Saat pukul dua siang, Ginny datang ke Grimmauld place. Dia baru saja selesai latihan Quidditch.
"Nona Weasley, selamat datang." Ucap Kreacker saat Ginny menginjakan kakinya di rumah kuno itu.
"Oh, hai, Kreacker. Apa Harry atau yang lain sudah datang?" Tanya Ginny pada peri rumah itu.
"Tuan akan pulang sekitar setengah tiga sore nanti. Mungkin yang lain akan datang sekitar satu jam lagi." jawab Kreacker mengira.
"Baiklah. Aku akan menunggu di ruang baca saja, tolong beritahu yang lain jika mereka datang, ya Kreacker." Ucap Ginny meminta.
Kreacker menganguk mengerti.
Ginny pun menuju ruang baca, dan benar kata Kreacker. Setengah jam kemudian, Harry datang menemui Ginny di ruang baca.
"Gin, sudah berapa lama kau disini?" Tanya Harry.
"Sekitar tiga puluh menit. Bagaimana harimu? Apa yang lain sudah datang?" Balas Ginny.
"Melelahkan tapi kami berhasil mendapat informasi dari kepala Departemen penegak hukum. Oh iya, Aku datang bersama Blaise, dia ada di dapur." Jawab Harry.
"Kalau begitu kita pergi ke dapur saja." Usul Ginny.
Harry dan Ginny pun langsung menuju ke dapur, ternyata didapur bukan hanya ada Blaise tapi sudah ada Astoria, Hermione, dan Draco. Mereka berempat terlihat sangat cemas.
"Hei, ada apa dengan kalian? Hermione, ada masalah apa sampai kalian terlihat sangat cemas?" Tanya Harry ke teman-temannya itu lalu ke Hermione.
"Biar Astoria yang jelaskan Harry" jawab Hermione menatap Harry lalu berpindah ke Astoria yang sedang duduk.
"Tori, ada masalah apa ini?" tanya Harry lagi.
"Har, Gin, tadi sebelum aku datang ke sini. Jessi, salah satu sepupu Theo datang ke rumahku, dia bilang bahwa aku harus menolong Theo, lalu aku tanya memangnya ada apa dengan Theo. Lalu dia cerita bahwa Theo dan keluarganya sudah diancam lalu ibunya Theo juga sudah diculik. Imbalannya Theo harus menuruti perintah mereka. Aku takut ada apa-apa sama Theo. Belum lagi kakakku, Daphne juga diculik. Merlin, aku benar-benar fruatasi sekarang." Jelas Astoria sampai akhirnya dia menangis. Hermione yang berada disebelahnya langsung memeluk gadis bermarga Greengrass itu.
"As, sebelumnya aku minta maaf, tapi jujur takut Theo akan menghianati kita dan memberikan informasi mengenai kita ke pelahap maut, terutama dia sedang diancam." Ujar Ginny pelan.
"Kita harus segera berbicara dengan Theo, dan soal Daphne kita harus segera menemukannya sebelum kejadian yang sebelumnya terjadi lagi." Ucap Draco mengingatkan.
"Kalau begitu panggil yang lain secepatnya." Perintah Harry.
***
Malamnya semua orang sudah ada di Grimmauld place nomor dua belas, kini yang menjadi topik utama adalah Theo. Ron, Luna, Pansy dan Theo telah sampai satu jam sebelumnya.
"Theo, apa yang Astoria katakan benar adanya?" tanya Draco mengintrogasi sahabatnya. Theo lalu menganguk pelan.
"Apa saja yang kau sudah katakan pada mereka?" kali ini Harry yang bertanya dari seberang meja.
Theo kelihatan gugup, dia menatap satu persatu penghuni ruangan itu.
"Katakan saja Theo, kami tidak marah, kami tahu kau sedang dibawa tekanan sekarang." Ucap Hermione lembut.
"Maaf, semuanya. Aku mengatakan semuanya. Aku tidak bisa berkutik karena saat mereka bertanya padaku di depanku ibuku sedang diikat dan mereka menaruh tongkat dilehernya dan bersiap merapalkan mantra. Maaf, aku tidak punya pilihan, aku terima jika kalian mengangapku sebagai penghianat." Jelas Theo pelan, dia memilih untuk terus menatap ke depan tanpa menunduk karena untuk apa dia melakukan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling In Love (Dramione Love Story)||Complete
Fiksi PenggemarJatuh cinta itu sangat lazim bagi semua orang, tapi jika dua penyihir yang dulunya dua orang yang bermusuhan, dua orang yang dulunya berasal dari dua kubu berbeda, dua orang yang memiliki latar belakang keluarga yang tidak bisa disatukan saling jatu...