Part 10

51 0 0
                                    


Tak peduli seberapa lama gerbang itu tertutup , jika kau menemukan kuncinya, kau bisa membukanya.

↔↔↔

"Cie dari sapa tu telefon?" Tanya Fia yang mulai menggoda gue.

"Ehemm dari siapa lagi sih kalau bukan Abang Daniel." Tambah Fitri.

"Kayaknya udah mulai luluh ni." Giliran Nessa yang menggoda gue.

"Apaan sih kalian! Kamu juga Fit masak manggil dia abang lo kira dia abang tukang bakso." Kata gue yang sebel sama mereka.

"Yang punya marah nih!" Ujar Fitri sambil senyum senyum.

"Ups! Belain aja terus." Sahut Fia.

"Udahlah kasihan tu Raina wajahnya udah kayak kepiting rebus, merah semua." Ucap Nessa sambil mengibas ibaskan tangannya kemudian mereka tertawa kerena berhasil menggoda gue.

Kemudian datang seorang pelayan yang mengantar pesanan kita. Segera kita memakan pesanan karena perut kita sedari tadi udah lapar.

Selesai makan gue segera mengabari Daniel untuk menjemput gue di Mall.
Saat tiba di luar Mall gue belum melihat batang hidung dia.

"Raina lo di jemput siapa? Bareng gue aja." Tawar Fitri ke gue yang kebetulan dia udah di jemput kakaknya.

"Enggak, gue udah di jemput seseorang. Nggak enak kalau mau ngebatalin." Tolak gue secara halus.

"Kalau gitu gue sama Fia duluan ya." Pamit Nessa ke gue.

"Okey, ati ati ya gais." Kata gue sambil melambaikan tangan.

"Bye, Raina." Ujar Fia yang berjalan menjauhi gue.

"Gue juga duluan ya, Bye." Ucap Fitri sambil masuk ke mobil.

Tak berselang lama setelah mereka pergi sebuah mobil Lamborghini Veneno Roadster berwarna hitam berhenti di hadapan gue. Kemudian seorang cowok turun dari mobil tersebut and then kalian tau lah dia Daniel.

Saat turun dari mobil dan berjalan mendekati gue, gue sempat terkagum ke tampanannya.
Walau dia cuman memakai kaos biru dongker dan celana jeans panjang dia sudah terlihat keren di tambah kacamata hitam yang bertengger di atas hidung mancungnya bakal buat semua cewek yang lihat dia akan terpana.

"Lihatin gue jangan gitu juga sayang, tenang aja aku cuman milikmu kok." Kata dia sambil menarik tangan gue dan membukakan pintu mobil.

Lalu gue segera masuk ke mobil.
Jujur hingga saat ini gue sama sekali belom pernah manggil dia sayang, karena selama gue belum yakin dengan dia maka kata itu tak akan terucap.
Kemudian mobil melaju membelah keraimain jalanan.

"Udah makan belom sayang?" Tanya dia yang memecahkan keheningan di antara kita.

"Udah." Jawab gue singkat.

"Kalau gitu temenin aku makan ya, soalnya dari tadi pulang sekolah belom makan." Kata dia sambil menoleh ke arah gue.

"Kok bisa belom makan?" Tanya gue balik, padahal sebenarnya gue pingin nolak ajakan dia tapi kasihan juga kalau dia belom makan jadi nggak tega.

Can You Back To Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang