Part 19. Spesial HUT RI (a)

14 3 0
                                    


Di lapang yang luasnya nggak tau berapa meter, kami semua berkumpul untuk mempersiapkan perayaan HUT RI.

Ada berbagai macam kalangan, dimulai dari lansia, dewasa tua, dewasa muda, remaja, anak-anak, bayi, batita, dan bahkan yang belum lahir pun ikut hadir untuk menyaksikan persiapannya.

Seperti tahun sebelumnya, bang Kai dan teman-temannya ikut menjadi panitia acara.

Ada Kak Baekhyun yang lagi memeriksa mikrofon di panggung. Chanyeol yang asik dengan gitarnya, Bang Xiumin yang baru datang bareng ustaz Yusuf Makmur. Kak Dio yang nyiapin meja buat cerdas cermat —dibantu do'a oleh kami semua.

Sementara itu, di tengah lapang ada gerombolan orang yang sedang mengantre untuk mendapatkan sembako gratis. Siapa lagi orang dermawan yang baik hati dan sombong sejagat, iya anaknya holkay. Bang Suho dan sepupunya, si Jaehyun.

Jika anak EXO pada jadi panitia semua (kecuali bang Suho). Beda halnya dengan NCT dan Seventeen squad yang akan menjadi peserta dan ikut bermacam-macam lomba.

Seperti balap sarung, tarik urat, panjat tiang listrik, dan masih banyak lagi yang dijamin tak kalah seru dengan festival lain.

Gue, Namra, Liu, sama Nisya juga nggak mau kalah. Nisya yang punya otak agak encer, ikutan cerdas cermat bareng sama Hoshi dan Haechan. Sedangkan Namra yang punya suara perak, nyamperin kak Baekhyun buat daftar sekaligus modus sama Joshua yang ternyata juga ikutan lomba nyinden bareng Taeil yang akan berduet dengan si Doyoung.

Nah, sekarang tinggal gue dan Liu yang belum juga beranjak buat daftar. Gue sih sebenarnya ada niat buat ikutan nari dan main alat musik, tapi masa iya gue harus nyamperin mantan sih. Nanti dikira gue modus lagi. Ogah banget, deh.

"Lo mau ikutan apa Li?" gue menyenggol Liu yang masih berdiri tenang di sebelah kiri.

Sambil memainkan karet gelang bekas nasi uduk bi Yuna, cewek tomboy itu menoleh menampakan tampang sok polosnya.

"Hm? Nggak tau, bingung." Kemudian Liu mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru.

"Gimana kalau lo ikutan tarik urat aja? Pasti seru tuh."

Liu menoleh, "ikutan tarik urat dan bareng dia?" telunjuknya mengarah ke sosok cowok dengan balutan busana yang berkilaun. "Nggak! Makasih. Hidup gue terlalu berharga dari pada harga diri Jaehyun sekali pun." Setelah mengatakannya, Liu melangkah menjauh.

"Yaelah Li, bukan lo aja kali yang menderita. Gue juga. Bahkan, penderitaan gue lebih dari lo. Mantan gue nggak cuman satu, kalau di gabungin bisa bentuk kesebelasan."

Bocoran aja nih ya, kalau lo pada taunya mantan gue itu cuman Chanyeol, Sehun, dan Taeyong doang. Berarti kalian belum gue kasih tau nama mantan gue yang lain dan nggak kalah sialan ganteng dari mereka bertiga.

Mantan pertama itu koko Kris, kedua bang Hanbin, ketiga kak Mino, empatnya si Jinjin, lime temennya bang Hanbin kak Yoyo, enam kembar beda ortunya kak Dio yaitu bang Hongseok, tujuh si Lucas temennya si TY, delapan Chanyeol, sembilan Sehun cadel, sepuluh versi nyatanya Jack Frost si Taeyong, dan kesebelasnya belum ada.

"Woi, ngelamun aja. Ngapa lo?"

Melirik sekilas dan gue berdecak sebal karena mendapati salah satu orang yang baru aja gue inget.

"Apaan sih lo? Ngagetin aja, kalau gue jantungan gimana?"

Cowok dengan pakain futsalnya itu malah nyengir, "ya nggak gimana-gimana sih."

Dengan kesal gue merebut bola yang ada di tangannya.

"Eh? Mau ngapain?"

Memutar bola mata, "mau main bèkêl..."

Kedua bola matanya membelalak, mulutnya terbuka lebar. Dan seharusnya cowok itu bersyukur karena lalat enggan masuk ke dalam mulutnya.

"Seriusan?"

"Ya, enggaklah. Goblok banget sih jadi cowok."

Bukannya tersinggung, dia malah tersenyum dan menggaruk tengkuknya.

"Hehe... gue kirain."

"Mangkanya kalau punya otak itu di pake yang bener, bukan cuma buat nginget nomor hape cewek cantik aja."

"Cie, cemburu ya? Aduh Rae, lo harus tau kalau di hati gue itu cuman ada lo seorang. Trust me."

Sebelum gue mengeluarkan sumpah serapah, Mark datang dan membuat gue urung.

"Lah ada elu Luc? Udah balik ternyata, dari kapan?" Mark mendekat ke arah Lucas dan mereka bersalaman ala laki-laki.

Lucas tersenyum, "baru kemaren sih, terus adek gue bilang katanya temen dia ngajakin buat liat persiapan lomba. Gue kira dimana, eh, taunya di sini. Yaudah sekalian aja gue daftar buat ikutan."

Mark mengangguk, kemudian cowok itu menengok ke arah gue. "Kenapa masih disini?"

"Apa?"

Mark berdecak, sementara Lucas malah menebar senyum sialan yang dulu pernah buat gue jatuh hati. Ah, Lucas kampret. Kenapa sih playboy satu itu? Nggak tau apa iman gue itu lemah... selemah-lemahnya.

"Udah sana, tuh sepupu lo matanya jelalatan." Mark menunjuk Jeno yang lagi ngecengin tante-tante.

"Ya, terus hubungannya sama gue apa?" Tanya gue sebal dan seketika gue baru sadar. "Aishhh... Jeno kambing, onta, koala kumal. Ngapain sih tuh bocah godain emak-emak segala. Malu-maluin ih." Gue menggerutu dan buru-buru nyamperin bocah ingusan satu itu.

®®®®®

Dua hari lagi tanggal tujuh belas, gimana udah ada rencana buat ikutan lomba? Atau mau ikutan bareng anak Seventeen dan NCT? Yaudah, sini daftar sama calon mantunya keluarga Kang hahaha

Bolehlah vomment, biar diriku tak semenyedihkan teuing. Nggak maksa lho....

15 Agustus 2018

KOLEKSI MANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang