~ You've come into my silence, and let me kiss you like I deserve it ... and I know, I would stay in eternity ever since ~
Sentuhan di bahunya membuat Sebastian menoleh, dan mendapati Mbok Min yang sedang menatapnya. Dia pun menggerakkan dagunya sedikit untuk bertanya ada apa.
"Bu Dokter ada di luar, ngajak Abang makan bareng katanya." Mbok Min memberi tahu.
Sebastian mengerjap. Ya ampun, perempuan itu! Belum cukupkah kemarin dia lari terbirit-birit karena ketakutan, saat tanpa malu-malu Grace memintanya menggantikan Barry? Memangnya apa yang dipikirkan Grace saat melakukan itu?
Dengan jengkel Sebastian menggeleng. Dia langsung mengambil sebuah notes, dan menuliskan penolakannya.
"Maaf, aku sedang sibuk."
Diserahkannya notes itu pada Mbok Min, lalu dengan tatapan tajam menyuruh Mbok Min mengantarkan notes itu pada Grace. Saat Mbok Min sudah tak terlihat, Sebastian kembali memusatkan fokus pada komputernya yang menunjukkan grafik pergerakan pasar. Sebentar lagi jam sebelas, hampir menjelang penutupan sesi pertama di Hong Kong dan Jepang, dan dia bersiap untuk membuat tiga transaksi untuk nasabahnya, dan dua transaksi untuk dirinya sendiri.
Menit demi menit berlalu, dan akhirnya penutupan sesi pertama pasar tiba. Sebastian menghela napas puas setelah berhasil memberikan keuntungan bagi nasabahnya dan juga bagi dirinya sendiri, dan menyandarkan tubuhnya dengan lelah. Tiba-tiba ujung matanya menangkap sosok seseorang yang duduk di sebelahnya, dan dia menoleh. Ekspresinya langsung berubah panik saat mendapati tatapan teduh yang memaku matanya seketika.
"Hai, Bas." Grace menyapa.
Sebastian mengerjap. Dia hanya bisa mengangguk. Sial! Kenapa Mbok Min mengizinkan perempuan ini masuk?
Grace terus menatapnya. "Kau menolak untuk makan siang denganku, apa aku melakukan kesalahan?" tanyanya tenang.
Sebastian kembali mengerjap, lalu menghela napas, dan menggeleng. Memangnya dia bisa jawab apa?
Grace mengangkat alisnya. "Lalu? Berarti kita bisa makan siang sekarang, kan? Kamu sudah masuk jam istirahat, bukan?"
Sebastian mengerjap. Dia menulis dengan cepat.
"Aku tidak bisa."
Grace melihat pada tulisannya, lalu menatap Sebastian lagi, dan Sebastian bersumpah, tatapan Grace betul-betul mengintimidasi.
"Kau tidak suka padaku." Grace berkata. Matanya mengerjap, lalu dia tersenyum. "Padahal aku suka padamu."
Sebastian membuang muka. Dia menulis lagi dengan goresan tajam.
"Kau tidak menyukaiku, kau ingin menjadikan aku pelarian."
Grace mengerutkan kening melihat kalimat itu. Kemudian dia tertawa kecil, dan Sebastian berharap dia bisa mendengar karena dia yakin, pasti tawa itu merdu.
"Kau benar, tapi aku tidak butuh pelarian seperti yang kau pikirkan, Bas. Aku butuh orang yang bisa menopangku waktu aku lemah, dan mendengarkanku tanpa mengkritikku. Aku butuh pelarian seperti itu." Grace berkata sambil terus memaku Sebastian dengan tatapannya.
Tak sengaja Sebastian mendengus. Dia kembali menulis.
"Kau tahu aku tidak bisa mendengar."
Grace melihat tulisannya dan kembali tertawa.
"Hanya karena kau tuli, bukan berarti tidak bisa mendengar, bukan?" tanyanya lugas, dan seperti tanpa perasaan.
Sebastian membelalak. Bagaimana mungkin Grace menyebut kata tuli dengan bebas tanpa berpikir akan menyinggungnya? Tapi sesaat kemudian Sebastian tersadar pada kenyataan yang coba ditekankan Grace padanya; gadis itu tidak menganggap 'tuli' sebagai sebuah kondisi khusus. Bagi Grace, kata tuli memiliki kesamaan makna dengan kata lain, yang tidak memberikan kesan merinding saat menyebutkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silencio
RomanceMemiliki masa lalu yang gelap membuat Sebastian, pria tunarungu yang meski begitu tampan dan sukses, masih merasa sangat rendah diri. Dia bertemu dan jatuh cinta kepada Grace, dokter anak baik hati yang baru diselingkuhi, yang menyelamatkannya dari...
Wattpad Original
Ini bab cerita gratis terakhir