First

143K 5.9K 423
                                    

Happy reading,  Enjoy and Relax!  😍😘😘
Cerita ini sudah tersedia di google playbook, link ada di bio 😘

***

Keva's

Saat itu, saat matahari belum menampakkan dirinya,  aku mendapati Seorang pria bersetelan sweater dan celana trining warna hitam duduk di pojokan depan kontrakanku. 

Ku kucek mataku sekali.  Barangkali aku salah lihat. Mungkin efek masuk shift malam membuatku melantur.  Namun sudah berkali kali ku kucek mataku sampai sakit tetap saja pria itu masih disitu. Bahkan kini pria itu sudah memandangku dengan senyum hangatnya. 

Oh tuhan, Aku nggak kuat. Sumpah.  Senyumnya membuat lututku lemas.

"MAMA!" serunya saat aku sudah berada persis di depanku. Aku bingung. Siapa yang dipanggilnya mama? 
Kutengokkan kepalaku ke kanan, kiri, dan belakang. Tak ada siapapun kecuali kami berdua. Aku kembali mengalihkan pandanganku ke pria dihadapanku. 

"GOD!"
aku memekik saat pria itu tiba-tiba memelukku erat.  Kedua lengan kokohnya melingkari pinggangku sementara wajahnya ia sembunyikan ke dadaku. 
Rawan.  Rawan.  Aku sudah hampir menggeplak kepalanya namun ku urungkan saat pria itu mengangkat wajahnya dan menatapku polos. 
"Mama dari mana?"

Hah? Aku bingung, Lagi.
Siapa yang dipanggilnya mama? 

"Mama?" tanyaku memastikan. 
Dia mengangguk antusias. Sungguh tidak cocok,  batinku.  Dengan wajah se-maskulin itu dia mengangguk angguk layaknya balita. 

"Aku? Mama mu?"
Sekali lagi aku memastikan.  Dan ia mengangguk. 

"Tunggu, tunggu! Maksudmu?  Mama? Mama dari hongkong?"
Aku syok.  Aku? Gadis single berusia 23 tahun mempunyai anak yang bahkan umurnya kuperkirakan lebih tua dariku?  Kapan aku hamilnya?  Sejak dalam kandungan? 

Kulihat matanya berkaca kaca.  Sementara bibirnya mencebik seperti siap menangis. 
"Mama nakal!"

Sumpah! Ini benar benar nggak lucu.  Siapa sih yang mengerjaiku?
"Eh eh, udah sana pulang. Udah hampir pagi. Jangan disini ya,  suaramu berisik tahu nggak?!"
Aku mengatupkan bibir menahan tawa.

Coba kalian bayangkan bagaimana ekspresi pria dewasa yang menangis meraung raung selayaknya balita?  Aneh pasti.  Suara beratnya membuat telinga rusak. 

"Mama... Huaa... Mama."
Aku berjengit mundur saat pria itu hendak kembali mendusel duselkan wajahnya ke dadaku.  Sini masih perawan cuy!  Jangan main sentuh! 

Namun tanpa menyerah dia -si bocah jadi jadian-  kembali menyerukkan wajahnya ke dadaku,  dan berhasil.  Wajahnya ia usel uselkan ke dadaku yang menimbulkan efek geli.  Apalagi dia dengan seenak udelnya mengelap ingusnya di sana. Iuh.

Karna lelah berdebat dan sepertinya akan percuma saja mengajak pria tua ini bicara,  maka kuputuskan untuk membawanya masuk ke dalam.  Semoga saja pilihanku tepat.  Dan semoga saja dia bukan maling atau lebih parahnya lagi penjahat kelamin.  Hii~

***

"mandi sana."
Seruku pada bocah jadi jadian itu yang tengah berbaring di atas sofa sambil menonton serial kartun spongebob. 
Fix!  Ini orang bener bener gila. 

Oh ya,  aku belum tahu namanya. 
"Hei."
Panggilku sambil menepuk bahunya.  Ia menoleh. 
"Eum?"

"Mandi." kataku. 

"Yuk." balasnya antusias.  Wong edan!  Disuruh mandi malah ngajak. 
"Mandi sendiri.  Aku udah mandi."

"Aku udah mandi?  Iya?"
Hhh~ gemas sendiri melihat kelakuan polosnya ini. 

"Aku.  Bukan kamu.  Aku yang udah mandi.  Sana giliran kamu.  Kamu bisa pake kaos sama training ku di kamar."

"Aku udah mandi?" ulangnya lagi dengan wajah benar benar polos. 

Ya tuhan,  susah memang mengajaknya bicara.  Hm,  seketika aku ingat.  Dia biasa memanggilku mama kan? Apa aku harus membahasakan diriku sendiri mama?

"Mama udah mandi.  Sekarang giliran kamu."

"Mama udah mandi?"

"Iyaaa..  Sekarang giliran kamu.  Nama kamu siapa emang?"
Aku menarik nafas panjang berusaha bersabar.  Benar benar. 

"Cyrillo."

"Oke,  illo.  Sekarang mandi ya?  Nanti mama suapin."

"Mandi sama mama!!"
WHAT?? 

TBC...

NEW STORY GAESS!!  😊😊 KEEP VOMENT YAH?  THANKS A LOT,  SORRY FOR TYPOS.

My Big Baby (Finished)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang