Wattpad Original
Ada 4 bab gratis lagi

Telaga di sahara

38.9K 5.4K 244
                                    

Saat sudah berada di depan komputer, melakukan analisis pergerakan indeks komoditi, dan mengambil keputusan untuk membeli ataupun menjual indeks tertentu, maka Sebastian adalah orang yang sama sekali berbeda. Dia akan melahap apa pun yang bisa dilahapnya, menjual apa pun yang bisa dijualnya, dan mendapatkan uang melimpah. Semuanya dilakukan hanya dengan mengandalkan kemampuan menghitung serta memprediksi pergerakan pasar indeks, yang bagi sebagian orang, bukanlah hal yang familier.

Bukan tanpa alasan dia terdampar di dunia perdagangan indeks, saham, dan valas karena sejak Mbak Padmi meninggal, dan dia sendiri memutuskan hubungan dengan keluarganya, Sebastian telah mengalami hampir semua hal. Dia pernah berada di neraka, dan tidak keberatan untuk sesekali kembali ke sana jika perlu. Hidupnya adalah perjuangan keras. Menjadi pedagang asongan, petugas kebersihan, kuli pasar induk, bekerja di tempat fotokopi, dan beberapa pekerjaan kasar lain tidak membuatnya malu. Malah, Sebastian mampu menjalani beberapa pekerjaan sekaligus. Tidak ada pekerjaan yang rendah baginya, selama itu bisa memberinya makan, dan tidak melanggar hukum.

Hebatnya, selama menjalani berbagai pekerjaan berat itu, Sebastian juga tidak mengabaikan pendidikannya. Selepas menjalani pendidikan di sekolah luar biasa, dia meneruskan kuliah melalui universitas terbuka. Gelar sarjana diraihnya di usia dua puluh tujuh tahun, cukup terlambat karena dia harus mengumpulkan uang demi hidupnya juga. Akan tetapi, Sebastian tidak berhenti dan terus berusaha meraih lebih.

Dengan gelar sarjana dia melamar pekerjaan di sebuah gedung perkantoran, tetapi karena kondisi fisiknya, dia hanya bisa mendapatkan pekerjaan sebagai seorang office boy. Saat menjadi office boy itulah, Sebastian mengamati berbagai kegiatan yang ada di gedung itu, dan langsung tertarik pada pekerjaan pialang saham dan indeks. Dengan menekan malu sebisanya, dia meminta seorang pialang yang cukup baik hati, untuk mengajarinya, dan dari situlah semua dimulai.

Berbekal pengetahuan yang didapatnya dari si pialang, Sebastian mulai menekuni kegiatan itu. Tidak mudah karena pasar indeks sangat licin, dan bursa indeks di Jakarta belumlah setenar negara-negara maju. Namun, dengan penuh keberanian Sebastian menjalankan semua teori yang dia dapat, dan beroleh laba pertamanya setelah satu tahun. Tahun berikutnya, dia tak terbendung, dan perusahaan indeks tempatnya bekerja, akhirnya menyewa dia menjadi salah satu pialang mereka.

Sayang, perusahaan itu bangkrut tiga tahun kemudian, tetapi tidak demikian dengan Sebastian. Dia menjalankan sendiri usaha itu, dan berhubungan langsung dengan orang-orang indeks di Hong Kong dan Jepang. Lalu perlahan, dia merambah perdagangan valuta asing dan juga saham. Di usianya yang kini menginjak tiga puluh lima tahun, Sebastian sudah memiliki beberapa persen saham di berbagai perusahaan terbuka yang cukup memiliki prospek cerah, dengan sejumlah tabungan indeks dan valas yang cukup tinggi, sekaligus menjadi salah satu pialang indeks yang disegani karena kemampuan analisisnya yang jitu.

Bukan hanya itu, Sebastian juga kini memiliki sebuah sekolah khusus tunarungu dari hasil menjual indeks, yang ditujukan bagi anak tunarungu dari keluarga dengan kesulitan ekonomi. Namun, dengan semua pencapaiannya itu, tidak pernah sekali pun dia merasa puas. Ada yang kurang yang masih belum juga terpenuhi, yaitu pengakuan. Bukan dari orang lain, apalagi dari keluarganya, tapi dari dirinya sendiri.

Sampai detik ini Sebastian selalu merasa kalau dirinya adalah orang yang tidak pantas dalam segala hal. Setelah semua yang pernah dilaluinya dulu, Sebastian merasa dirinya kotor, hina dan tidak layak bahagia. Kematian Mbak Padmi karena menyelamatkan hidupnya, masih mengguratkan luka mendalam karena rasa bersalah, dan pelecehan yang menimpanya, juga membuatnya tidak mampu menatap lawan jenis tanpa merasa gemetar karena rendah diri. Bisa dibilang, Sebastian seolah terkurung oleh paradigma yang membuatnya membenci dirinya sendiri.

Kondisi yang menyesakkan itu kemudian membuatnya menjadi pribadi yang sulit dihadapi karena mudah tersinggung, mudah marah, dan temperamental. Orang-orang di sekelilingnya adalah yang paling tahu bagaimana perilakunya, Mbok Min misalnya.

SilencioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang