Di tengah keramaian yang memenuhi ruangan besar yang dipenuhi oleh orang-orang berpakaian serba hitam yang wajahnya ditutupi tudung jubah, membuat seorang gadis yang berdiri ditengah-tengah ruangan itu dengan keadaan diam tak bergerak masih bisa mendengar detak jarum jam dinding yang berada beberapa meter di belakangnya.
Hermione terus mengkira-kira berapa lama dia sudah berdiri di tempat itu. Sekitar lima puluh lima menit jika dihitung dengan hanya mendengarkan detak jarum jam di belakangnya itu. Berarti lima menit lagi mantra yang mengikat tubuhnya akan segera terlepas.
Hermione mencoba merasakan di mana tongkatnya berada, dan ternyata benda panjang nan pipih itu masih berada di saku jubahnya. Hermione mulai mencari cara agar dia bisa bebas dari sini, namun entah kenapa menunggu lima menit terasa sangat lama baginya. Sampai sebuah suara yang sudah sangat Hermione hapal hanya dalam waktu dua hari terdengar di telinganya begitu memekang.
"Sedang menghitung waktu kematianmu, hm, darah lumpur?" Ejek Lucius. Lalu semua orang fokus pada Lucius yang sedang berjalan mengitari tubuh Hermione yang berdiri bak patung dengan tatapan merendah dan angkuh.
Dalam hatinya, Hermione sudah mengumpat habis-habisan.
"Sepertinya kau sudah tidak sabar untuk mati, ya? Hm, menarik. Tapi biarlah mantra itu terlepas dari tubuhmu, karena aku tidak suka membunuh seseorang yang sedang tidak berdaya." Ucap Lucius meremeh.
Ingin rasanya Hermione melemparkan kutukan tidak termaafkan kepada pria tua berambut panjang pirang itu.
Orang-orang di ruangan itu hanya memandang tanpa berkata apa-apa, namun terlihat sedang mengintimidasi Hermione.
Kemudian beberapa saat pintu yang tadi dilewati Hermione terbuka kembali dan menampakan sekitar enam orang masuk dengan berpakaian sama, seperti penghuni ruangan itu tentunya kecuali Hermione yang terlihat kontras dengan jubah biru dongkernya yang sudah agak kotor karena hampir tiga hari penuh Hermione terkurung diruangan tertutup yang berdebu tanpa melepaskannya.
Kewaspadaan Hermione kini bertambah, karena dia tahu jika jumlah mereka bertambah, Hermione sedang berada yang sangat tidak menguntungkannya.
"Untung saja kalian datang tepat waktu, kalau tidak kalian akan melewatkan salah satu pertunjukan paling menarik." Ucap Lucius sambil melipat tangannya dengan angkuh.
"Pertunjukan apa itu, Lucius?" Tanya salah seorang dari enam orang yang baru masuk itu.
"Kematian salah satu pahlawan perang dan salah sahabat Harry Potter, wanita darah lumpur yang sedang berdiri bak patung di sana itu." Jawab Lucius sambil menunjuk Hermione yang diakhiri oleh tawa jahat yang diikuti oleh semua orang disana, kecuali enam orang yang baru datang itu dan tentu saja Hermione yang kini berusaha sabar menunggu mantra yang mengikatnya segera terlepas.
"Oh Hei, kenapa kalian tidak ikut tertawa? Seharusnya kalian ikut merayakan kematian gadis ini." Ucap Lucius yang tidak bisa menyembunyikan rasa herannya kepada orang-orang yang baru saja masuk itu.
Namun di antara mereka btidak ada yang bergerak atau berbicara sepatah kata pun.
"Aku pikir mereka tidak akan tertawa sebelum gadis itu benar-benar mati." Ucap seseorang dari sisi lain dengan santainya pada Lucius.
"Benarkah?" Tanya Lucius agak curiga pada mereka yang baru masuk itu.
Yang ditanya hanya menganguk ragu-ragu sebagai jawabannya.
"Kalau begitu mari kita tunggu bersama detik-detik kematian sang darah lumpur yang sangat dicintai masyarakat sihir ini." Ucap Lucius yang berbalik dan berjalan angkuh menuju Hermione.
Sampainya dia tempat di depan Hermione, Lucius langsung mengacungkan tongkatnya tepat di leher sang gadis yang masih diam membeku bak patung itu.
"Cepat atau lambat, darah lumpur?" Ucap Lucius pelan pada Hermione.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling In Love (Dramione Love Story)||Complete
FanficJatuh cinta itu sangat lazim bagi semua orang, tapi jika dua penyihir yang dulunya dua orang yang bermusuhan, dua orang yang dulunya berasal dari dua kubu berbeda, dua orang yang memiliki latar belakang keluarga yang tidak bisa disatukan saling jatu...