengan satu alis dinaikkan. "Memang nya tidak boleh?" lagi-lagi dia memasang wajah kecewa nya. Aishhh, kenapaa sih cowok ini?

"Ya ampun, kak Mingyu bukan itu maksud aku." ucapku kesal, karena beberapa kali dia menatap gue dengan tatapan kecewa.

"Aku?"

"Hah?"

"Tadi kamu bilang 'aku'!"

"Hah? Gimana? Aku?" tanya gue yang tidak mengerti arah pembicaraan cowok berkulit cokelat manis ini.

"Iya, kamu -tadi bilang aku-, masa nggak sadar sih." kak Mingyu menjelaskan nya dengan sabar dan gue reflek menggeleng.

"Masa sih?" tanya gue masih tidak menyadari. Bukannya menjawab Kak Mingyu memberi senyum yang gue artikan kalau itu senyum kesal.

Saat seharusnya mobil berbelok ke jalan Merpati, tapi kak Mingyu tidak melkukan nya. Cowok itu malah menjalankan nya ke arah jalan Merak.

"Kak," panggil gue pelan. Kak Mingyu hanya bergumam menanggapi nya. "Kenapa lurus? Kan arah rumahku ke jalan Merpati." ucapku memberi tahu.

Seketika cowok itu menoleh, gue jadi menduga kalau kak Mingyu lupa sama jalan ke rumah gue. "Kakak lupa jalan ke rumahku?" tanyaku dan ekspresi kak Mingyu tidak terbaca.

"Kak," panggil gue lagi pelan dan kali ini kak Mingyu menoleh. "Kenapa nggak dijawab? Kakak beneran lupa?"

"Hah? Nggak kok," jawab dia cepat lalu matanya kembali fokus pada jalanan yang masih ramai.

"Terus tadi kenapa nggak belok, kan rumahku di jalan Merpati."

"Siapa yang bilang mau ngantar kamu pulang?" gue melotot tak percaya, apa katanya? Jadi tadi dia ngajak gue masuk ke mobilnya buat apa?

"Eits, jangan marah dulu." Karena tidak ingin berpikir macam-macam spontan cowok itu berkata dengan cepat. Padahal dia tidak tahu saja kalau sebenarnya gue sudah berpikir seperti apa yang dia khawatir 'kan. "Aku nggak lansung nganter kamu pulang bukan berarti aku mau nyulik kamu, ya. Cuman belum aja." kata kak Mingyu santai.

"Belum?" tanya gue mengernyit tak mengerti.

"Iya belum," dia mengangguk.

"Terus kapan kakak nganter aku pulang?"

"Ya, nanti. Setelah urusannya selesai."

"Urusan? Kakak punya urusan? Terus ngapain tadi pake ngajak aku segala." Kata gue sebal, gimana nggak sebal orang gue pengen cepat pulang terus nonton kang Daniel di mv light. Bisa sia-sia nih beli kuota di temennya si gayung.

"Lho, siapa bilang cuman urusan aku doang? Ini itu urusan kita. Dan soal pulang, nanti setelah selesai aku bakal anter kamu kok. Tenang aja kali Rae. Nggak bakal aku culik kok. Lagian tanpa aku culik pun kamu dengan senang hati nemenin aku kan."

"Apa?"

®®® 

Hohoho... 

Setelah kak rose dan shizuka jadi sahabat, akhirnya kukembali lagi.

Seneng kagak? Harus seneng dong, ya *maksa wkwkk

Yaudahlah segitu ajalah, soalnya kumau pamit, ketemu Mail sama Tn.Crab buat diskusiin pulus ciahhhah

KOLEKSI MANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang