Part 18

29 0 2
                                    

Aku tidak yakin ini berhasil atau tidak, tapi aku tetap akan mencobanya.
Nikmati saja jalannya, hidupmu hadiahmu, peristiwamu pelajaran kedewasaanmu.

☪☪☪☪☪☪☪

"Malam ini kamu sangat cantik, Raina." Ujarnya sambil membelai rambut gue.

Seketika gue tersenyum malu karena ucapan dia. Segera gue kembali ke alam sadar dengan berusaha menyembuyikan rona merah.

"Apaan sih lo! Hus sana pergi! Gue mau ke toilet!" Ucap gue setengah salting langsung lari menuju toilet.

Setelah selesai buang air kecil gue mencuci tangan di wastafel sambil liat wajah gue yang memerah lewat cermin.

"Gila tu bocah! Gue sampai jantungan!" Dumel gue.

Saat gue rasa penampilan gue sudah rapi gue kembali ke meja makan di sana Daniel terus natap ke gue.
Lalu gue menatap balik dia sambil menaikan alis gue bertanda bertanya.
Sedangkan dia malah menyeringai.
Gue jadi bergidik ngeri sendiri.

Setelah makan berat selesai dengan perbincangan ringan saatnya tiba sesi tanya antara gue, Daniel dengan Papa Daniel dan Om Rendi.

"Jadi bagaimana kalian bisa kenal?" Tanya Papa Daniel dengan senyum sumringah.

"Kita dikenalin sama temen Paman." Jawab gue.

"Jadi kedepannya apa yang akan kalian lakukan?" Kini Om Rendi mengangkat suaranya.

"Kita masih SMA Om, plis deh biar kita saling mengenal dulu." Jawab gue lagi.

"Kalian sudah saling kenal, kenapa tidak rencanakan pertunangan?" Kini Paman Radit mengajukan pertanyaan lagi dengan nada penuh harapan kita akan menjawab "Ya" tentu saja aku akan menolak tapi naasnya aku keduluan Daniel.

"Aku setuju, lebih cepat lebih baik." Sahut Daniel dengan santai.

"Hah? Kok kamu seenaknya gitu sih Daniel?Bukankah Dad belum tau soal ini ya Paman. Biarkan aku membicarakan dengan Dad terlebih dahulu." Ujarku setangah memelas sedangkan Daniel memperlihatkan ekspresi terseyum penuh kemenangan.

"Hahaha..sayang sebelumnya memang niat Paman dan Dadmu akan menjodohkan kalian. Tapi takdir malah mempermudah kita, ternyata kalian sudah berpacaran. Dadmu pasti senang mendengar ini." Terang Paman Radit dengan senyum sumringahnya.

"Apa? Tapi ini terlalu cepat Paman." Elak gue.

"Lagian Daniel juga sudah setuju, apalagi yang perlu di permasalahin. Kita akhiri pembicaraan sampai di sini saja." Kata Om Rendi yang memutuskan akhir pembicaraan.

Dan disinilah aku sekarang berada dalam satu mobil dengan Daniel dan lagu Perfect dari Ed Sheeran mendominasi seluruh mobil ini padahal atmosfer sekitar sedang tidak cocok dengan makna lagu.

"Kamu nggak setuju ya sayang dengan keputusan tadi?" Akhirnya Daniel memecahkan keheningan di antara kita.

"Kita masih berumur 17 tahun Daniel. Ini terlalu muda buat kita. Bayangin di umur segini kita tunangan dan gue bakal jamin mungkin setelah lulus SMA kita bakal nikah. Itulah yang ada di otak orang tua kita." Ucap gue tegas.

"Apa salahnya jika kita tunangan di umur segini? Bukankah akan melatih kita lebih dewasa? Ambil aja keuntungannya kamu bisa miliki hatiku seutuhnya sayang." Ujarnya sambil senyum menggoda.

Can You Back To Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang