Part 5

306 68 17
                                    

Ketika ketidak siapan
Harus tetap di lakukan
🎆🎆

Kemudian gue bergegas memberesi barang gue.

"Gue cabut duluan ya gais. Bye." Setelah itu gue langsung ninggalin kelas lalu menerobos kemacetan dan dengan tumbennya gue bisa keluar dengan cepat.

Sepanjang perjalanan gue hanya diem aja karena dalam keadaan mood yang buruk.

"Tumben diem aja? Biasannya juga cerewet." Kata Galih sambil fokus mengendara dengan menghadap ke depan.

"Gapapa." Balas gue singkat.

"Lo sakit kak? Kita kedokter ya." Ajaknya yang kini melihat gue lewat kaca spion motor dia.

"Gue sehat, lagi nggak mood ngomong aja. Jangan ajak gue ngomong dulu" Kataku lalu tidak ada percakapan sam sekali di antara kita.

Setelah sampai di rumah, gue langsung menuju ke kamar dan membantingkan tas tanpa memperdulikan Galih serta sapaan Bi Ani. Kemudian gue merebahkan tubuh ke atas kasur tanpa mengganti pakaian terlebih dahulu dan melepas sepatu. Tidak berselang lama kemudian Galih menyusul ke kamar. Tanpa kata permisi atau mengetuk pintu dia langsung masuk ke kamar gue.

" Lo kenapa sih kak? Pulang pulang kok jadi kayak gini. Cewek itu yang baik, nggak urakan kayak gini." Tanya Galih yang kini duduk di sofa kamar gue.

" Tau ah. Lagi males gue adu mulut."

" Emang lo ada masalah apa? Cerita ke gue." Katanya dengan natap gue lekat lekat.

" Menurut lo gue bodoh nggak?"

" Nggak ada manusia itu bodoh, adanya dia yang nggak mau belajar." Galih kemudian mengubah posisi tubuhnya jadi berbaring di sofa.

" Lo tau cowok yang ngasih bunga itu kan?"

" Hm? Trus?"

" Dia tadi nyatain cintanya ke gue dan dia kira gue mau sama dia karrna tadi gue responnya cuman diam aja."

"Oh"

" Ngeselin banget sih dek, responnya malah cuman OH doang!" Kini gue mulai gulung gulung di kasur nggak jelas.

" Trus gue harus jawab apa? Lagian dimana letak salahnya kalau kakak nerima dia?"

" Ya jelas salah! Karna gue nggak mau terluka dan bodohnya gue dikira nerima cinta dia."

" Lo bukan Tuhan ,Kak. Lo nggak bisa nentuin takdir. Mungkin ini udah alur cerita yang Tuhan bikin buat lo." Ucap Galih sambil mengehela nafas panjang.

" Terserah, bodo amat. Pergi sana dari kamar gue. Aku pingin sendiri dulu." Ntah kenapa setelah denger dia ngomong gitu refleks gue ngusir Galih padahal nggak ada maksud apa apa.

" Ya, gue akan ninggalin lo sendiri di kamar. Tapi ingat satu hal, Tuhan sudah mengatur takdir kita. Tinggal gimananya aja kita yang nyikapi, jangan pernah lo nyalahkan Tuhan karna dia pasti punya rencana yang lebih indah."
Setelah itu Galih keluar dari kamarku dan sekarang inilah gue benar benar sendiri.

Gue nggak mengerti mengapa ini semua bisa terjadi. Gue mencoba meyakinkan diri bahwa Tuhan selalu bersama gue dan pasti mempunyai skenario hidup yang indah untuk gue. Tanpa terasa gue tertidur karena terlalu lelah memikirkan hari ini. Sampai ada suara yg mengganggu tidurku. Ternyata itu WA dari Daniel.

Can You Back To Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang